Detik tak pernah mengkhianati sang penanti
Dalam pencarian ditemani sang remuk hati
Renjana menjadi bingkai dalam tuntunan
Hingga sang takdir menjadi penghantar jawaban
Kepada jiwa rapuh yang menengadah kepada langit
Menikmati indah yang menolak untuk bisa dimiliki
Tetapi dua merpati tersenyum dalam lembut kepakan
Menyampaikan salam, bahwa yang dinanti akan kembali...Dua tahun kemudian...
Aroma petrichor memenuhi jalanan di jantung kota New York. Gerimis tak pernah ingin meninggalkan jejaknya. Ia senang bermain-main dalam kelabu yang menyembunyikan sapuan biru dan cahaya baskara. Ditemani sendu sang langit, langkah gadis itu terhenti. Netranya menatap tajam pada sebuah papan iklan cukup besar yang berada di seberang jalan. Jemarinya menggenggam erat ganggang payung yang sedari tadi melindunginya dari belai rintik gerimis. Sudut bibir tipisnya terangkat membentuk gurat senyuman. Senyum yang ia rangkai kala menatap wajah sang suami dalam papan iklan itu.
Ledarius Barnaby...
Lelaki rapuh yang bahkan masih tidak percaya bahwa ia akan menjadi seorang violinist lumpuh yang namanya cukup dikenal oleh dunia. Queen tahu bahwa segala keterbatasan Darius tidak akan pernah mengurangi kelihaian jemarinya dalam memainkan dawai-dawai biola. Queen selalu mengagumi permainan biola Darius, bahkan saat ini hanya Darius yang boleh mengiringinya ketika menggelar pertunjukan balet.
Perlahan kristal bening menguar tanpa bisa ditahan. Kenangan-kenangan kisah mereka kembali berputar acak dalam ruang pikiran. Darius yang selama dua tahun ini harus berjuang menghadapi anxiety disorder akibat kelumpuhannya. Ia yang tak mampu bertemu dengan orang lain. Ia yang selalu bersembunyi di balik diri Queen. Bahkan ketika harus mengiringi Queen, Darius hanya menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain biola di balik layar. Queen yang selalu sabar menemani Darius melakukan terapi, hingga memberi semangat hidup pada lelaki itu. Tetapi Darius yang justru menjadi batu. Ia semakin keras bahkan ketika Queen sudah berubah menjadi es sekali pun. Ia yang terlalu dihantui oleh rasa takut dan tidak percaya diri. Dan itulah yang selalu menjadi akar dari pertengkaran mereka.
Pernikahan memang tak selalu indah. Queen dan Darius menjalani pernikahan mereka dengan cukup banyak pertengkaran. Bahkan di setiap pertunjukan balet yang akan digelar Queen, Queen harus menangis untuk memohon Darius berani tampil di panggung megah bersama dirinya. Tetapi tetap sang batu yang menjadi pemenang, hingga Queen hanya bisa menuruti keinginan Darius untuk mengiringinya tanpa harus terlihat di hadapan ribuan orang.
Hingga puncaknya, Queen memutuskan untuk kembali ke Rusia seorang diri. Pertengjaran hebat mereka untuk kesekian kali yang hampir membuat Queen menyerah dengan hubungan mereka.
Hampir...
Ya, jika saja ia tidak...
Queen membelai perutnya yang masih belum terlihat membuncit. Usia kandungannya baru memasuki bulan ketiga, masih sangat belia memang. Janin dalam rahimnya ini mungkin merupakan sebuah anugerah dalam hubungannya dan Darius yang sangat renggang. Queen percaya bahwa janin ini yang bisa kembali mempersatukan ia dan Darius. Setelah kepergiannya selama sebulan di Rusia, bahkan Darius tak pernah sekali pun mencarinya atau memintanya kembali pulang. Apakah Darius sudah tidak mencintainya? Entahlah... kini Queen kembali mengalah. Dan janin ini yang memaksanya untuk kembali pulang ke New York.
Tetapi sehari sebelum penerbangannya, Queen dikejutkan dengan kabar pertunjukkan biola tunggal Darius. Apakah ini juga menjadi salah satu cara Darius agar Queen kembali? Queen tak peduli lagi. Yang jelas detik membawanya pada tempat ia berpijak sekarang. Dalam bising kota New York, menikmati wajah sang suami yang tersenyum kecil dengan biola di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LaQueen
Romance"Ketika cinta tak harus memiliki tetapi juga merelakan..." Kisah kembar Laqueena dan Laquisha, sang pengidap hemofilia dan sang balerina terkenal. Mencoba memaknai arti hidup yang sebenarnya. Mencoba mencari pelabuhan hati terakhir mereka dalam kata...