Empat : Luka yang Menganga

1.8K 76 4
                                    

JANTUNG ATAU HATI?

"Ketika cinta tak berpihak kepadaku..."

(Part 4)

#LukayangMenganga

***

Lyn melangkah lemas menaiki tangga yang menghubungkan lantai 2 dengan lantai 3. Setelah melihat adegan tadi, cukup membuat hatinya terasa diremukkan tangan tak kasat mata. Hampir saja airmata yang ditahannya jatuh, tapi ia berhasil menghalaunya. Bagaimana nanti sikapnya jika dihadapan Erick? Apakah dirinya bisa menahan rasa sakit jika nanti Erick bercerita tentang kejadian tadi?

Helaan nafas terdengar cukup keras. Kepalanya terasa pusing jika harus memikirkan hal itu. Hingga sebuah tangan menepuk bahu kirinya, membuat Lyn berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.

"Hai Lyn," sapa orang itu sambil tersenyum manis plus lebar ke arah Lyn. Dalam hati Lyn mngerutuki orang yang kini berdiri di sampingnya, karena hari ini ia sedang tidak ingin bertemu dengan cowok itu. Walaupun nanti akhirnya mereka juga bertemu di kelas. Tapi setidaknya ia ingin terbebas dari cowok itu walaupun hanya sebentar.

"Ah! Gue bahagia banget hari ini! Lo tahu nggak, hari ini gue bareng Elsa loh, Lyn! Akhirnya!" ujar cowok itu dengan semangat.

Ada yang tahu siapa dia?

Yupp! Itu Erick. Tangan kirinya melingkar sampai ke bahu kiri Lyn. Merangkul sahabatnya itu erat. Tetapi ia tak tahu gadis dalam rangkulannya ini tengah menahan sesak pada dadanya. Ia tak tahu gadis disampingnya ini tengah menahan cairan bening yang kini mulai berkumpul di pelupuk mata agar tak jatuh.

"Waah! I-itu awal yang bagus dong. Na-nanti tinggal nunggu jadiannya?" Lyn hanya bisa memasang senyum palsunya. Tak dipungkiri getaran dalam suara, tak bisa ia sembunyikan. Namun, ia tak ingin terlihat sedih. Sebisa mungkin ia menyembunyikan perasaan itu. Lebih baik ia menyembunyikannya. Dengan begini, Erick akan selalu di sisinya tanpa harus menjadi kekasih, paling tidak mereka bersahabat. Itu lebih baik.

Tanpa terasa mereka sampai di lantai 3 dimana kelas mereka berada. "Tangan kamu lepasin dong, Rick? Malu diliatin orang." Tangan kanan Lyn mencoba melepaskan rangkulan Erick. Bukannya ia tak mau, hanya saja beberapa pasang mata menatap keduanya. Ada juga yang saling bisik-bisik.

"Kenapa? Lagian lo kan sahabat gue. Wajar dong kalau rangkulan kayak gini?" Erick terlihat acuh. Tak memedulikan tatapan yang mengarah keduanya.

"Kalau Elsa liat gimana? Nanti rencanamu bakalan gagal kalo sampai liat ini."

Dan bingo! Tangan kiri Erick langsung terlepas. Cukup membuat Lyn sedikit kecewa. Ah, Lyn tahu Erick lebih menyayangi Elsa.

"Bener juga ya. Kalau sampai Elsa liat usaha gue gagal. Untung aja lo ingetin, Lyn?" ujar Erick seraya mengacak poni Lyn gemas. Cowok itu tersenyum kecil saat melihat Lyn yang sibuk membetulkan poninya yang acak-acakan dengan bibir yang mengerucut.

"Makasih cantik," Kata-kata yang keluar dari mulut Erick cukup membuat Lyn berhenti melangkah. Kepalanya menoleh ke arah Erick. Namun cowok itu melangkah duluan lalu berbelok masuk ke kelas.

'Apa aku salah dengar? Erick bilang aku cantik?' batin Lyn. Sesaat di dalam dadanya sperti berbunga-bunga. Hanya dengan mendengar cowok itu memujinya, perasaannya sudah seperti melambung tinggi. Pujian itu akhirnya berdampak cukup baik untuk mood-nya yang sempat buruk. Lalu dilangkahkan kakinya untuk masuk ke kelasnya.

Entah perasaannya saja atau tidak, ia merasakan ada yang menatapnya tajam. Ia segera melangkahkan kakinya menuju bangkunya tanpa harus mencari siapa itu. karena ia tahu milik siapa mata sinis yang terus terarah padanya.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang