Tepukan seseorang di bahu Kiera berkali-kali cukup untuk membuat sang mata terbuka malas. Padahal ia mendapat mimpi indah hari ini, kenapa harus dibangunkan? Sebal.
"Ra, udah sore."
Kiera tak peduli ini masih sore atau malam atau siang sekalipun. Yang ingin ia lakukan hanyalah tidur! Dengan gerakan malas Kiera mencoba membuka mata secara perlahan. Jantungnya hampir merosot saat melihat Rafadinata ada di depan wajahnya. Kiera mendorongnya dan melihat ke sekeliling. Siapa tahu Rafa mau menculiknya atau Kiera akan dimutilasi.
Panggil Kiera si korban film, ha.
"Tadi siang lo pingsan lagi," mata Nata yang jernih cukup membuat Kiera tenang dan tidak menebak yang aneh-aneh.
"Kenapa?" tanya cewek itu sambil mengucek mata.
Rafa mengedikkan kedua bahunya, "mungkin makanan buatan gue gak cocok buat lo."
Oke, Kiera benci berandai-andai.
"Never say maybe, rule 8 for player," cibirku sinis.
"I don't say maybe. I said 'mungkin'. Jangan salah," dia memberiku senyum iblisnya, membuktikan bahwa aku kalah 'bacot'.
Aku menggeram.
"Terserah lo," aku melirik jok belakang, bisa saja ada tas milikku meski rasanya itu tidak akan terjadi. Ngomong-ngomong kita berdua ada di mobil yang kuyakini milik Nata.
Tapi, tasku ada di sana, persis seperti saat aku menaruhnya di kursi kelasku.
Aku mengambil tas ku. Melirik Nata sekilas sebelum membuka pintu mobil. Saat sang sepatu converse nyaris menginjak tanah, Nata menahan tanganku.
"Besok gak usah bawa mobil," katanya pelan.
Kepalaku menengok cepat hingga rasanya leherku patah, "kenapa?"
"Gue yang anter."
Setelah mengatakan hal menakjubkan itu, Nata mendorongku hingga keluar dari mobil. Dia menutup pintu mobilnya yang terbuka dan secepat kilat keluar dari lapangan parkir sekolah.
Hei, Rafadinata meninggalkan putri cantik bernama Kiera Flockheart di sini seorang diri.
Seorang diri.
"Pst. Here."
Aku melangkah cepat-cepat ke arah mobilku yang ternyata tadi bersebelahan dengan milik Nata. Tak tahu apa yang terjadi di sekitar, aku mengendarai mobil gila-gilaan. Suara aneh itu terus menghantui pikiranku, setiap kata-kata yang terlontarkannya, kala itu juga aku menginjak pedal gas mobil dengan kencang.
Hari ini aku merasa dihantui setiap saat jika sedang sendirian.
Sesampainya di rumah, aku tak bisa bernafas lega karena seluruh penghuninya sedang pergi. Dengan cepat aku masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarku, menanggalkan seluruh baju seragam sambil meyakini dalam hati tak akan ada apa-apa.
Belum beberapa menit berada di bath-up, suara aneh itu kembali mengalun layaknya lagu dari mainan anak kecil yang tuasnya diputar. Aku seperti berada di film horror, segala hal yang kulakukan seperti membuka tutup shampoo entah kenapa terdengar jelas.
Sampai saat aku berdiri untuk membasuh seluruh badan, tanpa sengaja menoleh ke kaca wastafel, aku berteriak. Seharusnya bayangan diriku tak tersenyum penuh arti seperti itu. Harusnya sekarang bibirku bergetar dengan wajah pucat.
Seseorang menggedor pintu kamar mandi, membuat teriakanku semakin keras. Dengan cepat aku mengambil handuk dan berdiri di pojok ruangan. Menangis.
Aku takut, takut, takut ...
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [5] - Heartbreaker
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [5] : Kiera Flockheart Bagaimana mungkin, aku, seorang heartbreaker selama satu tahun, baru bertemu Rafadinata yang notaben...