Enam Belas : Keep You Safe

987 63 1
                                    

________________________________

Dua mobil yang sama-sama berwarna hitam itu berhenti tepat di depan gerbang rumah Lyn. Pak satpam rumah Lyn buru-buru membuka gerbang setelah Sandy yang sudah dikenalnya memintanya untuk membuka gerbang. Dua mobil itu perlahan memasuki pekarangan rumah Lyn. Mobil Sandy berhenti tepat di depan teras. Buru-buru Sandy dan Denny keluar dari dalam mobil. Denny membukakan pintu sedangkan Sandy mengetuk pintu atau tepatnya menggedor. Tak lama Alvin keluar dari dalam mobil dibantu Denny dan bersamaan pintu rumah Lyn terbuka lebar. Mbok Sum dibelakang pintu hendak bertanya, tapi saat kedua matanya mendapati sang majikan dalam gendongan Alvin pertanyaan itu tertelan kembali berganti pekikan.

"Ya Allah! Non Lyn kenapa?!" Mbok Sum mendekat dan memandang Lyn khawatir.

"Tolong tunjukin kamarnya Lyn mbok?" pinta Alvin meringis sesaat, dirasakannya kedua tangannya pegal karena sedari tadi tepatnya sejak dari gedung dimana mereka diculik, Lyn tak mau lepas darinya. Cewek itu sangat ketakutan sampai-sampai wajahnya pucat pasi dan menangis tiada henti. Tapi syukurlah, saat mereka memasuki area perumahan tempat Lyn tinggal cewek itu berenti menangis dan mungkin karena kelelahan ia tertidur.

"Baik, Den." Mbok Sum balik badan, berjalan mendahului. Sandy mendekati Alvin. Kasihan melihat temannya kelelahan.

"Sini, gue bantu. Lo pasti capek ngegendong Lyn," ucap Sandy seraya menawarkan bantuan. Tangannya terulur meraih tubuh Lyn. Tapi Alvin menggeleng tegas, menolak tawaran bantuan dari Sandy. entah karena apa, intinya dirinya tak suka. "Nggak perlu. Gue masih kuat kok."

Sandy mengernyit. Sedangkan Alvin melenggang meninggalkannya masuk ke dalam rumah Lyn. Denny mendekat, dan menepuk bahu sahabatnya. "Yok, buruan masuk," ajaknya. Sandy mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah. tiba-tiba salah satu bodyguard-nya mendekat dan menyerahkan dua buah tas yang pasti milik Lyn dan Alvin. setelah itu keduanya berjalan masuk ke dalam rumah. Sedangkan beberapa bodyguard Sandy berjaga-jaga di luar. Alvin lebih dulu menaiki tangga menuju ke lantai dua.

Sandy dan Denny berjalan santai, mengamati isi rumah Lyn. Semua barang yang dipajang di dalam rumah itu—keduanya yakini—adalah barang-barang luar negeri, seperti beberapa piring keramik yang indah,vas bunga berukuran kecil maupun besar, lukisan-lukisan pemandangan maupun abstrak. Tapi ada yang janggal. Tak satupun foto keluarga di dalam sana. Kursi di ruang tamu juga sangat bagus dengan meja kayu besar dengan ukiran-ukiran indah pada empat kakinya dan pinggiran meja. Apalagi di ruang keluarga, satu set sofa yang terlihat nyaman jika duduk disana ataupun sekedar berbaring bermalas-malasan. Dengan meja kaca di tengah. Agar tidak dingin dilapisi karpet bulu berwarna cokelat. Dan sebuah TV yang cukup lebar. Tak bisa diremehkan kekayaan orang tua Lyn.

Alvin dengan pelan membaringkan tubuh Lyn di atas tempat tidur. Perlahan disekanya keringat yang dari tadi bercucuran di wajahnya. Harusnya ia kedinginan, mungkin karena Lyn memeluknya membuatnya malah kepanasan.

Segera dilepasnya sepatu yang masih dipakai di kaki Lyn begitu juga dengan kaos kakinya. Lalu tubuhnya setengah berbaring mendekat pada Lyn yang terlelap. Disingkirkannya beberapa helai rambut yang menutupi wajah cewek itu. Wajah lusuh, pucat dan lingkaran di sekitar matanya tercetak jelas di mata Alvin. Diusapnya bekas airmata yang masih basah di kedua pipi Lyn.

"Maafkan aku. Ini semua salahku. Kalau saja kamu tak ada di sampingku, mungkin kamu takkan seperti ini. Maafkan aku karena aku tak bisa melindungimu dari wanita gila tadi. Seharusnya aku menjauh darimu. Seharusnya kita tak dekat seperti ini."

Sandy dan Denny baru masuk ke kamar Lyn. Keduanya kini terfokus pada sahabatnya yang setengah berbaring di samping Lyn yang terlelap. Kesedihan itu tertular pada mereka berdua.

"Gue baru kali ini ngeliat Alvin sedihnya kayak gini," bisik Denny pelan di telinga Sandy. Sandy mengangguk mengiyakan kata-kata Denny.

"Jadi... tebakan kita selama ini bener dong, kalo si Alvin mulai suka sama si Lyn?" Lagi-lagi Sandy menanggapinya dengan mengangguk.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang