4. Birthday Party

3.2K 325 6
                                    


Suara tepukan bergemuruh di aula Dojang tidak mematahkan semangat Kira yang saat ini sudah berdiri di tengah-tengah dengan perlengkapan yang ia pakai dengan sempurna di tubuhnya. Lawannya kali ini tidak begitu besar seperti kenaikan tingkat sebelumnya. Perempuan yang berdiri didepannya tidak terlalu tinggi abhkan badannya terlihat sedikit kurus. Tapi meski postur tubuhnya kurang meyakinkan, Kira tahu benar siapa lawannya ini. Stefany, dia sudah sangat terkenal akan tendangan mautnya yang sering membuat lawannya tak berdaya. Menicip mulai memberikan aba-aba kepada Kira dan Stefany. Mereka pun mulai melakukan Kyungrye dan Chariot.

"SIJAK!" Menicip berteriak dengan lantang hingga semua orang di dojang dapat mendengarnya. Tanpa segan Stefany maju mendekat ke Kira dan melakukan Dollyo Chagi , dengan sigap Kira menghindarinya dan melakukan serangan balik Chi Jireugi yang kena sasaran karena Stefany yang sedikit lengah.

"KALRYEO" menicip berteriak kembali. Kami berdua pun Seogi ."Keysok!" lanjutnya ketika mereka lebih bersiap melakukan gerakannya. Kali ini Kira memulai gerakannya terlebih dahulu karena ingin segera menyelesaikan pertandingannya. Ia pun melakukan eolgol jirugi namun dengan tangkas Stefany melakukan eolgol makki, lalu dilanjutkannya dengan gerakan Deol Chagi tetapi Kira tidak mau mengalah. Ia melakukan jurus kesukaannya Dwi Huryeo Chagi dan diikuti Ap Chagi yang berhasil membuat Stefany jatuh.

"Keuman!" Teriak Menicip kembali. Kira pun berjalan pelan mendekati Stefany dan membantunya berdiri. Mereka berdua saling bersalaman dan berpelukan sambil menepuk pundak satu sama lain.

"Go! Kira! Go Kira!" Teriakan Rangga bisa terdengar di seluruh aula Dojang. Membuat sakit telinga orang disampingnya yang tidak lain Dian, tanpa aba-aba Dian mencubit pinggul Rangga yang berhasil membuatnya diam.

***

"Pesta...Pesta..." ucap Rangga kegirangan sambil menari-nari didepanku. Aku memukulnya pelan dengan tasku yang hanya berisi Dobok-ku.

"Pesta apaan? Habis ini bukannya kita ada janji untuk tampil?" Tanyaku geleng-geleng kepala kepadanya. Yang tanpa sepengetahuanku mereka saling melirik satu sama lain. Dian pun mengait tangan kananku begitu juga Rangga yang saat ini ikutan mengait tangan kiriku seperti seorang penjahat yang tertangkap basah oleh kedua polisi. "Kalian ini apaan sih? Aku bisa jalan sendiri."

"Bukannya kita mau tampil?" jawab Dian kegenitan sambil mengedipkan kedua matanya berulang agar kesan imut muncul dari wajahnya. Aku hanya menampilkan wajah malaku padanya. Kita bertiga pun naik kedalam mobil Rangga. Tidak lebih tepatnya keluarga Rangga yang biasanya mengantarkannya ke sekolah dan pak supir sudah duduk siap memegang kemudi di tempat depan. Aku dengan pasrah mengikuti mereka kedalam mobil.

Merasa capek bukan karuan karena pertandingan. Aku meminta mereka membangunkanku saat sudah sampai jadi aku bisa tidur sepanjang perjalan ke tempat acara. Dengan semangat 45, seperti pahlawan indonesia, Dian mengangguk cepat dan menyerahkan semua kepadanya. Dimana itu membuatku curiag, tapi rasa lelah sudah menjalaar diseluruh tubuh membuatku tidak memperdulikannya. Aku pun tidur terlelap selama perjalanan yang entah kemana.

Tak beberapa lama, Dian mengguncangkan badanku untuk membangunkanku. Aku pun mulai membuka mataku, Dia sudah keluar dari mobil dan membantu Rangga yang saat itu sedang mengeluarkan barang dari jok belakang mobil. Aku mencoba menyesuaikaan sekitarku dan melihat sekeliling, tempat yang tidak asing. Aku keluar dan menghampiri kedua teman dekatku yang tengah sibuk mengambil barang yang entah sejak kapan sudah ada koper yang aaku kenal. Ya koperku yang biasanya aku gunakana jika ingin berpergian.

"Ada apa ini? Kenapa kita ada di bandara?" tanyaku bingung. "Lalu kenapa koperku ada di situ?" Aku menunjuk koper merah dengan pinggiran berwarna kuning yang berdiri tegap di samping tas gitar listrik.

69 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang