¿ uo ə^ow

221 49 8
                                    

Judulnya silahkan dibaca terbalik.
Maaf kalo terlalu 4l4y #timpukin KBBI

================================

Tapi.......

"Ini untuk apa?" Tanyaku ragu-ragu.

"Ngg...."

Tiba-tiba, Shilla dan Bagus menghampiri kami.

"Ngepain kalian di sini?" Tanya Shilla. "Kan gue bilang tunggu di depan situu.." tunjuknya ke arah toilet. "Bukan ke sin-" dia mengarahkan wajahnya menuju toko aksesoris, dan tiba-tiba kata-katanya berhenti di tengah jalan. Ternyata dia melihat casing Hello Kitty di display toko aksesoris hp tersebut. Dia langsung berlari dan mendatangi yang kasir.

"Dasar bocah." Kata Bagus. "Baidewei, itu apaan?" Tunjuknya ke hp-ku, yang lubang headset-nya terdapat plug-in yang baru saja dibeli Fadil. Plug-in bergambar kucing warna biru itu bersinar terang. Bagus merampas hp-ku untuk melihat lebih jelas, dia membawanya sedikit menjauh dan tak disangka, sinarnya menghilang.

"Loh, kok rusak sih Nis?" Katanya sambil mengembalikan kepadaku. Aku mengambilnya dan sinarnya kembali menyala terang.

"Emejing.." kata Bagus.

Hal yang amazing bukan bendanya, tapi pemberinya dan RASA SENANGnya. Kataku dalam hati.

***

"Jadi sekarang kita kemana? Masih ada 3 jam lagi nih," kata Shilla. "Kalau udah lewat dari 3 jam lagi, mamaku bisa marah nih,"

"Gimana kalo nonton?" Usul Bagus.
.
.
.
Dan...disinilah kami sekarang, Cinema 3, menunggu penayangan film FINDING DORY yang jadi perbincangan itu.

"Aduh.. gue kebelet nihhh, ke kamar mandi dulu, yuk Shill.." ajakku kepada Shilla yang duduk di sebelah kananku. Sedangkan di sebelah kiriku, ada *hmmhmm*mendeham Fadil. Sedangkan di kiri Fadil, Bagus.

Aku memang suka duduk di tengah, tapi jangan di samping dia juga dong!

"Ah, keburu film-nya main. Nanti pas selesai deh, yaa. Lagian tadi lo bukannya ke kamar mandi!" Kata Shilla.

"Gak mungkin tahannn!! Tadi gue belum pingin pipiss"

Tiba-tiba Bagus menyeletuk, "Lo sama Fadil aja, dia juga mau ke kamar mandi."

OMG!

"Eh, udahlah, gakpapa, gue sendiri aja," kataku, dengan cepat berjalan menuruni tangga.

Dari belakang terdengar langkah kaki yang seirama dengan langkah kakiku. Aku melirik ke belakang. Dan kau tahu siapa dia.

Toilet wanita berarah ke kanan, sedangkan pria arah kiri. Aku memasuki toilet wanita dan bayangannya, yang kulihat dari bawah lantai, berarah berlawanan arah.

***

Cepat-cepat aku keluar dari kamar mandi, takut film keburu mulai. Saat berada di tengah antara toilet pria dan wanita, aku menemukan sosok lelaki yang bersandar, seperti menunggu seseorang.

"Lama ya.." katanya dengan nada datar.

"Loh, ngepain tungguin gue kalo lo merasa terbebani." Kataku, berlawanan dengan hati nuraniku.

"Dasar cewek. Apa yang dibilang dengan apa yang ada di dalam hatinya itu beda." Katanya dengan nada yang sama datarnya seperti biasa.

Deg..deg.

"Maksud lo apa?" Bentakku.

"Ayolah masuk sebelum film-nya mulai." Katanya tak merespon perkataanku, seperti tidak terjadi apa-apa, walau memang tidak ada yang 'apa-apa' sih.

***

"Lama amat sih," komentar Shilla. "Udah main 5 menitan nih,"

"Sorry..sorry," balasku.

Aku pun duduk kembali ke kursiku, Fadil juga duduk kembali ke kursinya. Aku seharusnya menikmati filmnya, secara, film ini sudah terkenal bahkan sebelum muncul trailernya, juga pasti lucu dan membuat rileks. Tapi, kali ini beda. Beda karena kata-kata Fadil yang masih terngiang di benakku.



Aku kan pengen move on!



***

"Filmnya lucu ya," kata Bagus.

"Siapa dulu yang buat," kata Shilla dengan bangganya.

"Emang elo yang buat?"

"Ya, Disney lah, masak gue sih, yang bener aja lo!" Kata Shilla.

"Jadi kok lo yang bangga?"

"Suka-suka gue dong. Mulut, mulut gue, muka, muka gue. Gaya, gaya gue. Masalahh buat looee....!"

Film sudah berakhir, lampu sudah dinyalakan kembali. Kami menuruni anak tangga satu demi satu, Shilla dan Bagus di depan. Mereka saling melempar komentar dan hinaan serta tertawa bersama. Sedangkan aku disini? Dikacangin. Mungkin mereka sengaja, supaya aku dan Fadil tertinggal di belakang dan kami jadi bersosialisasi satu sama lain. Tapi mungkin juga tidak. Mungkin aku sudah tidak disenangi lagi, karena sifat tertutupku selama didepan dia?

***

"Alo.. Mama? Iya..iya, Shilla pulang. Mama udah di lantai 1? Deket lift? Okok.. Shilla kesana. Bye....." Shilla mematikan handphone-nya, menatap kami secara bergantian.

"Sorry ya, guys. Gue pulang duluan. Udah ditunggu nyokap."

"Dasar anak Mami!" Ejek Bagus.

"Daripada gak punya Mami! Wekkss.." Ashilla menjulurkan lidahnya sambil pergi menjauh.

"Kalo lo gimana, Nis? Udah dijemput?" Tanya Bagus, yang sebenarnya aku berharap dilontarkan dari mulut Fadil.

"Belum nih, abang gue ntah dimana, ditelpon ga bisa-bisa,"

"Yaudah, ikut kita aja," kata Bagus lagi.

"Gak lah, nanti ngerepotin. Kan rumah kita gak deket-deket amat."

"Gpp, Nis. Lagian kita mau ke rumah Adam."

"Boleh deh." Kataku. "Makaci yaa.."

Hari ini benar-benar seperti hari yang 'dipaksakan' untuk kami, maksudku Aku dan Fadil untuk 'selalu' bersama. Dimulai dari menunggu Bagus dan Shilla, ke kamar mandi bareng, sampai-sampai pulang bareng.

Aku gak pernah berpikiran bahwa ini bakal terjadi.

Jadi, apakah move on-ku ini bakalan kesampaian?

Salahku juga sih, menyuruh Bagus untuk mengajaknya, tapi maksudku kan hanya untuk bersilahturahmi untuk terakhir kalinya. Yang sewajarnya saja, BUKAN seperti ini.

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang