"Rasa penasaran? Penasaran bisa berubah jadi suka yang berlebihan. Karena kadang, sisi baik dari dia buat kita cinta, kalau udah cinta? Sisi buruk itu diubah jadi sisi paling berharga."
- zfra_7
*
Kata-kata mutiara yang pertama di cerita ini, dan... WOW BANGEDH! Thank you komennya, bikin semangat buat lanjutin!
*
"Ini semua gara-gara lo, Nyet," keluhku sambil menggeplak bahu Nata saat kami melakukan salah satu kewajiban di game.
'Let's take walk together.'
Dia, manusia biadab yang menyatroni rumahku pagi-pagi buta disaat Kalva ada di rumah. Nata, sumber masalah yang membuat Papa, Mama, dan Kalva menginterogasiku ketika pulang sekolah. Karena Kunyuk itu juga, keluargaku ingin bertemu dengannya malam ini.
"Apaan si?" tanya Nata, melemparkan senyum sok kece pada junior cewek yang lewat.
Sialan emang.
"Lo pokoknya harus dateng nanti malem. Gamau tau," aku cemberut dan mulai mencubiti pinggang Nata karena dia tidak memperhatikan.
Dia mengaduh, menyumpah keras-keras sambil menghindar dari cubitanku, "SAKIT ELAH."
"MAKANYA DENGERIN."
"Oke, apa?" tanya Nata sambil mengusir jauh-jauh capitan tanganku dari pinggangnya.
Aku langsung menceritakan tentang keluargaku yang ingin bertemu Nata nanti malam dengan menggebu-gebu. Kukira dia akan ciut dan berkata ada acara atau apa, tapi Nata malah ...
"Yaudah, jam berapa?" tanyanya santai sambil merangkul bahuku.
Kok ...
'Don't let anyone mess you up,' kata-kata Kalva terngiang di otakku. Refleks, aku menyingkirkan lengan Nata yang tadi merangkul bahuku. Aku menengok pada Nata sambil mengambil jarak, menelan ludah untuk tidak terlihat gugup.
"Jam 7, saat makan malam," jawabku mencoba menunjukkan cengiran pada Nata.
Nata menaikkan alisnya, ia seperti bingung karena tingkah defensifku tadi, tapi tak berkata apa-apa. Dia hanya mengangguk dan kami kembali berjalan dalam suasana canggung.
"Hey," begitu kami sampai di tikungan menuju rooftop (seperti kemarin, kami makan di sana lagi. Aku sudah ijin pada Taylor dkk kalau beberapa bulan ini gak makan siang bareng), seorang cowok tak dikenal menyapa kami sambil tersenyum pongah.
"Siapa?" tanyaku sambil mengernyit, aku tak pernah melihat wajahnya di manapun.
Cowok itu berkulit putih, matanya belo dan berwarna hitam legam. Bibir merah cowok di hadapanku melengkung ke atas. Rambutnya yang model spike sangat cocok dengan bentuk wajah ovalnya. Atasan seragamnya dikeluarkan, kusam, dan terlihat seperti berandalan.
Lagi-lagi senyum sinis terukir di wajah oriental campur pakistannya, "siapa?"
"Iya, siapa?" tanyaku dengan menekankan setiap kata.
Ganteng tapi budek, y a h.
"Siapa lo bilang?"
"IYA SIAPA?!" bentakku kali ini, sewot sendiri sementara di sampingku Nata hanya menahan tawa.
"Lo gak kenal mantan terakhir lo sendiri?" tanyanya sarkatik.
Mantan.
Terakhir.
Siapa?
Aku tertawa terbahak-bahak saat tahu apa jawabannya. Andi, si Cupu yang berubah jadi Cogan hanya mengerutkan dahinya sementara Nata ikut tertawa bersamaku. Aku dan Nata berhigh-five, masih dengan sisa tawa yang hampir habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [5] - Heartbreaker
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [5] : Kiera Flockheart Bagaimana mungkin, aku, seorang heartbreaker selama satu tahun, baru bertemu Rafadinata yang notaben...