Delapan belas : Maaf dan Berhenti

1.1K 61 1
                                    


Hening, senyap dan sepi. Gambaran keadaan ruangan serba putih itu. Tiga manusia dimana dua orang duduk di sofa hitam yang diletakkan di salah satu sudut ruangan dan satunya duduk disamping ranjang—dimana seseorang terbaring tak sadarkan diri—larut dalam keheningan yang panas. Satu dengan wajah lebam dan biru-biru, yang satu hanya diam menyaksikan sambil melipat kedua tangan di depan dada dan yang satunya lagi yang wajahnya juga babak belur hanya sibuk mengelus lengan cewek yang terbaring di depannya.

Suara detak jarum jam yang bergerak konstan menggema. Dinginnya udara dari AC yang terpasang di salah satu sisi dinding pun tak mampu mencairkan aura panas yang tercipta. Bahkan satu setengah jam berlalu tapi keadaan masih sama heningnya.

Sandy menatap kedua sahabatnya bergantian. Bukannya ia tak peduli dengan keadaan mereka yang saling mendiami, tapi ia hanya ingin mereka merenungkan kelakuan mereka tadi keduanya bertengkar seperti anak kecil. Apalagi di area rumah sakit. Banyak yang melihat mereka dan untungnya Sandy berhasil melerai mereka dengan bantuan dua Security rumah sakit.

Dia tahu tak ada yang bisa disalahkan disini. Denny melakukan hal seperti di sekolah tadi karena terlalu menyayangi Alvin dan tak suka jika sahabat mereka bersedih. Alvin juga tak salah, Alvin terlalu mencintai Lyn walaupun Lyn sudah menolak pernyataan cintanya dan kekeuh melindungi cewek itu. Sandy masih penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada Lyn? Kenapa Alvin begitu mati-matian menjaga cewek itu? Sandy tahu Alvin memang tipe cowok yang selalu berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya, begitu juga dengan cinta.

Alvin memejamkan mata sejenak. Ini pertama kalinya dirinya berbeda pendapat dengan Denny. Bahkan ini pertama kalinya ia bertengkar hingga babak belur dengan sahabatnya sendiri. Usai menarik nafas dalam, kedua matanya kembali terbuka. Menatap Lyn yang masih terbuai dengan alam bawah sadar usai disuntikkan obat pereda rasa sakit. Baju kotor dan basah yang dikenakan Lyn sudah berganti dengan baju rumah sakit berwarna biru. Tak kuasa menahan, setetes air mata keluar dari sudut matanya, meluncur cepat melewati pipinya yang lebam dan berakhir di lengan Lyn.

Dirinya sudah berjanji akan melindungi Lyn, tapi ternyata masih saja Lyn mendapatkan masalah. Sepertinya ia tak bisa menyembunyikan rahasia Lyn kepada dua temannya. Ia ingin kedua temannya tahu apa alasan dirinya tetap bertahan di sisi Lyn walaupun Lyn jelas-jelas menolaknya kemarin.

"Maaf, Lyn," gumamnya pelan. Perlahan ia bangkit berdiri. Berjalan ke arah dua sahabatnya yang duduk di sofa di sudut ruangan. Duduk di sebelah Denny yang masih setia menunduk.

"Maaf," ucapnya pelan seraya menatap kedua sahabatnya. Sandy menatapnya menuntut penjelasan. Sedangkan Denny masih setia menunduk seperti mengabaikan keberadaan Alvin di sampingnya. Alvin tahu itu dan kembali melanjutkan penjelasannya.

"Gue minta maaf udah nyalahin lo. Gue tahu lo sayang banget sama gue dan gue yakin kalo lo udah punya pacar rasa sayang lo ke gue nggak bakal berkurang karena lo dan Sandy adalah soulmate gue selama-lamanya sampai lebaran monyet, kucing menggonggong, anjing mencicit, tikus mengeong, ayam melahirkan, sapi bertelur, gula rasanya pedas, cabe rasanya manis, pohon mangga berbuah jeruk sekali pun gue tahu sayang kalian nggak bakal berkurang buat gue."

Sandy mengulum bibirnya menahan agar tawanya tak keluar. Merasa heran karena baru kali ini Alvin melucu yang benar-benar lucu, padahal biasanya cowok itu ngelucu tapi hasilnya malah garing. Nggak enak dong disaat Alvin lagi serius-seriusnya bercerita dan menjelaskan masa dia tertawa. Diam-diam Denny tersenyum kecil mendengar kata-kata Alvin yang kali ini lucu. Kalau keadaan lagi nggak setegang macam sekarang, mungkin dia akan tertawa.

"Tapi gue punya alasan kenapa gue nggak bisa ngejauh dari Lyn sekalipun dia udah nolak cinta gue dan nyakitin hati gue."

Denny mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahnya dengan rasa penasaran. Sandy pun begitu. Bahkan mereka berdua mendekatkan diri agar dapat mendengarkan penjelasan Alvin lebih jelas.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang