Aqilah

31 5 2
                                    

Sekaget-kagetnya aku melihat cewek berhijab tetapi hati yang busuk (atau seperti itulah yang kupikirkan) itu berdiri di depanku, tampang cewek itu lebih shock daripada apapun. Bukan, bukan melihat ke arahku. Tetapi, lelaki yang sedang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri. Ya, ke arah Fadil. Maksudku kalau misalnya kau belum pernah melihat cowok yang tampan, jangan bertingkah memalukan seperti itulah di depan cowok yang baru saja kau rebut! Dasar PHO!

"Aqilah?" Suara itu bersumber dari Fadil.

"Fadil.. Apa yang lo lak-"

"Wait, lo kenal dia?" Tanya Adam memotong perkataan Aqilah.

"KALO KALIAN DISINI CUMA MAU NGADAIN FAMILY GATHERING ATAU REUNI KELUARGA MENDINGKAN KALIAN KELUAR SEKARANG JUGA!" Jeritku. Bisa-bisanya mereka mengganggu Mama yang lagi sakit dengan segala macam drama itu. Lagian siapa sih cewek itu, bisa-bisanya dia kenal Fadil dan Adam secara bersamaan.

"Nis, sor-" Adam mulai angkat suara.
"Keluar."

Ketiga orang itu menurut.

Ketika pintu ditutup, Mama angkat suara.

"Apa-apaan tadi itu. Suara kamu kenceng banget. Kuping Mama sakit. Kalo bukan ini kaki lagi sakit banget untuk tendang kamu keluar, udah Mama tendang deh kamu." Kata Mama setengah bercanda. Suaranya halus dan serak, tidak seperti biasanya.

"Mama istirahat aja dulu. Kalo ga, Nisa yang tendang Mama."

"Dasar kamu ini, gua tampol lu ya." Tawa Mama pun lepas. "Mendingan kamu selesaikan masalah sama 3 orang tadi itu, biar Mama, Nasim yang jagain." Sambungnya.

"Yakin Mama mau dijaga sama orang kek gitu?" Candaku yang disusul oleh toyoran dari Nasim.

"Cabut lu," katanya.

Aku pun berjalan menuju pintu sembari melihat ke arah Mama. Aku membuka pintu, namun tak menemukan ketiga sosok manusia yang menyebalkan itu. Lebih baik begini, tidak bertemu dengan mereka. Aku pun berjalan menuju ke arah kantin rumah sakit, hendak membeli aneka snack untuk Mama, toh sakitnya tidak ada yang berhubungan dengan sistem pencernaan, jadi snack-snack tidak bakalan menjadi permasalahan.

Namun apa daya, di kantin, ketika baru saja jari-jariku mengetuk kaca stalling, memilih jajanan yang cocok untuk diberi ke Mama, sentuhan tangan seseorang mengejutkan jantungku. Ya, dia adalah gadis yang disebut-sebut sebagai Aqilah.

"Ada apa, ya?" Tanyaku dengan nada datar.

"Boleh ngomong bentar, ga?"

"Mereka mana?"

"Itu di meja no 5. Tapi.. gua cuma butuh elo. Berdua aja."

Aku mengernyit. "Ok, jangan lama-lama. Gua mau beli makanan buat nyokap."

"Ok, tapi kita jangan bicara disini, nanti ketahuan sama tu dua cowok. Di taman aja, ok?"

"Lo kok ngatur2 hidup gue?"

"Please..."

***

Dan disinilah aku sekarang. Di taman, berdua dengan cewek yang selama ini kucap sebagai PHO.

"Hmm," dia berdeham. "Gua mau minta maaf, atas insiden kemarin."

"Jadi lo cuma mau bilang itu? Udah gua maafin. Ok, gua pergi ya,"

"Ehh tunggu." Tangannya menggenggam tanganku. Ok, kuakui tangannya yang halus dengan kuku-kuku panjang yang dilapisi nail polish bening.

"Gua mau tanya, apa hubungan lo sama Fadil?"

Tensiku memuncak.

"Lo udah rebut Adam, sekarang lo malah tanya hubungan gua sama Fadil? Lo gila ya?"

Tak ada tanda-tanda shock diwajahnya, seolah-olah dia sudah menebak reaksiku.

"Kalo tidak ada kepentingan lain lagi gua mau pergi. Lepasin tangan lo. Pegang aja noh tangan si Adam." Kataku sambil menyentak genggamannya.

HEARTBREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang