12. Kira still Alive pt.2

2.6K 277 5
                                    


Sudah lima berhari berlalu, Aku masih belum bisa menemui ibu. Atau lebih tepatnya ibu menolak untuk bertemu denganku. Dengan suasaana hati yang super kalut, aku berjalan menghampiri papan pengumuman yang sedang dikerubuti yang lainnya. Aku melihat Linda diantara keramaian orang. Aku pun berjalan mendekat menghampirinya dan menepuk pundaknya. Ia terlonjak kaget menoleh kearahku.

"Ada apa?" tanyaku sambil memasang senyum palsuku. Aku selalu memasang senyum palsu setiap menjadi Aya. Seperti Treadmark Aya saat tidak ingin m embuat orang lain khawatir.

"Pengumuman ujian harian kemarin udah ada. Lihat namamu ada di atas." Katanya yang berhasil membuatku mendongak menatap deretan nama dan nilai disampingnya. "Kamu dapet peringkat 9" tambhnya.

Mendengar 'Peringkat 9' dari mulut kecil Linda membuatku bergidik ngeri. Belajar setengah hidup kemarin cuma mendapat peringkat Sembilan. Demi tuhan, aku tidak suka ilmu sosial. Padahal aku sudah janji dengan Tante Martina untuk mendapat minimal lima besar. Aku serasa memberikan janji kosong padanya.

"Ini kemajuan Aya. Biasanya kamu paling mentok peringkat 15 di kelas bukan." Ia menepuk pundakku dengan cengirannya. Aku pun membalasnya sesaat. Tak enak hati, pasti itu. Serasa tidak menepati janji. Aku harus bicara dengannya. Dengan Rangga yang sebelumnya dengan yakin ia bisa membuatku mendapat peringkat lima dikelas.

"Aku ke toilet bentar ya!"Ijinku. saat meninggalkan kerumunan, aku merasakan ada kaki terjulur dan berhasil membuatku terjungkur. Sialan pasti Angel and the Gank pikirku. Tapi itu salah, saat aku mendengar tawa mengesalkuan di depanku. Angel baru datang bersama kedua pasukannya. kalau bukan Angel siapa? Aku pun langsung duduk dan menoleh kebelakang. Linda yang berdiri di tempatnya tadi menatapku kaget dan menghampiriku.

"Kamu baik-baik saja?"Tanyanya khawatir. Aku mengangguk pelan dengan perasaan dongkol karena tidak menemukan pelaku sialan yang sembunyi di balik krumunan.

"Dasar Loser!" ejek Angel samil jalan berlalu melewati kami berdua. Mendengar ejekannya Linda mengepalkan tangannya dan hendak berdiri. Namun aku berhasil mencegahnya. Ia menatapku. Aku menggeleng pelan memintanya melupakan ejekan tak berdasar dari mulut si lampir.

Linda menghela nafas dan membantuku berdiri. Aku pun beranjak untuk menuju toilet tanpa ditemaninya karena aku menolak saat dia menawarkan diri.

Aku pun mengambil ponselku yang aku sembunyikan di celana pendek dibalik rok abu-abuku dan menekan nomor seseorang untuk menlepaskan kepenatan, seketika aku berada di atas atap. Ya aku keatap yang sepi dari penghuni bukan ke toilet yang nanti ujungnya orang jail mengunciku dari luar.

"Hey, Guru gadungan!"Sapaku seketika saat orang disebrang menerima panggilanku.

"Apaan sih? Pagi-pagi udah ngeselin. Lagi PMS?"Jawab Rangga dengan mulut jeleknya

"PMS kepalamu kejedot tembok. "

"Trus ngapain pagi-pagi udah telpon, segitu kangennya ama aku?"

"Kangen muka jelekmu, lagipula ini udah siang jam 10. Anyway point yang kamu kasih pas ujian kurang manjur. Cuman dapet peringkat 10 besar."

"Itu manjur gila! Kamu aja yang minta instant. Dikira Mie kali.Belajar euy, jangan main aja."

"Main apaan? Kamu yang selalu ajakin aku keluar tiap malam." Aku mendengus kesal. Rangga diam. Aku juga terdiam.

"Tante Rahayu, Bagaimana? Kamu sudah menemuinya?"Tanyanya memecah keheningan. Aku pun bersandar pada tembok dibelakang, mendongakan kepala dan menatap birunya langit hari ini.

"Ibu masih belum mau ketemu denganku. Ntar jam satuan jemput aku yah? Biasa ada latihan sedikit sama audisi." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Saat ini aku tidak ingin membicarakan hal itu. Untung saja Rangga peka sehingga ia pun menyudahi pembicaraan.

69 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang