Dua Belas : Apologize 2

1K 58 0
                                    

<3 <3 <3

Pasca penyelamatan yang Alvin dan kedua sohibnya—siapa lagi kalau bukan Sandy dan Denny—kepada Lyn keadaan masih sama. Tak ada yang berubah. Lyn kembali mendiami Alvin. Seperti hari ini, Lyn yang kini sudah memakai kacamata lagi, setelah kemarin membeli kacamata baru. cewek itu kini asik dengan buku tentang tumbuhan dan perkembangbiakan yang dipinjamnya dari perpustakaan. Buku itu digunakannya untuk mengerjakan tugas kelompok biologi dari Bu Lala. Tugas itu dikerjakan dua orang. Dan Lyn berkelompok dengannya.

Alvin sendiri berusaha ikut berpartisipasi memberikan jawaban untuk tugas bu Lala. Lyn hanya mengangguk ataupun menjawabnya dengan singkat. Alvin berusaha agar cewek itu mau bicara dengan berpura-pura bertanya hal yang tak ia mengerti. Lyn memang menjelaskannya, namun tanpa menatapnya.

Alvin hanya mendengus seraya menyandarkan punggungnya pada dinding kantin. Mengingat ke-cuek-kan Lyn padanya, membuatnya—lagi-lagi—uring-uringan karena tak mendapatkan maaf. Sandy, Denny dan teman-teman se-ENEMY yang lain sibuk membicarakan soal pensi di sekolah yang diadakan tiga hari lagi. Tapi Yoga dan Denny menyadari kekalutan wajah Alvin.

"Vin, lo kenapa? Ada masalah?" tanya Yoga penasaran. Pertanyaan yang terlontar dari cowok asal Jawa Timur itu membuat teman-teman se ENEMY menoleh dan berhenti ngobrol. Alvin menatap teman-temannya yang juga menatap dirinya penasaran. Karena sedari tadi sama sekali tak terdengar suaranya ikut bicara.

Alvin hanya menggelengkan kepala. "Masalah biasa. Sama bokap," dustanya. Teman-temannya mengangguk bersama, mengerti. Tanpa ada rasa curiga. Tapi Alvin harusnya sadar, dua temannya yang begitu kenal akan dirinya tak bisa ia bohongi. Siapa lagi kalau bukan Sandy dan Denny. Keduanya yang duduk didepan dan sampingnya paham. Ini bukan masalah antara Alvin dan ayahnya, karena selama ini Alvin jarang terlihat kalut seperti ini jika bertengkar dengan ayahnya. Malahan sepertinya hubungan antara ayah dan anak itu berangsur-angsur membaik.

Apalagi kehadiran Lyn—sesuai cerita Alvin—seperti pelita dalam kegelapan. Memberi cahaya agar keduanya bisa melewati gelapnya masalah. Beberapa kali Sandy atau Denny atau dua-duanya pernah mendengar Alvin ditelfon ayahnya. Menanyakan sedikit, seputar tentang keadaan Alvin sendiri atau keadaan Lyn.

Tapi ada satu hal yang membuat Sandy dan Denny bertanya-tanya. Apa hubungan Alvin dengan Lyn? Dan kenapa Dokter Farhan seperti sangat mengenal cewek itu? Apa mungkin Lyn itu sepupu Alvin? Tapi sepertinya bukan. Dan pertanyaan itu hanya bisa keduanya simpan di pikiran mereka. Entah kapan mungkin akan mereka utarakan jika suasana sudah kondusif.

"Gimana kalo nanti sore kita jalan? Ke mall? Karaokean?" usul Fandy memecah keheningan. Beberapa temannya mengangguk setuju.

"Beneran? Oke gue ikut?" ujar Denny setuju dengan usulan cowok Korea itu. "Bosen juga tiap malem minggu gue cuma di rumah nonton film sama adek gue."

"Itu mah emang derita lo, Mblo. Siapa suruh jadi jomblo sejati? Makanya cari pacar dong?" ledek Yoga dihadiahi lemparan bungkus cemilan Denny yang kosong. Kelima ENEMY lainnya tertawa terbahak-bahak.

"Atau.. Jangan-jangan lo emang nggak laku, Den?" kali ini ganti Rio yang menimpali. Dan sepertinya kata-kata Rio sukses bikin Denny cemberut maksimal. Alvin yang awalnya cuma adem ayem diem, tertular untuk tertawa. Tangannya menepuk-nepuk bahu Denny yang duduk di sebelah kirinya seperti memberinya semangat.

"Ck! Masa kalian nggak tau? Denny tuh sengaja jomblo buat nemenin gue tauk! Lagian setelah beberapa tahun sama ni anak, gue tahu... Kalau dia itu sebenernya... Lagi nungguin gue jomblo terus nyatain perasaannya ke gue. Benerkan Den?" ujarnya dengan diikuti kedipan sebelah mata. Sontak meja yang ENEMY tempati kembali riuh dengan tawa. Tak terhitung berapa kali hari ini meja itu jadi sorotan seluruh pasang mata di kantin.

Jantung Atau Hati? (Complete) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang