"Sea... Apakah kehidupan glamour selalu indentik dengan kekosongan? Hatiku seperti hampa tanpa isi dan aku kehilangan arah hidup. Aku bagai berjalan di atas laut tenang yang melenakan dan justru akan membawaku pada palung yang akan menghempaskan aku dalam jurang tak berujung."Sea meletakkan botol bir-nya saat mendengar deret kata yang diucapkan oleh Earth di atas meja bar yang ada di dalam apartemennya. Dingin salju membuat tenggorokannya beku tanpa kehangatan cairan beralkohol itu. Mata safirnya lembut menatap Earth. Sudut bibirnya lentur membentuk senyum yang menawan dan berkharisma.
"Kosong? Bukankah hanya ada aku di hatimu?" canda Sea sambil melangkahkan kaki pelan mendekati Earth yang sedang menghangatkan tubuh di balik selimut dengan posisi setengah duduk.
"Aku sedang tidak bercanda, Sea." Earth memanyunkan bibirnya dan memalingkan wajahnya dengan angkuh ketika melihat Sea sudah berada di sisinya.
Kedua tangan itu terangkat untuk menangkup pipi Earth dan mempertemukan kedua manik mata mereka. Dengan lembut Sea mencondongkan dirinya dan mencium kening Earth, gadisnya.
"Semua itu tergantung bagaimana kamu memaknai kehidupan, Earth. Apa sebenarnya tujuan hidupmu? Dengan pencapaianmu selama ini, apa lagi yang kamu cari?" Sea justru membalik pertanyaan, membuat Earth menepiskan telapak Sea dari pipinya dan kembali memalingkan wajah.
Kini biru itu menatap kristal salju yang memenuhi latar tanah melalui jendela kamar yang terbuka. Butir-butir es yang mampu menciptakan beku meski ia dikelilingi oleh kehangatan yang dipancarkan oleh lelakinya. Earth menggigit bibir bawahnya, ia kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan Sea.
Apa yang sebenarnya ia cari dalam hidup? Ia bahkan telah memiliki segalanya. Dan inikah yang membuat hatinya terasa hampa? Karena ia tidak tahu apa yang ia cari. Karena ia terseret dalam belantara jenggala yang penuh dengan pekat. Bagaimana caranya ia mendapatkan setitik cahaya untuk menuntun jalannya pulang?
Manik biru itu kembali menatap safir yang selalu bersinar penuh dengan pemujaan padanya. Earth tahu bahwa ia tak harus meragukan cinta Sea. Earth tahu bahwa hanya ada ukiran namanya dalam relung Sea. Tetapi yang Sea tidak pernah tahu, tidak ada setitik goresan pun nama Sea dalam hatinya. Hatinya telah dipenuhi pekat hampa yang terus menolak nama Sea untuk masuk dan menetap.
Cinta? Apakah ia mencintai Sea? Ia sendiri tidak tahu batas antara cinta dan dendam. Karena hanya dengan berpura-pura mencintai Sea maka ia bisa membalaskan kematian ibunya. Sea ... adalah lelaki yang telah menciptakan pekat jenggala itu. Bilur-bilur akar yang semakin mempersulit Earth untuk mendapatkan kehidupannya lagi.
Sea ... tidak pernah tahu luka dalam yang tertoreh ketika Earth harus melihat tubuh ibunya yang tergeletak bermandikan darah kala itu. Sea ... tidak pernah merasakan bagaimana sepi hatinya tanpa kasih dan belai lembut dari seorang wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Sea ... tidak pernah tahu berapa banyak butir air mata yang mengalir di kala sepi dan sendiri menghampirinya.
Mata dibayar dengan mata, begitulah yang selama ini dipercayai oleh Earth. Dan Earth tidak sabar menanti saat-saat ia dapat mencongkel safir itu dari kelopaknya.
Earth merasakan lembut jemari Sea yang menggenggam jemarinya. Nanar ia menatap Sea, mencoba untuk menyembunyikan kebencian yang ingin menguar begitu saja. Jari-jari Earth mengelus sebuah benda kecil yang melingkar di jari manis Earth.
"Tidak cukupkah cinta yang aku berikan bisa mengisi ruang hampa dalam hatimu, Earth? Lihat cincin ini, cincin yang akan menjadi simbol cinta kita. Aku akan selalu bersamamu. Menemani tiap detik yang bisa kamu gunakan untuk memaknai kehidupanmu. Menjagamu seperti menjaga hidupku sendiri." Desau lembut suara berat Sea bagaikan sebuah belati yang menyayat hati Earth seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaQueen
Romance"Ketika cinta tak harus memiliki tetapi juga merelakan..." Kisah kembar Laqueena dan Laquisha, sang pengidap hemofilia dan sang balerina terkenal. Mencoba memaknai arti hidup yang sebenarnya. Mencoba mencari pelabuhan hati terakhir mereka dalam kata...