LaQueen 30

2.5K 243 31
                                    


Altar megah itu dibangun di halaman rumah milik Leonard. Mawar-mawar putih menjadi penghiasnya, merekah sebagai sambutan tawa pada pasangan yang akan mengucapkan ikrar suci pernikahan. Para tamu undangan telah berdiri untuk menyambut sang mempelai perempuan. Sementara mempelai lelaki telah berdiri dengan gagahnya di depan altar bersama pendeta.

Darius--sang pemain biola-- menggesek dawai-dawainya dengan sajak dari kidung Ecclesiastes. Malaikat seolah ikut bersorak mendengar simfoni-simfoni teruntuk sang calon pengantin itu. Di depan gerbang megah yang dirangkai dengan mawar-mawar merah muda dan putih, Qui berdiri di sana. Tangannya melingkar pada lengan Kenny. Sementara Queen menjadi pengiringnya di belakang. Di depan Qui, berdiri Leon dan beberapa anak kecil lainnya dengan jas dan gaun putih yang menebarkan bunga.

Setiap wajah dalam lingkaran altar itu menampakkan senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap wajah dalam lingkaran altar itu menampakkan senyum. Bahagia terpancar dari tiap binar dalam iris mereka. Langkah Qui yakin untuk menemui calon suaminya. Sementara dari jauh, biru itu mencoba menangkap senyum tulus di wajah lelaki itu. Qui semakin erat menggenggam buket mawar yang i genggam, meredam gugup yang tiba-tiba menjalar.

Hingga Kenny berhasil membawanya pada Zurri, yang safirnya selalu menawan birunya. Saat tiba di depan altar, Queen memilih untuk mundur perlahan. Dengan gerakan yang sangat pelan, hingga tak ada yang menyadari ia telah hilang dari altar megah itu. Semua mata memang tertuju pada sang mempelai. Kecuali mata hazel itu. Yang terus mengikuti gerak Queen sejak ia mengiring perjalanan Qui. Yang tak pernah lepas dari hazel Queen. Bahkan meskipun jemarinya sibuk dengan dawai biola, matanya selalu tertuju pada Queen.

Darius telah melakukan tugasnya dengan baik. Membawa iringan biola hingga sang mempelai sudah berada di depan pendeta. Sang pendeta yang akan membawa tiap mata untuk fokus pada Qui dan Zurri. Darius mengunakan kesempatan itu untuk mundur perlahan dengan gerakan yang sangat halus. Menghilang di tengah banyak orang, mencari gadisnya.

Sementara di depan altar, tangan Zurri menyambut mempelai wanitanya. Hingga sang pendeta mulai melakukan liturgi untuk menyatukan dua hati itu di hadapan Tuhan. Bibir akan segera mengikrarkan janji kepada sang Ilahi. Untuk selalu setia sampai detak jantung tak mampu berfungsi. Safir dan biru itu terus lebur dalam tatap dalam. Mencoba menyatukan hati yang telah lama disangkal. Hingga bibir dalam balutan rahang keras yang sedikit berjenggot itu mengucapkan mantra cintanya.

"Aku, Seazurri Barnaby, telah memilihmu, Laquisha Caradoc, untuk menjadi istriku. Aku berjanji untuk mencintai dan menghormatimu sejak hari ini, untuk lebih baik, lebih buruk, untuk kaya, untuk miskin, sakit, dan kesehatan di semua hari-hari yang akan kita lewati, sampai kematian memisahkan kita."

Dan suara lembut Zurri terus menggema di ruang pendengaran Qui. Bagai sebuah melodi dalan ayat Ecclesiastes. Ia terbuai, pada cinta yang telah lama tak terucap. Pada cinta yang tertutup oleh dendam. Kini ia siap. Menyambut bahagianya, bersama dengan lelaki yang ia cintai. Dan bersama buah cinta mereka. Dengan mantab, Qui menjawab kesediaannya menjadi istri Zurri. Hingga sang pendeta mempersilahkan kedua oengantin yang telah sah di hadapan Tuhan itu untuk berciuman.

LaQueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang