Hidup dalam Bayang-bayangnya

51 4 4
                                    

Switch POV lagi hehe
In case kalian udh lupa ceritanya, jadi diceritain ulang pake povnya fadil. Start dari awal kuliah hehe
================================

Fadil's POV

"Sayangg, hari ini kita makan dimana? Harus yang special dong, secara ini daily anniversary kita yang ke-5." Rengek Ellona sambil memegang erat lenganku dengan kedua tangannya.

"Apa-apaan sih. Jangan bertingkah kekanak-kanakan deh. Malu sama umur." Cibirku.

"Ihh ayang kok ketus banget sih,"

"tapi aku sukaa.."  sambungnya.

Kalo bukan karena Aqilah mah udah gua campak lu dari gedung ini. Pintaku dalam hati.

Ya, Ellona adalah pacarku. Well, walau aku tidak mau menyebutnya pacar. Karena aku separuh hati mau berpacaran dengannya. Aqilah, gadis yang kutemui di pesantren, yang aku gila-gilai, bisa-bisanya punya sepupu sinting seperti ini. Dan bisa-bisanya sepupunya yang sinting ini dititipkan ke aku dengan embel-embel "demi dirinya". Cih..

Sudah setahun lebih aku tidak bertemu dengannya. Semenjak dia lulus, dia tak pernah berkunjung sesekali bahkan untuk menemui ayahnya sendiri. Jadi, aku menarik konklusi bahwa dia sudah mengambil kuliah di luar negeri. Selain jauh, buang-buang waktu untuk berkunjung ke Indonesia, biaya yang dikeluarkan pasti juga banyak.

"Kamu lagi mikirin apa sih?" Perkatannya membuyarkan lamunanku.

"Gak apa. Makan yuk." Kataku cepat-cepat.

"Ahhh asyikkk. Makan dimana?" Jeritnya antusias.

"Ya di kantin laa." Aku pun berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Sedangkan Ellona, dia hanya menganga memandangi punggungku yang kian lama kian menjauh.

***

Aku berjalan menuju tempat duduk setelah sebelumnya memesan semangkuk bakso Mbak Sari, yah, makanan favoritku disini.

"Loh, dek Padil. Tumben-tumbenan makan jam segini. Biasanya datang selalu telat."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Mbak, nanti anter ke meja itu ya. Oh ya, jangan pake sianida." Maksudku becanda, tapi entah kenapa malah terdengar serius. "Becanda, Mbak, hehehe."

Mbak-nya ber-oh ria selagi aku berjalan menuju meja yang kutunjuk tadi.

Aku merasa ada dua orang cewek yang sedang berlari keluar dari kantin. Awalnya aku acuh tak acuh, tapi gadis yang belakang, yang ditarik oleh yang seorangnya lagi, mengingatkanku kepada seseorang. Tapi, abaikan saja deh.

***

Aku melirik jamku. Sudah pukul 12.05. Ok, kasih waktu dia untuk jalan. Pikirku dalam hati. Barangkali macet atau gimana. Emang jalan aja yang bisa macet, kan tangga juga bisa.

Aku pun berjalan hilir mudik sambil menunggu Ellona yang tak kunjung datang. Tak jauh dari tempatku berdiri sekarang, aku melihat sesosok gadis berambut panjang tergerai, mendengarkan musik bersumber dari Ipodnya, sedang bersandar di sembarang tembok yang ditemuinya. Matanya terpaku pada layar ponselnya, membuatnya sedikit menunduk. Dan dengan rambut panjangnya yang menutupi sepersekian bagian wajahnya itu, penampakannya tak ayal seperti kuntilanak. Tapi, aku seperti tanda dengan wajahnya, yah, walaupun cuma tampak samar-samar. Aku pun dengan percaya diri melintas di depannya. Cewek itu menengadahkan kepalanya. Wajahnya jutek sekali, seperti sedang emosi. Tapi tunggu dulu, aku kenal siapa dia. Dia Nisa. Annisa Kyari. Ya, aku tanda wajah itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang