LaQueen 26

2.2K 216 9
                                    


Hazel Queen terus mengikuti tiap gerak dua insan yang kini saling berpelukan di depan sebuah gerbang masuk gedung pertunjukan. Seorang gadis remaja dengan rambut panjang indah brwarna brunette. Ia nampak  anggun dengan pakaian kasualnya yang tetap memperlihatkan kefeminimannya. Sementara sang lelaki berbadan tegap dengan tubuh jangkung yang terlihat begitu sempurna. Tubuh kedua insan yang berada dalam pelukan itu bagaikan potongan puzzle yang saling melengkapi dalam kesatuan. Sempurna. Hanya satu kata itu yang mampu menggambarkannya. Tanpa sadar Queen tersenyum pahit, ia meremas dadanya sendiri. Mengapa tiba-tiba terasa perih?

Gadis remaja itu tersenyum bahagia. Kemudian ia berjinjit agar dapat mengacak rambut sang lelaki dengan manja. Lelaki itu justru membalas perlakuan gadis itu dengan sebuah kecupan manis di dahi. Sekali lagi, Queen membeku melihat rangkai kejadian di depan matanya. Walau mereka terpisah oleh jeda jarak yang cukup jauh tetapi dengan jelas Queen dapat melihat setiap visualisasi yang terpapar manis di depannya. Queen memang ada di dalam mobil yang diparkir tepat di seberang gerbang gedung pertunjukan itu. Dengan jarak ini rasanya cukup untuk menyembunyikan dirinya agar tidak sampai terlihat oleh dua orang itu. Queen terus mengamati dalam diam, ia menggigit-gigit bibirnya, hampir melupakan bahwa ia pengidap hemofilia. Gigitan bibir saja bisa sangat berbahaya bagi dirinya.

"Mereka saling mencintai," bisik Queen nyaris tak terdengar. Tidak berbicara dengan siapa-siapa, tetapi seperti meyakinkan dirinya sendiri.

"Ya. Mereka saling mencintai. Sudah sejak lama," balas suara lelaki yang duduk di balik kemudi di samping Queen, juga dengan bisikan.

"Kamu tahu, Darius?" Tanya Queen tanpa menoleh pada lelaki disampingnya dan tetap memusatkan perhatiannya pada dua orang di seberang mereka, juga tak peduli pada perih yang terasa semakin menyayat hati.

"Aku hanya tahu bahwa Zurri mencintai seorang perempuan bernama Earth. Hanya itu. Aku belum pernah bertemu Earth sebelumnya. Tetapi melihat mereka... aku yakin, dia adalah Earth." Darius menajamkan pandangannya pada dua sosok yang masih berada di depan gedung pertunjukan dengan jemari yang saling menggenggam.

"Earth?" Queen menelan salivanya sendiri.

"Hanya itu yang aku tahu, Queen. Kamu sendiri tahu aku tidak tertarik untuk mencampuri hidup seseorang yang pernah merenggut suaraku. Tetapi... ehmm... aku merasa gadis otu sangat mirip denganmu." Darius mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi. Ia kembali menajamkan pandanganya pada sosok gadis itu kemudian bergantian menatap Queen lebih dalam.

Merasakan kebingungan Darius, akhirnya Queen segera membalik badannya dan menatap Darius dengan pandangan yang lebih dalam. Ia berusaha untuk menetralkan degup jantungnya yang detaknya kini terasa menyakitkan. Ia menatap Darius dengan penuh kasih, mencoba menjadikan Darius sebagai obat dari sakit yang entah dari mana datangnya ini. Dan benar saja, melihat Darius yang kini ikut menatapnya dalam diam cukup bisa menenangkan detak jantung menyakitkan itu.

"Bagus jika mereka saling mencintai. Aku tidak perlu melakukan apa-apa untuk menyelamatkan Zurri. Aku rasa cinta Qui sudah cukup untuk menyelamatkannya dari kakek," putus Queen dengan senyum getir.

"Qui?" Darius memiringkan kepalanya untuk meminta penjelasan pada Queen. "Perempuan yang mirip denganmu itu?"

"Laquisha. Ingat nama itu baik-baik. Dia adalah saudara kembarku." Queen kembali menggigit bibirnya. Berat memang pada akhirnya ia harus mengungkapkan tentang keberadaan Laquisha pada Darius. Sejak pertama kali melihat Darius, Queen memang tidak ingin Darius mengenal Qui. Terdengar egois memang, tetapi Queen hanya ingin...

"Aaarrrghhh!! Kenapa aku tidak pernah tahu bahwa kamu kembar?" Rutuk Darius, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram erat pergelangan tangan Queen hingga perempuan itu kesakitan. Melihat Queen yang mengernyitkan dahi membuat Darius sedikit mengontrol emosinya. "Kenapa, Queen?"

LaQueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang