Tiga Belas : Make You Smile :)

1.1K 68 0
                                    

<3 <3 <3

Ada yang punya lagunya R5? Judulnya Smile? Nah, aku terinspirasi dari lagu itu. yang punya mungkin boleh diputar sembari membaca cerita ini. Yaudin, monggo di baca yah. Moga di part ini kalian juga ikutan 'smile' seperti lagunya.

<3 <3 <3

"Pak, tolong ambilkan kotak P3K ya?" samar-samar Alvin mendengar suara di dekatnya. Matanya terbuka perlahan. Dilihatnya sosok Lyn di atasnya. Oh, tepatnya kini ia berada dipangkuan cewek itu. ia mendesis saat dirasakan sakit pada keningnya.

Lyn yang mendengarnya, beralih memandangi Alvin. menyadari cowok itu tersadar dari pingsannya. "Kepalamu berdarah, Vin. Kamu tunggu sebentar ya, pak Ijong lagi ngambil P3K buat menutup lukamu," kata Lyn lalu dijawab Alvin dengan anggukkan pelan. Lyn kembali mendongakkan kepala ke arah pintu samping rumah yang terbuka. berharap pak Ijong segera datang dengan kotak P3K.

Alvin hanya diam menatap lurus ke arah Lyn. Walaupun dari bawah, guratan kekhawatiran Lyn tampak jelas. cowok itu tersenyum kecil. Merasakan sebentuk perhatian kecil dari cewek itu. wajah Lyn terlihat sangat bersalah. Oh.. sekarang ia senang sekali melihat Lyn perhatian padanya.

Tiba-tiba Lyn menunduk. Alvin buru-buru mengganti raut wajah sumringahnya dengan ringisan pelan seakan sakit akibat tergores kasarnya permukaan batang mangga tadi benar-benar menyakitkan. Tangan Lyn mengambil kompres air yang telah ia campurkan dengan antiseptik yang ia bawa tadi dan juga sebuah handuk basah. diusapnya pelan kening Alvin, berharap kuman atau bakteri bisa mati. Lagi-lagi Alvin meringis, dan kali ini karena lukanya memang benar-benar sakit.

Tiba-tiba pak Ijong datang dengan langkah tergopoh-gopoh. Sebuah kotak berwarna putih dengan tanda 'plus' merah di depan kotak tersebut. Kotak P3K itu ia berikan pada Lyn. Cewek itu bergumam terima kasih lalu diletakkan di sisinya.

"Kamu kenapa nggak bilang sama aku kalau kamu mau ke rumahku? Apalagi pagi buta gini? Kamu kan bisa SMS atau telfon?"

Alvin tersenyum kecil. Sebenarnya ia semalam menginap di rumah Sandy bersama Denny. Dan kebetulan rumah Sandy tak jauh dari rumah Lyn, dan akhirnya di sinilah ia. Tadi ia bersama Sandy dan juga Denny berlari-lari mengelilingi kompleks perumahan yang Sandy tinggali. Tapi kedua cowok itu jalan duluan ke taman dekat rumah Sandy. katanya kalau sabtu pagi-pagi gini, banyak yang olahraga, terutama sih Denny yang berambisius karena pengen nyari cewek cantik.

Tapi Alvin memilih mampir ke rumah Lyn. Dengan modal nekat, ia memanjat pagar Lyn yang bisa dibilang cukup tinggi. Tapi ia cukup handal soal panjat-memanjat pagar, karena kebiasaannya membolos saat jam pelajaran yang menurutnya membosankan, dulu.

"Aku cuma pengen ngajak kamu jalan soalnya aku semalem nginep di rumah Sandy. Rumah Sandy kan deket sama rumahmu."

Lyn hanya mengangguk mengerti. Setelah memberi obat merah, ditutupnya goresan yang cukup panjang itu dengan plester penutup luka. "Selesai. Luka kamu udah aku obati. Sekarang ayo kita jalan-jalan," ajaknya seraya membereskan peralatan obat-obatannya.

"Ogah ah. Males. Enakan gini aja. Capek aku," ujar Alvin lalu menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Membuat otot-otot di kedua lengannya nampak. Lyn berdecak.

Tapi jangan gini dong, Vin. Malu nanti diliatin orang lain," cicitnya dengan wajah merona menahan malu. Gimana nggak malu, Alvin sedang tiduran dan kedua pahanya dijadikan bantal buat tu cowok. Walaupun ini di samping rumah, tetap saja ia takut tetangganya melihat.

"Kamu tau nggak, kalau aku di pangkuanmu gini, ngingetin waktu aku masih kecil. Biasa tiduran di pangkuan ibuku."

Lyn menatap kedua bola mata hitam itu. Tak bisa Alvin tutupi, tersirat jelas ada kesedihan di sana. Alvin memilih menatap langit kosong yang kini terlihat biru karena matahari telah muncul. Tak ingin Lyn melihat kesedihan yang kini menyelimuti dirinya. Mengingat ibunya yang meninggal 4 tahun lalu, saat dirinya baru masuk SMP.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang