<3 <3 <3
Lyn menatap jalanan yang begitu ramai. Berbagai kendaraan berlalu, namun tak ada satupun mobil milik ayahnya lewat. Ia menghela nafas lagi untuk kesekian kalinya. Sudah 30 menit ia menunggu dan pak Jono belum sampai di sekolah. Bahkan sekolah kini sepi penghuni dan hanya ada beberapa siswa yang sedang mengikuti ekstrakurikuler. Ada juga yang sekedar bermain-main basket. Lyn menunduk menatap ujung sepatu.
Alvin? Mengingat nama itu membuat rasa sakit hatinya bertambah. Ingatannya kembali mengingat kejadian kemarin. Bahkan cowok itu sengaja memanggil para preman itu untuk mengganggunya. Agar ia ketakutan nantinya. Ya Tuhan! Salah apa ia sampai disakiti seperti ini?
Beberapa kali Alvin mencoba mengajaknya berbicara. Seperti saat pulang sekolah tadi, cowok itu menahannya. Menjelaskan semuanya dan meminta maaf. Tapi untuk mengeluarkan kata maaf itu tidaklah sesederhana tulisannya. Dibutuhkan waktu untuk memproses, menyelami kembali masalahnya dan baru memaafkan. Lyn bukanlah seseorang yang mudah berlapang dada. Ia hanya manusia biasa. Ia bisa marah, ia bisa kecewa, ia bisa membenci orang jika orang itu benar-benar membuatnya kecewa.
Apalagi Alvin yang perlahan bisa ia percaya, begitu mudahnya cowok itu menghancurkan dinding kepercayaan yang tengah Lyn bangun. Lyn merasa lebih baik ditusuk dari depan daripada di belakangnya. Sama seperti yang Elsa lakukan mencacinya, mengoloknya di depannya. Setidaknya ia tahu siapa yang ingin menghancurkannya. Bukan seperti yang Alvin lakukan, pelahan membuat Lyn percaya pada cowok itu, namun pada akhirnya cowok itulah yang menghancurkannya.
Lyn menghela nafas lelah. Berhenti berfikiran hal itu. Berdiri membuatnya capek. Ia bergerak mundur, duduk di kursi besi halte yang berada di depan sekolah. Bosan menyergap, ia mengeluarkan handphone miliknya. Mungkin dengan bermain game bisa mengusir kebosanannya. Getaran pada handphone yang dibawanya membuatnya kaget setengah mati. Menatap layar dimana sebuah nama tertera disana.
"Hallo"
"..."
"Ada apa, Pak?"
"..."
Raut wajah Lyn sontak berubah jadi sedih. "Ya udah. Lyn naik taksi saja. Bapak nggak usah panik seperti ini."
"..."
"Iya, bapak tenang aja. Kalau gitu Lyn pulang duluan. Bapak nggak perlu ke sekolah."
"..."
Telfon terputus. Lyn bangkit berdiri. Namun sebuah teriakan berulang-ulang terdengar. Kepalanya menoleh. Melihat seorang lelaki berlarian cepat menuju ke arahnya, diikuti beberapa orang di belakangnya.
"Copet! Copet! Copet!"
Mendengar teriakan itu seharusnya Lyn sadar akan terjadi sesuatu yang buruk, namun sayangnya tanda kesadarannya akan bahaya baru menyala dalam otaknya hingga tak bisa ia hindari.
Brukkk....
Suara tubrukan terdengar cukup keras. Lyn langsung tersungkur. Kecuali orang yang menabraknya langsung kabur. Beberapa orang melewatinya tanpa ada yang mau membantunya walaupun sekedar berdiri. Suara sesuatu yang retak terdengar di indera pendengarannya. Hingga derap sepatu itu mulai menjauh meninggalkannya.
Lyn masih terduduk di atas trotoar depan halte. Pandangannya memburam, kabur, dan tak jelas. Membuatnya pusing bukan kepalang. Ya Tuhan! Kacamataku terlepas dan mungkin sudah terinjak mereka, batinnya dalam hati. Matanya tertutup. Bagaimana dirinya bisa pulang kalau ia tak bisa berjalan tanpa melihat.
"Lyn, kamu nggak pa-pa 'kan?" tanya seseorang dari arah depannya. Lyn membuka kedua matanya dan masih dengan pandangan buram, samar ia melihat sosok tinggi berada di depannya. Dari suaranya, sosok itu pasti seorang cowok. Mirip... Erick?
![](https://img.wattpad.com/cover/65457674-288-k114376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jantung Atau Hati? (Complete) ✔
Teen FictionHai cinta... Tahukah kamu ada banyak jenis luka di dunia ini? Tapi, tahukah kamu dimana luka tak dapat disembuhkan? Tahukah kamu bagaimana cara menyembuhkan luka itu? Lalu, tahukah kamu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan lu...