Heartbreaker : (4) She's Kiera's Best Friend

87.1K 6.3K 25
                                    

Aku menutup rapat-rapat tas gendongku, memanggulnya di satu bahu dan berjalan riang menuju mobil di garasi. Hari ini minggu, aku dan sahabat-sahabatku akan pergi ke karnaval yang baru dibuka di daerah Jakarta Selatan. Karena semuanya suka wahana memacu adrenalin yang ada di sana, jadi kami bersemangat untuk pergi.

Mobilku dengan cepat membelah jalan Jakarta yang tidak pernah tidak macet. Setengah jam kemudian aku sudah sampai di gerbang putih rumah Carmen. Setelah menekan klakson tiga kali, gerbang terbuka dan Carmen keluar dari sana bersama seseorang.

"Tapi, Car. Kalo aku gak ikut, nanti kalo kamu ada apa-apa gimana?" tanya seseorang yang sedari tadi merajuk di bahu Carmen. Seingatku, namanya Alvino, tunangannya. Ternyata benar seperti dugaanku, dia kece.

"Lo yang apa-apa!" Semburat merah di pipi Carmen sangat unyu.

Kalau ada sahabatku yang lain, pasti kami akan berteriak, "oh, Guys. Carmen blushiiing."

Tapi karena sendiri, aku hanya tersenyum dan mengangguk sopan pada Alvino ketika dia melepas Carmen pergi.

Jika aku adalah Carmen dan Alvino itu salah satu targetku, beda ceritanya. Aku pasti akan tersenyum puas. Sementara Si Target meratap memintaku kembali.

Oke, jangan salahkan aku. Tapi perasaan saat mendengar Targetku meratap, benar-benar menyenangkan dan adiktif.

"Lo bengong mulu kayaknya," suara Carmen yang dalam dan tegas menegurku.

"Oh," aku mengerjap dan terkaget karena mobil yang kukendarai sudah membelah jalan.

"Gak usah mikirin hal itu mulu kali. Kalo bisa, berhenti aja," usul Carmen seperti tahu apa yang kupikirkan.

Yah, dia memang tau.

"Gue gak bisa berhenti mikirin ini," kataku sambil mencengkram kemudi erat-erat.

Hening sesaat.

"Lo tau gak, Ra? Gue ngerasa akhir-akhir ini lo lagi bimbang akan sesuatu. Lo kayak-"

"Car, gue gak apa-apa."

Aku mendesah sementara Carmen menarik nafas. Tiba-tiba saja kesunyian canggung di antara kami menyesakkan dadaku. Baru saja aku merangkai kata untuk kulontarkan pada Carmen, dia mendahului.

"Tahun ajaran kemaren, sebenernya lo kenapa? Tau gak? Semenjak itu lo beda dan punya dua kepribadian. Dulu lo gak gini, Ra. Gue tau lo gak mungkin maenin perasaan orang-orang gitu aja. Gue tau lo-"

"Car," suaraku mendalam dan dingin, "jangan ngomongin itu dulu. Gue sampe sekarang juga gak tau apa yang gue lakuin pas liburan lalu."

Kami berdua langsung bungkam sambil bergumul dengan pikiran masing-masing.

'Dulu lo gak gini, Ra. Gue tau lo gak mungkin maenin perasaan orang gitu aja.'

Aku tahu, tak mungkin aku memainkan perasaan seseorang. Tapi entah kenapa setelah liburan lalu, aku seperti ketagihan untuk menghancurkan hati semua orang. Aku benci cowok, kecuali ayah dan Kalva. Aku ingin mereka semua meratap di hadapanku. Ada kepuasan tersendiri jika misi itu berhasil.

Suatu pertanyaan terus berada di otakku ketika kami berdua tiba di karnaval dan keluar dari mobil.

'Apa yang terjadi saat liburan lalu?'

Aku menutup pintu mobil tanpa tahu apa jawaban dari pertanyaan tadi.

*

"Capheeek," seru Mikayla, salah satu sahabatku yang paling imut dan polos. Dia duduk di meja kafetaria dengan kedua tangan disilang. Kepalanya bersandar miring di antara kedua tangannya.

ST [5] - HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang