Aku membuka mata, jantungku berdetak cepat dan nafasku terengah-engah. Padahal aku sama sekali tidak berlari ke mana-mana hingga berkeringat seperti ini. Pikiranku membelah berkali-kali saat pekarangan rumahku terhampar di depan mata.
Seharusnya aku ada di sekolah, bersama Nata, dan dia menciumku.
Cium.
Shit, he stole it.
"Peeee!"
Tubuhku terkesiap saat teriakan nyaring anak kecil terdengar dari arah belakang. Aku mengikuti arah suara, dan lagi-lagi pikiranku mengambang antara batas sadar, mimpi, atau aku sudah gila.
"Peee! Kiela bawa boneka belbi."
Sepertinya opsi ketiga yang meyakinkan, aku gila. Maksudku, aku tak mungkin melihat 'aku' versi kecil sedang bermain dengan Pete Danison di pekarangan rumahku. Tangan mungil Pete sibuk dengan pensil warnanya sementara Kiera kecil tengah merengek pada Pete.
"Peteeeeee, liat ini!! Kiela bawa belbi!" rengek Kiera kecil.
"Bisa diem gak sih? Aku kan lagi gambar," ketus Pete, mengusir Kiera kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari gambar yang ia buat.
Nafas Kiera kecil naik turun, dia mundur beberapa langkah. Tangan mungilnya mengepal kuat sementara air mata mulai berjatuhan di pipinya, "PETE JAHAT!!"
Saat Kiera kecil berlari, aku mengikutinya. Kerlingan mataku menatap Pete sesaat, tapi rasanya dia tak peduli dan mungkin tak melihatku. Jadi, aku mendengus dan tetap mengejar Kiera.
Rumah ini sama dengan rumahku, hanya saja perabotannya berbeda dan banyak coretan krayon di dinding. Kiera kecil menaiki dua anak tangga sekaligus ketika menuju ke lantai dua. Aku meringis.
Sepertinya dulu aku tak sebadung itu.
"HUWEEEE, PETE JAHAT," Kiera kecil masuk ke dalam kamarnya (atau bisa dibilang kamarku), dia sama sekali tidak sadar bahwa aku mengikutinya.
Kamarku banyak sekali coretan krayon di dinding, boneka bertebaran di lantai kayu dan ada rumah boneka barbie di sudut kamar.
Kiera kecil naik ke atas tempat tidur dan langsung mengambil bantalnya, menangis tertahan di sana beberapa saat yang lama. Aku duduk di kursi, menunggu reaksi Kiera kecil seperti apa.
Keningku berkerut saat tiba-tiba Kiera kecil berhenti menangis dan perlahan menatap pantulan dirinya di cermin. Kiera kecil turun dari tempat tidur, matanya terus menatap cermin. Dia mengamati dirinya sendiri dengan seksama di sana, lalu tertawa kecil.
"Hai, aku Kiera. Kamu?"
Aku tersedak dan buru-buru menegakkan posisi tidur. Nafasku terengah dan peluh bercucuran di sekujur tubuh.
Sial. Sial. Sial.
Bocah tadi pasti bukan aku.
"Udah bangun lo?"
Kepalaku menoleh ke asal suara, Rafadinata ada di sana, duduk sambil bersedekap. Memang ini di mana?
Oh, UKS.
Jadi tadi mimpi dan aku bukan gila, begitu? Baguslah.
"Tadi tiba-tiba lo pingsan," Nata berdiri dan berjalan mendekat, "gue beliin pocari mau?" tawarnya.
Kebetulan sekarang rasanya aku sangat haus, jadi aku mengangguk tanpa perlawanan apapun. Nata keluar dari UKS dengan gaya sok coolnya, menutup pintu dengan kaki.
Sekarang lagi-lagi aku sendirian di sini.
Aku mengepalkan kedua tangan, menarik selimut tebal berbulu milik UKS lebih dekat karena sekarang suhu udara terasa makin dingin. Telingaku berfungsi lebih kuat, karena rasanya aku bisa mendengar desahan nafasku sendiri dengan jelas.
"Pst. Here."
Jantungku berdetak lebih kencang.
Itu bukan suaraku.
Dengan takut dan kaki gemetar, aku menolehkan kepala ke kiri tempat asal suara tadi.
Ketakutanku lenyap saat hanya mendapati bayangan diriku di cermin.
"Bikin kaget aja," kataku sambil nyengir di kaca, menertawakan wajahku yang pucat.
"Hai."
Jantungku nyaris copot saat bayanganku di cermin melambaikan tangannya padaku.
Padahal aku sama sekali tidak melakukan hal itu!
"Halo, Kiera. Aku-"
Bibirku bergerak sendiri di sana!
"Sial," umpatku, mengambil apapun benda yang terjangkau dan melemparnya pada kaca. Kehebohan terjadi, suara kaca yang pecah dan teriakan histerisku. Pintu UKS menjeblak terbuka, menampilkan sosok Nata.
Rafadinata dengan panik menghampiriku dan seperti sudah sering kulakukan, aku memeluknya.
"Ada orang, Ta! Tadi ada orang selaen gue," air mataku merebak dan aku menunjuk serpihan kaca di lantai. "TADI ADA ORANG YANG NGOMONG SAMA GUE!" Aku histeris sambil menarik Nata.
Tangan hangat Nata mengusap kepalaku pelan, "perasaan lo doang kali, Ki. Perasaan lo doang."
Aku menggeleng kuat, "lo bohong, lo tau kan kalo gue ga normal?" tuduhku langsung.
Senyum Nata mengembang, bukan senyum sinis atau sombong seperti biasanya. Ini jenis senyum menenangkan.
"Lo normal kok."
"Boong," aku memberengut.
"Yaudah kalo ga percaya," Nata menengok pada cermin yang sudah rusak, "gantiin tuh. Punya sekolah juga."
Uh, keki.
"Tapi, Nat-"
"Nih minumnya, lo tuh ya, baru siuman ma-"
Keheningan janggal melingkupi ketika suara Nata tiba-tiba terhenti di udara. Nata melepaskan pelukan kami dan mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan salah tingkah sementara aku mematung.
Siuman.
Ciuman.
Shit.
Nata menggaruk tengkuknya, melihat ke arah lain, "sori tadi refleks. Oke? Jan diinget-inget. Nanti lo suka sama gue. Eh gapapa deng," senyum mesum Iblis itu mengembang, "berarti gue menang di gamenya. Eakakakaka."
Telingaku memerah dengan sendirinya, "cot."
"Cieee, blushing."
Aku turun dari tempat tidur UKS dan keluar ruangan, Nata menahan punggungku saat di ambang pintu tubuhku goyah.
"Baru bangun udah jalan aja, dasar bocah."
Berterima kasihlah pada Nata yang mengganti kata 'siuman' menjadi 'bangun'. Rasanya aneh melakukan itu sementara tak ada hubungan apa-apa di antara kami.
"Ngemeng mele," aku mendelik pada Nata, tepat saat aku mulai melangkah keluar, seseorang dari arah kiri tak sengaja menabrakku.
Yah, aku terlalu tiba-tiba keluar UKS. Salahku sih.
"So-sori ya," aku menunduk untuk mengambil buku yang kujatuhkan, tak berapa lama aku mendongak, "nih. Sekali lagi, so--elo?"
Well, maybe it's not good.
*
[A/N]
Sebelum protes, ini emang cliffhanger dan pendek banget, penggunaan katanya juga njelimet.. Kesibukan sekolah yang menuntut gue hanya update segini, lagi pula cerita ini cuman buat seneng-seneng kok...
*Ceritanya abis baca author note di Cherry Blossom (bellawrites) chapt terbaru, mata gue kebuka lebar.*
KAMU SEDANG MEMBACA
ST [5] - Heartbreaker
Teen FictionDisclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [5] : Kiera Flockheart Bagaimana mungkin, aku, seorang heartbreaker selama satu tahun, baru bertemu Rafadinata yang notaben...