Jalan Yuk

187 39 1
                                    

Pacar?

"Loh, Dil, gue baru tau selera lo kayak gini." celetuk Bagus.

"Kayak gini gimana?" Ellona bertanya dengan nada yang sedikit sinis.

"Uhmm... can-cantik kok, Ellona." Jawab Bagus gugup-gugup.

Ellona tersenyum puas. Dia melihat ke arahku yang dari tadi termenung, masih mencerna kata-katanya tadi.

"Udah lama?" Tanya Shilla.

"Uhmm.. Semenjak awal kuliah gitu.." kata Ellona manja.

"Lo ga usah boong. Baru aja seminggu." Kata Fadil. Ellona tampak kesal, dan Ashilla sepertinya sudah mau tertawa.

"Dan boleh gak kita..." sambung Fadil, "bicarain tentang yang lain aja? This is so annoying."

***

Dan...begitulah, hari itu kami lewati dengan saling diam. Terutama diriku. Semenjak insiden itu, sepatah kata pun tak terucap dari bibirku. Fadil dan 'pacarnya' pulang duluan, kemudian disusul Bagus, dan tinggallah kami berdua. Aku dan Shilla. Janjinya sih, Shilla mau antar aku pulang, tapi...

"Aduhhh..aduh..aduhhh Nissss!!!! Mama gue telfon nih, minta suruh cepet-cepet pulang. Aduh gimana nihhh... Udah rumah lo arahnya terbalik sama rumah gueee.." Shilla tampak kebingungan.

"Udah lah, gak apa-apa. Gue naik becak aja."

"Bener nih?"

"Gue sih udah antisipasi aja. Lo, kan, ninggalin gue bukan cuma hari ini aja. Udah sering Shil! Udah sering!"

"Ihh.. Lo kok gitu sih, Nis?!" Shilla tampak merajuk.

"Heheh.. becanda Shil, becandaaa."

"Gue duluan yaaa! Dadaggh.."

***

Hujan pula!!!

Baru setengah perjalanan, hujan deras sudah mengguyur jalanan ibukota. Dan parahnya lagi, ini becak mogok pas di depan kompleks! Masih harus jalan jauh lagi!

"Maap deh, ya Neng. Mogok."

"Yaelahh.. Udah hujan lagi!"

"Yaudah, Neng. Bayar."

Aku mengeluarkan selembar uang Rp20.000.

"Nah, bang."

"Lah, kok segini? Kan 35 rebo."

"Kan 35 ribu kalo sampe pas depan rumah. Lah ini, masih jauhhhhh.." kataku sambil meninggalkan becaknya.

***

A

ku menelusuri jalan menuju rumah. Hujannya sudah reda, tapi, yah, tetap basah juga.

Dari antara bunyi tetesan hujan itu, aku mendengar seruan seseorang dari arah belakang.

"Hujan, Nis. Hati-hati sakit." Kata suara itu.

Pikiranku kembali melayang pada Fadil. Berharap Fadil bisa se-care itu denganku. Tapi... boro-boro peduli, dia udah punya gebetan.

Tapi tunggu dulu.. Barusan dia panggil Nis?

Aku melihat ke belakang.

Adam ternyata.

Adam dengan motor bebeknya berjalan pelan dibelakangku.

"Butuh tumpangan?"

***

Walaupun perbedaannya cukup sederhana, pastilah waktu dengan sepeda motor lebih cepat dibanding berjalan kaki.

"Makasih udah antarin gue."

"Sama-sama. Yah, walaupun anternya deket aja." Katanya. Aku pun masih bisa melihat jalan aku dan Adam bertemu tadi.

"Yaudah.. Pulang deh sana. Masih hujan loh."

"Udah dianterin, ngusir lagi." Ejek Adam.

Ku abaikan perkataan Adam dan masuk ke dalam rumah.

***

Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku duduk di meja belajar. Rencananya sih, mau kerjain tugas dari dosen killer, tapi, malah termenung, sampai tiba-tiba handphone-ku berbunyi.

LINE

Adam
Sibuk ga minggu ?

Annisa Kyari.
gaj
•*gak
np

Adam
jalan yuk

Annisa Kyari.
jalan? Capek dong!
•mendingan naik mobil

Adam
ehh, dasar. Maksud gw jln2

Annisa Kyari.
wkwk
•kalo jalan2 gw baru setujuu
•jam brp?

Dan...bukannya mengerjakan tugas, aku malah asyik ber-chatting ria dengan Adam.

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang