Maaf ga pernah up udah seabad #lebay
================================Setelah sedikit memoleskan wajahku dengan bedak, aku pun menyusuri tangga ke bawah untuk menemui anggota keluarga lainnya yang sedang menikmati cookies buatan Mama. Tapi kok, gosong?
Aku menaikkan alisku, yang dibalas oleh senyuman malu-malu Mama.
"Gak tau nih, Nis. Mama tadi bengong, jadi gosong deh." Kata Mama malu-malu.
"Gak apa-apa, Ma." Kataku berbohong, tapi lebih baik kan daripada memarahi orang tua untuk alasan yang sangat sederhana.
Tapi aku salah.
Cookies gosong bukan urusan yang bisa dianggap sederhana.
Karena...rasanya..Enak sih.
Tapi, kerasnya... ampun-ampun deh.
Setelah menghabiskan cookies-ku yang pertama (itu pun dengan bantuan susu supaya lebih lunak), aku meminta izin pergi kepada Mama dan Papa yang disambut dengan sumringah Nasim sambil berkata, "Nasim juga pergi dulu."
Baik-baik deh lo sama gue, Sim. Gue udah nyelamatin hidup lo.
"Sim, anter gue, ya." Kataku ketika Nasim keluar dari rumah dan menuju garasi.
"Hmm. Masuk deh lo."
Aku pun mengikuti perkataannya dan duduk di samping kursi pengemudi yang Nasim tempati.
***
"Jadi gimana semalam?" Kata Nasim buka suara.
"Apanya yang gimana?" Tanyaku pura-pura bodoh.
"Lo sama si kampret itu."
"Ya, gitu. Cewek itu beneran gebetan dia." Jawabku dengan gampangnya tanpa melihat ke arah Nasim.
"Trus gue denger dari Mama, lo bawa Fadil ke rumah, ya?"
"Ya, ga sengaja ketemu dia." Jawabku enteng.
"Lo sebenarnya suka sama Adam atau Fadil?"
Kali ini aku melihat ke arahnya. Dahiku yang tadinya mengerut, lambat-laun mulai kembali rileks.
"Ga dua-duanya. Mereka itu sekeluarga memang gitu. Playboy.""Nis, lo kan belum tau keluarga mereka gimana. Kayak pepatah nih mematahkan," Nasim mengerutkan dahinya, "pepatah mematahkan," jeda, "pepatah mematahkan, ihh, mulut gue kok typo!"
"Pepatah mengatakan," kataku mengoreksi.
"Ya, pokoknya itulah. 'Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.' Lo tau artinya apa?"
"Gak." Aku sebenarnya tahu apa artinya, tapi malas saja menyebutkannya.
"Artinya... hanya karena kesalahan kecil yang nampak tiada artinya seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakan."
"Jadi apa hubungannya?" Kataku memutar bola mataku.
"Gue belum selesai. Artinya juga bisa karena salah satu orang, seluruh kelompoknya jadi kena dampaknya. Lo pernah nonton gak, itu film kartun, Pada Zaman Dahulu?"
Dasar bocah. Batinku.
Sementara itu, aku tak menjawabnya."Itu gara-gara satu burung...burung apa gitu, gue lupa. Nah, gara-gara burung itu melakukan kesalahan terhadap lebah, lebahnya jadi benci dan meneror seluruh spesies burung itu. Padahal, kan, gak semua spesies burung itu kayak si X-lah, kita anggap. Nah, begitu juga sama si Adam. Gak semua keluarganya kayak dia. Bukan berarti..." Nasim memberi jeda. "gue ngedukung lo sama si Fadil itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBREAKER
Teen FictionAnnisa Kyari, atau yang akrab disapa Nisa, adalah seorang murid SMP di sebuah sekolah Internasional. Kisah percintaannya sih, mirip-mirip kisah cinta anak SMP pada umumnya. Mengagumi seseorang dari kelas 1 sampai kelas 3 SMP, tapi cowonya gak peka-p...