Jatuh Hati

209 36 10
                                    

Fadil's POV

Hari ini hari pertamaku di pesantren. Jauh-jauh hari sudah kusiapkan segala keperluan, seperti pakaian, pakaian hangat, dll. Dan, sekarang, aku sudah siap.

Aku mengeratkan resleting jaketku, sebab suhu di sini dingin sekali. Yap, bunda memilih pesantren di daerah Puncak. Aku melangkahkan kakiku keluar dari mobil yang ayah kendarai. Perlahan namun pasti kulangkahkan kakiku menuju gerbang utama pesantren itu. Tertulis di atas gerbang itu "Pesantren Darul Arafah". Bunda dan ayah menyusul dari belakang. Tiba-tiba seorang lelaki yang usianya sekitar usia ayah datang.

"Ahmad, lama tak bertemu." Kata pria yang berpakaian putih itu.

"Iya, Joko. Ini..." Ayah menarikku, "aku bawa anakku, dia mau bersekolah di sini."

Pria itu, yang bernama Joko, mengulurkan tangannya. Aku menjabat tangannya pelan.

"Perkenalkan, saya Joko. Seperti yang kamu bisa lihat, saya teman ayahmu ini. Dan juga, saya pemilik pesantren ini."

"Saya Fadil," Aku bingung, mau panggil pria itu 'om' apa 'Pak' atau...

Perhatianku teralihkan oleh seorang gadis yang berjalan mendekati kami. Dia mengenakan hijab putih dan kacamata hitam tergantung di hidungnya yang mancung. Usianya mungkin sama sepertiku. Dia tersenyum sambil melangkah mendekat.

Pak Joko--atau om Joko--kemudian berkata lagi, "Ini anakku, namanya Aqilah, umurnya setahun lebih tua dibandingkan anakmu ini."

Aqilah memberi salam kepada ayah, bunda, dan aku.

Jantungku berdegub kencang untuk pertama kalinya, apa ini yang dinamakan love at first sight?

"Aqilah, tolong antarkan Fadil berkeliling pesantren, sementara ayah mau ngobrol dengan teman lama. Dan jangan lupa, ajak teman-teman yang lain. Laki-laki dan perempuan, kan, tak boleh jalan berdua saja." Kata Joko memberi instruksi.

"Iya, Yah. -- Ayo, Fadil." Katanya kepadaku.

***

"Hahahaha..." mendengar cerita yang dilontarkan Aqilah, membuat perutku geli.

"Iya, dan lo tahu habis itu gimana?"

"Nggak." Jawabku singkat sambil menghapus air mata imajinasiku.

"Gue sama temen gue itu beberapa hari kemudian nampak orang jatuh di situ juga, tangga itu, tapi orangnya beda." Katanya sambil terkekeh, sehingga sedikit sulit dimengerti.

Aku sangat menikmati suasana ini, bercanda dengan Aqilah dan teman-teman baruku disini. Well, sebenarnya aku sudah tidak baru lagi, pasalnya sudah 2 tahun aku berada di pesantren ini. Dan tiap-tiap hari disini kami lewati dengan bercerita, sambil menunggu datangnya magrib. Tapi, yang paling kutunggu adalah ketika Aqilah bercerita. Bibirku tak bisa menahan untuk menunggingkan senyum. Aqilah itu nampak dari luar lembut, tapi ternyata up-to-date juga. Ngomongnya saja, lo-gue. Tapi jangan salah, dia itu kalau sudah formal, formallll banget.

"Dil.. Fadil." Muka Aqilah tampak menerawang dibalik mataku. Seketika juga aku tersadar dari lamunan indah tentang dia.

"Eh, iya?"

"Lo denger ga, sih?"

"Deng-denger kok."

"Yaudah, sholat dulu deh sana, udah magrib tu,"

***

Seusai sholat, aku kembali ke kamarku. Disana sudah kutemui Raffi, teman sekamarku.

"Fi, lo ga ke masjid?"

"Hehe.. ketiduran," jawabnya acuh-tak acuh.

Aku memutar bola mataku, lalu menaiki tangga ke ranjang atas. Aku duduk kasurku, kakiku menjuntai sambil menendang-nendang udara.

"Kapan lo bakal nyatain rasa lo ke Aqilah?" Tanya Raffi yang matanya masih terkatup.

"Maksud lo?" Seingatku, aku belum pernah bercerita tentang perasaanku kepada siapapun.

"Lo ga bisa bohongin gue. Gue semasa SMP itu playboy, taukk.." balas Raffi.

Aku pun turun ke ranjangnya dan mendorong kaki Raffi supaya dia duduk dan memberiku ruang untuk duduk.

"Lo bisa dipercaya, 'kan?" Tanyaku sambil melihat Raffi dari atas ke bawah dan ke atas lagi.

Raffi yang matanya sekarang sudah terbuka mengangguk pelan.

Akupun bercerita segala keluh-kesahku kepada Raffi sambil ditemani suara merdu Raisa yang terdengar dari radio yang Raffi seludupkan masuk ke pesantren.

Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati

Ku terpikat pada tuturmu,

Aku teringat wajah Aqilah saat dia bercerita padaku.

aku tersihir jiwamu

Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia

Aku teringat saat pertama kali melihatnya, membuatku deg-degan tak karuan.

Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu

Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu?

Jatuh Hati-Raisa

"Jadi menurut lu gimana?" Tanyaku kepada Raffi setelah mencurahkan semua unek-unekku.

"Lo tembak." Jawabnya singkat. "Dia itu bentar lagi udah mau lulus. Ingat, Dil, dia itu satu tahun lebih tua daripada kita, sebentar lagi dia udah ga sini lagi."

"Tapi, gue ga pernah nembak cewe." Kataku pelan.

"Jadi, selama ini lo pernahnya nembak cowok?" Tanya Raffi.

Aku melihat Raffi keheranan. "Gila lo memang."

================================
Part yg ini susah bgt! Secara, author bukan org Muslim, jd ga ngerti2 soal ginian, cuma bisa tanya sama temen yg Muslim a.k.a pemeran Nisa. Jd kalo ada yg salah, jgn salahin author, tp temen author wkwkk.

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang