Side Chapter : (2) Kebetulan Ke-Tiga

78.6K 4.8K 85
                                    

20 Tahun Kemudian ...

Kiera, dengan celemeknya, menggedor pintu berstiker ‘I Can’t Keep Calm, Cause I’m Batak. HEHE, GADENG’. Wajah perempuan setengah baya itu sudah kesal setengah mati karena putra tunggalnya, Bimas, tidak kunjung bangun dari bunga tidur. Pintu yang bersebelahan dengan pintu Bimas terbuka, menampilkan sosok Rafadinata yang tengah memakai dasinya. Kiera cemberut sembari menunjuk pintu Bimas.

“Et, belom bangun dia?” Nata menggeleng-geleng kepalanya. Dia pun menggedor pintu Bimas sembari berteriak-teriak.

Di sisi lain, Bimas masih tengkurap. Dia mengerang-erang di tempat tidurnya karena kemarin malam dengan rakus telah menghabiskan makanan manis. Untuk berjalan pun, rasanya Bimas tidak bisa melakukannya. Dia mendengar gedoran di pintu, tetapi Bimas merasa malas untuk keluar.

“Bimas! Uang sakumu nanti Papa kurangin 70%!!!”

Atau, Bimas harus bergegas sekarang juga.

Tiga puluh menit kemudian, dengan grasak-grusuk, Bimas turun dari lantai dua. Dia langsung mengambil kunci motornya. Kiera yang melihat anaknya ingin kabur, otomatis menyahut. “Sarapan atau gak uang sakumu dikurangin 80%!”

Langkah Bimas terhenti, dia menengok ke arah Ibunya dengan jengkel. “Ih! Mama Papa ngancemnya nyebelin amat.”

“Makanya, kamu makan dong,” ucap Nata yang sudah duduk manis di ruang makan.

Bimas pun melakukan sarapan. Dengan grasak-grusuk tentunya. Kiera dan Nata hanya menggelengkan kepala, bingung darimana sifat Bimas yang seperti ini. Tepat ketika Bimas selesai sarapan, pintu rumah berbunyi. Seseorang, dengan langkah seperti kutu loncat, langsung menghampiri mereka. Kedua tangannya penuh dengan kantung belanjaan. Dia nyengir kepada Bimas yang langsung memeluknya. Orang itu adalah Kalva.

“Heyooo, keponakan gue makin tjakep aja,” sapa Kalva santai. Dia pun mulai memberi Bimas oleh-oleh dari Kalimantan.

Kiera mengernyit, “Abis nyolong dari mana ‘Kak?”

Wajah Kalva terkaget-kaget, “Ya Allah, Kiera. 16 taun lo nikah ama Nata, sekarang omongannya hampir mirip doi.”

“Eh,  ngomongin gue?” tanya Nata jengkel.

“Makanya, nikah sana. Jangan ngejekin orang,” kata Kiera, membuat Kalva memutar bola matanya.

“Gak, ah, gue kan jomblo abadi.”

“Dih, bangga.”

Bimas yang merasa tersisih langsung cemberut dan mengambil kunci motornya, “Bimas berangkat, ya!!”

“Eh, minum susu putihnya dulu!”

“Gak ah!”

Bimas pergi sebelum mendengar ancaman dari Ibunya lagi. Dia pun naik ke motor gedenya, lalu berangkat ke sekolah Nusa Bangsa. Ketika sampai, dia melihat gerbang sekolah nyaris ditutup. Tanpa sengaja, cowok bermata cokelat seperti Ayahnya itu, melihat seorang cewek tengah berlari menuju pintu. Dia tak berpikir panjang. Dengan kekuatan cowoknya, dia menarik cewek itu untuk duduk di jok belakang. Cewek itu terkesiap sesaat, tapi tak berkata apa-apa. Bimas pun langsung menekan gas dengan kencang, dia berhasil menerobos gerbang sekolahnya.

“Selamet deh, selamet,” ucap Bimas, dia menengok ke arah cewek yang ada di belakangnya, “Lo gak mati ‘kan di sana?”

Cewek bermata abu-abu itu menatap Bimas bingung. Dia tampak mengingat sesuatu. Begitu sadar lelaki di hadapannya adalah orang yang sama, matanya melebar.

“Lo ... Bimas Hutama yang liburan lalu di Jerman, ngebantuin gue ‘kan?” tebak cewek itu.

Bimas juga tampak mengingat-ingat. Melihat cewek itu dengan seksama, mata Bimas melebar. Dia mengingatnya sebagai cewek yang rasanya selalu ingin ia bantu. Seperti sekarang.

“Lo ... Lea yang pas di Jerman kamarnya sebelahan sama gue, ya?” tebak Bimas.

Mereka terdiam sesaat. Bimas dan Lea melihat satu sama lain. Suatu kalimat tercetus di bibir keduanya tanpa komando.

“Bukannya kebetulan ke-tiga berarti takdir?”

Dan, cerita pun diulang kembali. Bimas tak sabar untuk menceritakan ini pada Kiera dan Rafadinata.

Pada dasarnya, kebetulan ke-tiga adalah takdir.

Mau menampis seperti apapun.

Semuanya tetap berulang, selalu.

---Side Chapter---

a.n

omg, hahaha long time ago, ada user yang minta dibuatin cerita tentang anak Kiera sama Rafadinata, dan inilah jadinyaaa. Hehehe sebennerya ini bagian dari naskah yang dikirim ke penerbit, berharap bakal menang

tapi nyatanya gue kalah

dan gue akhirnya inget masih ada utang sama reader, jadi gue post deh hihihi

goodnight and sweet dreams! 

ohyaa, gue buat series baru, TBR, check it out! :)

x

ST [5] - HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang