12. Kira still Alive pt.1

2.9K 255 11
                                    


Buk....Brak... Suara berisik terdengar menggangu dalam ruangan, Aku membuka perlahan dan mencari sumber suara sambil mengucek mataku sambil sesekali menguap lebar. Belum sempat mengumpulkan seluruh nyawa yang beterbangan disekitar raga, sebuah kaos kaki merah, entah itu bersih atau kotor terbang melayang tepat dimukaku. Aku mengerjap sesekali sambil melihat kaos kaki yang sekarang sudah jatuh diatas selimut yang aku kenakan.

"Anak perempuan jangan menguap lebar!"Grutu Dian yang saat itu sedang berusaha menutup tas koper putihnya. Aku mengambil kaos kaki itu, menggaruk sebentar kepalaku yang membuat rambut pendekku semakin kusut dan turun dari kasur menghampiri Dian.

"Pulang hari ini? masih gelap Di!" tanyaku pelan sambil menyerahkan atau lebih tepatnya melempar kembali kaos kaki merahnya tepat diatas koper putihnya yang telah tertutup rapat.

"Mau gimana lagi, siang ini aku ada Technical Meeting mahasiswa baru di kampus." Jawabnya sambil berdiri dengan kedua tangan dipinggul. "Aku juga gak bisa lama-lama disini. Mesti balik kandang menjadi wanita mandiri kali ini."lanjutnya dengan penuh kepastian.

"Gaya-mu!" aku tersenyum sinis menengar pernyatannya menjadi wanita mandiri. "Mau aku antar?"

"Gak perlu, aku bisa minta antar pak Parmin, kemarin aku udah minta tolong. Lagipula kamu hari ini harus masuk sekolah bukan?" ucapnya sambil menahan tawa. "Masuk sekolah?!" ulangnya.

"Hari ini aku mau bolos. Aku mau menenangkan pikiran dulu, bukannya kamu bilang aku harus menyelesaikan dengan kepala dingin. Jadi aku antar kamu." Kataku dengan pasti. Tanpa berkata apapun Dian menyetujuinya, aku pun beranjak pergi ke kamar mandi dan bersiap untuk mengantarnya.

***

Meski aku bilang ingin menenangkan pikiran, aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku tidak begitu akrab dengan kota ini, sekarang yang aku bisa hanya duduk di bangku penonton lapangan softball sambil melihat anak-anak yang sedang asik latihan sebelum pertandingan yang dimulai jam 9 pagi nanti. Otakku saat ini sedang bekerja keras mengumpulkan seluruh informasi yang aku dapatkan dan potongan kejadian yang menimpa Aya. Kejadian mengerikan yang bahkan aku sendiri jika ada diposisi Aya saat itu pasti merasa begitu hancur. Meski terlihat begitu lemah Aya berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum kepada kami semua dan menutupi semua hal mengerikan yang ia alami sampai batasnya. Sekarang aku paham atas tindakan Aya, tetapi yang tidak aku pahami saat ini adalah alasan Aya menutupinya dariku. Bukannya kita saling berjanji untuk tidak memiliki rahasia satu sama lain.

"Kenapa... Kenapa..." gumamku pelan, "Bodoh... kenapa kamu tidak menyadarinya... kamu bodoh Kira!" Makiku pada diri sendiri sambil memukul kepalaku dengan kedua tanganku. Sampai seseorang memegang kedua tanganku agar menjauh dari kepalaku dan berhasil membuatku mendoangakan kepala.

"Kamu akan benar-benar bodoh kalau kau pukuli kepalamu sendiri." Dengan muka serius Azka menatap tajam, ia berdiri tepat didepanku dengan menggenakan topi softball dan seragam komplitnya yang dibalut dengan jaket denim. Aku menempis tangannya keras sehingga ia melepaskanku.

"Bahkan aku jadi bodoh atau tidak bukan urusanmu!" grutuku kesal sambil mengusap pergelangan tanganku. "Ngapain kamu disini? Bukannya sudah kalah kemarin?"

"Kami hanya kalah satu pertandingan, bukan berarti kami tidak main di pertandingan lainnya. Kita baru KO satu kali dan menang 3 kali. Masih ada 1 pertandingan tersisa siang ini." jelasnya yang saat ini duduk dengan santainya disampingku dan menaruh tas besar dibawah kakinya. "Masalah apa kali ini?" tanyanya yang membuatku menatap heran sembari mengerutkan alisku tidak suka.

"Aku mengenalmu sudah tiga tahun, aku sudah hafal tingkahmu jika sedang ada masalah Ki." Ujarnya sambil tersenyum lembut dan menatapku.

"Bukan urusanmu."aku memalingkan mukaku darinya dengan menghadap lapangan yang saat ini sedang dirapikan oleh petugas dengan memberikan garis putih baru diatas lapangan merah. Sepertinya sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai.

69 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang