Heartbreaker : (1) So Everybodeh, It's Kiera's Life

146K 7.4K 171
                                    

"Give me your, give me your, give me your attention baby. I got to tell you a little something about yourself ...."

Saat aku selesai bernyanyi satu bait dengan pede di hadapan seluruh anak-anak SMA Nusa Bangsa, dia melayangkan senyum penuh arti padaku dan mulai bernyanyi.

Semua orang mulai bertepuk tangan saat kami mulai di bagian chorus, mereka ikut bernyanyi dan bergoyang. Mata cokelat miliknya terus mengunci pandangan mataku sementara kami masih terus menyanyi.

Aku jarang melihat tipe sepertinya. Cowok langka. Dia memiliki wajah oval dan rambut cokelat muda. Bibirnya tipis dan hidungnya melengkung sempurna dengan indah.

God, I wanna broke his heart.

Ketika nyanyian selesai dan tepuk tangan mulai bergemuruh, dia menarik lenganku mendekat. Bisikannya di telingaku sedikit membuat bulu kudukku meremang.

"Not bad. Gue, Rafadinata. Panggil aja Nata. See you next time, pretty girl," dia lalu mengirimkan ciuman jarak jauh pada penonton yang langsung bereaksi menggila dan meninggalkanku sendirian di panggung.

Aku membeku di tempat, mencengkram microphone kuat-kuat.

Tunggu, dia menantangku apa bagaimana? Dasar sialan. Aku benar-benar akan membuat cowok songong itu bertekuk lutut di jari kakiku dan menghancurkan hatinya se-de-mi-ki-an rupa.

Langkahku menghentak saat ikut turun dari panggung, mataku langsung bertatapan dengan Andi. Dia pacarku entah keberapa yang menjadi ketua panitia acara HUT SMA Nusa Bangsa.

"Makasih, Hun. Kamu mau gantiin Lilia buat nyanyi bareng Rafadinata," ucap Andi lega.

Sebenarnya tadi aku berada di panggung karena permintaan Andi. Lilia adalah duet dari seorang cowok yang baru kutahu namanya Nata. Tapi kata Andi, Lilia sakit dan gak bisa buat nyanyi. Jadi, aku menggantikan posisi Lilia.

Entah bagaimana Andi bisa tau aku pandai bernyanyi, padahal selama ini itu masih menjadi rahasiaku.

"Gapapa kok," aku tersenyum berusaha terlihat manis, "btw kita putus ya," detik berikutnya wajah datarku langsung disambut wajah kaget Andi.

Dia terpaku beberapa saat, langkah kakinya baru terdengar di belakang saat aku cukup jauh dari jangkaungan Andi.

Seseorang menahan tanganku, you know who.

"Kenapa?" tanyaku datar.

"Honey? Kok kita putus?" pertanyaan Andi terputus-putus karena dia tadi berlari-lari.

Dasar bodoh.

"I'm not your honey and I will never be yours," kataku tajem. Setelahnya aku menghentak tangan Andi dan tersenyum sinis. "Bye, Andi."

*

Aku tahu ini kebiasaan yang benar-benar buruk tapi entah kenapa aku tidak bisa menghentikannya. Aku senang melihat wajah menderita cowok-cowok itu. Aku ketagihan mendengar permohonan supaya aku kembali padanya. Aku suka saat mereka putus cinta karenaku.

Apa aku kejam? Jahat? Atau apa?

Aku hanya seseorang yang pernah patah hati sangat amat parah dan melampiaskan rasa itu pada orang lain supaya mereka merasakan yang sama.

Apa aku egois?

Ya, dan aku mendukung hal itu.

"KIERAAAA!"

Sepertinya aku harus kembali ke dunia nyata dan berhenti menjadi daydreamer sekarang. Hahhh... kehidupan flatku yang tak berarti, I come.

"Kenapa Car?" aku nyengir padanya dan langsung dihadiahi getokan ujung buku di kepala.

Awww. Sakit.

"Lo kalo minjem buku bilang-bilang kenapa?" Carmen menggerutu.

Dia salah satu sahabatku, btw. Sudah punya tunangan yang sama kecenya kayak Carmen. Dia tidak sekelas denganku tapi karena kami dekat dari SMP jadi kita berdua saling berkunjung. Umurnya 17 ta-kenapa jadi ngomongin umurnya? Gapenting banget.

"Cacar jahattt," aku cemberut lucu padanya dan mengusap-usap kepala bekas kekerasan Carmen.

Carmen mengernyit melihat tingkahku. "Lo gak usah make topeng lo kalo lagi bareng sama gue."

Wajahku pias untuk sesaat karena perkataannya. Tapi aku langsung tersenyum datar saat mencerna ucapan Carmen. Dia salah satu orang yang tahu aku memiliki dua kepribadian.

Carmen tahu ketika kami berdua berada di kelas 10. Dia terus memperhatikan gerak-gerikku dan akhirnya aku diinterogasi oleh Carmen. Untuk seorang cewek, Carmen tipe orang bermata jeli yang tahu perubahan raut wajah seseorang (bahkan dia bisa mengartikannya).

"Jadi Andi udah lo putusin kemaren?" tanya Carmen sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Untung saja kelasku sepi karena semua orang pergi ke kantin saat istirahat pertama. Sementara aku dan sahabat-sahabatku terbiasa makan ketika istirahat kedua.

"Udah, and guess what?" tanyaku balik.

"Target lo selanjutnya adalah Rafadinata. Ketauan dari mata lo," jawab Carmen puas.

"Absolutely, yes," aku tersenyum licik sambil membayangkan wajah memelas Rafadinata.

Lihat saja nanti di pertemuan kita selanjutnya, Nata.

ST [5] - HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang