Pindah Sekolah

313 68 19
                                    

Semenjak saat itu, aku mulai sering men-stalking dia. Melalui SMS, twitter, ataupun melalui temannya. Bahkan aku pernah berpura-pura di sebagai orang lain ketika SMS-an dengan dia. Selalu ucapin ulang tahun ke dia setiap tahunnya. Sampai sekarang.

***

-Kembali ke masa sekarang.-

"Bundaa, hari ini hari ulang tahun ayah, loh!" Seru Ashilla.

"Udah tau!!" kataku bersemangat.

"Tumben gak bilang HBD di Twitter."

"Bunda kan udah punya LINE ayah," kataku menaikkan dan menurunkan alis berulang-ulang.

"Whoppss.." ejek Shilla.

***

"Mau tulis apa, ya?" Kataku pelan, bicara pada diri sendiri.

"Harus cari topik yang menarik supaya pembicaraannya panjang. Jangan sampe dia cuma jawab 'Mksh' kayak tahun-tahun yang lalu." Sambungku lagi.

Aku teringat akan kejadian 2 tahun lalu.

XX-XX-2014

Annisa Kyari :
Happy Birthday, ya, Fadil 😂

Fadil R. :
Mksh.

XX-XX-2015

Annisa Kyari :
HBD 😀

Fadil R. :
Mksh

Tahun ini harus bisa! Jiayou!

Kutulis setiap huruf dengan sangat hati-hati. Dan, kuklik tombol Send.

2 menit.

10 menit.

1 jam.

5 jam.
Tring... HPku berbunyi. Notifikasi LINE. Dan benar, chat dari FADIL!!
Begini isi chatnya :

(NB : yang kanan Nisa, yang kiri Fadil)

Hi, HBD, ya.
👽

Makasih...

Eh, ini kan tahun terakhir kita SMP, nanti SMA kamu dimana?

Aku pindah. Aku ke pesantren.

Ke pesantren? Dimana?

Di daerah Jawa Barat sana.

Ohh.

Kalo kamu?

Gak tau juga nih.

***

Akhirnya dia nanya balik!!
Tapi, dia bilang di mau ke pesantren. Aduh, gimana ini? Ga bisa lihat dia lagi donk! Tuturku dalam hati.

Aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur. Tiba-tiba, terdengar suara Mama memanggilku.

"Nisss, keluar donk. Ada yang mau dibicarakan." Teriak Mama dari luar pintu.

"Ya, Ma, bentar," Kulangkahkan kakiku lunglai menuju pintu. Kubuka kuncinya dan kulangkahkan kakiku keluar. Kemudian, aku berjalan ke ruang televisi.

"Ada apa, Ma?" Tanyaku.

"Ini, Mama sama Papa ada rencana masukin kamu ke sekolah ini."

Mama menjulurkan brosur sekolah itu kearahku.

"International High School? Itu kan sekolah yang rencananya Abang masukin 4 tahun lalu. Tapi gagal gara-gara nilainya yang kurang memuaskan." Kataku ceplas-ceplos.

"Aku dengar, ya, Nisssss," jerit Nasim, abangku.

"Iyaa." Kata Mama mengabaikan jeritan abangku.

"Sekolahku, kan, udah internasional. Kok dipindahin ke sekolah internasional lagi? Sekolah lama udah cukup lah, Ma." Protesku.

"Tapi sekolah ini lebih bagus lagi, Nis." Jawab Papa.

Kuputarkan kedua bola mataku.
"Lagian aku juga gak pinter-pinter banget." Sambungku.

"Bener bangetttt!" Seru Nasim lagi.

"Diam lah!" Bentakku.

Dia menjulurkan lidahnya.

"Jadi gimana, Nis, mau gak?" Tanya Mama.

Aku berpikir sejenak.
Kalau misalnya aku pergi dari sekolah, maka semakin cepat aku bisa lupain Fadil.

"Ok. Aku terima!"

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang