Pulang sekolah, dengan hati berbunga-bunga, aku masuk ke dalam kamar dan langsung menghadapkan diri ke cermin. Di sana terpampang jelas wajah tomat dengan senyum bodoh di bibir. Benar-benar tak kusangka, hari ini menjadi best day ever karena perlakuan seorang Rafadinata.
Rafadinata. Orang yang dulu dijadikan target permainan bodohku, sekarang menjadi pacar terbaik setelah Pete.
Oops, bukan maksudku mengatakan Pete lebih baik daripada Nata. Tapi, Pete lah yang membuatku tahu tentang perasaan abstrak bernama cinta. Pete juga lah alasan mengapa aku mengunci hatiku rapat-rapat setelah kepergiannya.
Lalu datang Nata dengan kunci pembuka hatiku.
Oke, perkataan tadi itu menggelikan, tapi, siapa peduli? Aku sedang senang sekarang.
Ketika sedang mematut diri di kaca, pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Aku menengok ke arah pintu, ternyata Kalva. Kakakku itu melempar tas ke sembarang ruangan lalu tengkurap di karpet.
"Kenapa lo?" tanyaku heran.
"Kuliah," Kalva menggeliat, "biasa. Tugas."
Lalu, Kalva melihatku dengan tatapan elangnya. "Bibir lo kenapa?"
Aku mengernyit, pandanganku beralih pada cermin di dinding. Mataku tidak mendapati ada yang salah dengan bibirku.
"Gak kenapa-kenapa." Aku menjawab seraya ikut tengkurap di sebelah Kalva.
Saat tanganku meraih majalah, Kalva memberi komentar, "bibir lo kayak abis dicium masa."
"Najis!" Aku menabok Kalva dengan majalah, lalu membenamkan kepala di lipatan tangan. "KALVA GELI NGOMONGNYA APAAN BANGET."
"Lah emang iya kan?"
"KOK LO TAU."
"TA--JADI LO BENERAN?!" Sekarang, Kalva dengan sengaknya malah tertawa keras. Dia menggoyangkan punggungku tanpa henti. Aku mengernyit, menutupi muka dengan kedua tangan. Sialan, kalau tidak refleks aku pasti akan mengelak.
Lagian, kenapa Nata malah pake acara nyium-nyium segala. Bikin malu.
"Eh--tunggu," Kalva berhenti tertawa, lalu menarikku untuk duduk. Ketika aku terduduk, Kalva menatap mataku serius. "Kok lo tetep sadar?" tanyanya.
Aku mengerutkan dahi, "emangnya kenapa?"
"Tiap ada cowok yang nyentuh lo, harusnya lo berubah jadi--" perkataan Kalva dengan cepat kupotong, "Rara?"
Kerutan dahi Kalva semakin dalam, "kok lo tau?"
"Tau lah," aku mengangkat kedua bahu, "jadi itu alesan kenapa gue sering pingsan."
"Tapi kenapa dia gak--" Kalva berhenti berbicara ketika ponselnya berbunyi. Bibirnya langsung cemberut, dia melihatku sebentar lalu keluar kamar. Aku yakin itu telepon penting sehingga ia repot-repot keluar kamar.
Ketika Kalva benar-benar pergi, aku kembali menatap bayanganku di cermin. Seharusnya, Rara ada di sana dan tersenyum monalissa. Tapi, yang kulihat hanya wajah tak bersemangatku.
"Miss me?"
Suara itu datang. Entah dari mana. Yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum sambio meneliti lebih jauh bayanganku di kaca.
"Gue tau lo di sana," kataku, tersenyum.
Perlahan, wajahku berubah menjadi Rara. Dia membalas senyumku. "Kamu berhasil nemu pembawa kunci? Hebat."
Aku mengernyit, "maksud lo, Nata?" tanyaku.
Rara mengangguk, "akhirnya aku tidak mengkhawatirkanmu lagi."
"Ra--"
"Kalau begitu aku pergi dulu ya," lanjut Rara sambil nyengir, meski yang kudapat berbanding terbalik dengan ekspresinya.
Dia sedih.
"Kenapa lo harus pergi?" tanyaku cepat.
Rara menyembunyikan kedua tangan di belakang, "aku harus karena kamu sudah senang."
"Tapi gimana kalo gue sedih lagi?"
"Aku--"
"Stay," kataku sambil menyentuh permukaan kaca, "gue gak peduli lo itu bayangan atau apa. Lo bagian dari gue dan gue gak mau bagian itu ilang."
Senyum Rara berubah cerah, "Rara stay."
*
[A/N]
(Baca cerita Topsy-Turvy, gabungan dari cerita PS 1 sampai PS 8)
PERMINTAAN TERAKHIR GUE DI CERITA INI, PLEASE FEEDBACKNYAAA:))
COMING SOON:
PS [6] - Teach Me About Love
Sinopsis:
“Aku bosan mendengar semua cowok berkata ‘aku cinta padamu’ untukku, sedangkan, aku sendiri tidak mengerti apa itu cinta. Mungkin, kau sekarang menganggapku gila atau abnormal. Aku tak peduli pada penilaianmu tentangku, tapi, aku harus menanyakan ini. Aaron Vinear Vanegas, maukah kau mengajariku tentang cinta?”
Karena Danies Arta Dinata harus belajar akting seorang gadis yang sedang jatuh cinta untuk drama paling penting klub teaternya. Dengan terpaksa, dia harus berurusan dengan Aaron Vinear Vanegas. Cowok yang paling Danies hindari, karena;
1. Cowok populer bukan tipe Danies.
2. Cowok berotak dungu tak dapat berimbang dengannya.
3. Cowok (terlalu) doyan olahraga seringkali membuat Danies terganggu.
4. Cowok yang memiliki sederet nama mantan di track recordnya, benar-benar menjijikan.
5. Danies memang tak suka Aaron, titik.
Akankah semua penilaian Danies terhadap Aaron dan sikap defensifnya akan perlahan luruh seiring waktu berjalan? Ini tugasmu untuk mencari tahu.
UNJUK GIGI YANG EXCITED SAMA PS 6 WOHOOOOO!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [5] - Heartbreaker
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [5] : Kiera Flockheart Bagaimana mungkin, aku, seorang heartbreaker selama satu tahun, baru bertemu Rafadinata yang notaben...