Empat Belas : NightMare

1.1K 58 1
                                    



"Rick, hari ini aku pulang sama temen-temen aku aja yah?" Erick langsung menoleh ke arah cewek sebangkunya. Keningnya berkerut. Elsa tampak bingung sendiri saat Erick memandangnya dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"

"Emm.. Temen-temen pengen ngajak jalan ke mall. Tari yang ngajak. Katanya sih mau nraktir temen-temen buat ngerayain aniversary-nya satu tahun jadian sama pacarnya yang sekarang. Bolehkan?"

Kedua tangannya menangkup di depan dada. Matanya berbinar penuh harapan. Membuat Erick mau tak mau tersenyum lebar. Tangan kanannya mengacak rambut gadisnya gemas.

Dalam hati Erick tersenyum, gadisnya? Oh mungkin dirinya bisa menyebutnya seperti itu. "Iyaaa... Boleh kok. Yang penting jangan sampek capek terus jangan lupa makan. Obatnya juga."

Elsa tersenyum lebar. Kedua matanya berbinar senang. Langsung saja ia memeluk kekasih hatinya itu. "Makasih. Makasih, Rick!"

Tak lama pelukan itu terlepas. Tapi tangan Erick menahannya agar tak langsung pergi. "Ayo aku antar," ucapnya seraya bangkit berdiri. Namun Elsa bergeming di tempatnya dengan kening berkerut.

"Aku antar ke temen-temen kamu. Kalian mau kumpul dimana?"

Elsa langsung mengalungkan lengannya pada lengan Erick. "Di parkiran. Ayo kita kesana," ajaknya. Lalu dijawab dengan anggukkan dari Erick. Keduanya berjalan beriringan melewati koridor yang tak ramai. Hari ini sekolah pulang cepat dari biasanya. Ada rapat guru, membahas ulangan semester ganjil yang akan diadakan minggu depan. Waktu masih menunjukkan jam sembilan pagi, tapi semua kelas sudah kosong ditinggal para penghuninya. Tapi ada juga yang masih berada di area sekolah. Entah di lapangan, taman sekolah, koridor ataupun sedikit di kelas sekedar mengobrol. Selain itu kantin ikutan lengang. Membuat para pedagang kantin ikut menutup lapak dan pulang.

Pembicaraan Elsa dan Erick terus berlanjut. Sesekali tangan cewek cantik itu memukul pelan lengan kekasihnya karena gemas dan kata-katanya yang ditanggapi bercanda oleh Erick. Salah satunya seperti sekarang ini.

"Nanti, kalau kita menikah pengen punya anak cewek atau cowok?" tanya itu meluncur dari bibir Elsa, pandangannya lurus menerawang. Mengandai-andai jika kelak dirinya dan Erick menikah, pasti anak mereka cantik atau nggak ganteng.

"Hahaha! Kamu ini, jauh banget sih ngimpinya," ledek Erick. Tapi niatnya hanya ingin bercanda, malah ditanggapi serius oleh Elsa. Terbukti, cewek itu melempar padangannya dengan wajah cemberut. Karena hatinya sudah diselimuti kesedihan. Sadar perubahan mood kekasihnya, Erick berhenti berjalan. Begitu juga Elsa karena lengannya masih bergelayut pada lengan Erick. Diputarnya seluruh badan sehingga ia berhadapan dengan cewek itu. Kedua tangannya bergerak menyentuh kedua pundak Elsa. Tangan kanannya beralih meraih dagu Elsa agar wajah cantik itu mau menatapnya.

"Kok jadi sedih gitu? Aku kan cuma bercanda." Tapi wajah itu masih murung. Erick ikutan sedih. "Bukannya aku nggak mau menjawabnya. Aku tak bisa memberikan sesuatu harapan yang tinggi. Tapi kamu harus yakin dan percaya kalau suatu saat nanti mimpimu pasti akan terwujud."

Raut wajah itu sedikit berubah. Hanya sedikit. kepala Elsa hanya mengagguk lemah. Erick tersenyum. Itu sudah cukup. Lalu tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kiri Elsa. Kembali melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhenti.

Sesampainya di parkiran Elsa segera memisahkan diri dari Erick tanpa berpamitan pada sang kekasih. Berjalan mendekati teman-temannya yang sudah menunggu di samping mobil milik Vega dan Tari. Langsung saja mereka bersembilan masuk ke kedua mobil itu.

Erick hanya bisa menghela nafas, menyadari Elsa masih tersinggung. Tapi ia tahu Elsa takkan lama marahnya. Ia segera menuju ke motornya yang terparkir manis di parkiran khusus motor. Sambil memikirkan cara agar Elsa segera memaafkannya.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang