LaQueen 1

11.8K 750 39
                                    

Happy reading ^^

--------------
Moscow, Rusia...

Semilir angin musim semi membelai lembut pori-pori kulit seorang perempuan yang kini duduk termenung di atas sebuah ayunan kayu. Wajahnya menengadah ke langit, menatap dengan senyum yang selalu terkembang di wajah cantiknya. Cerah biru langit yang dapat ditangkap oleh sepasang hazel itu menyalurkan sebuah rasa nyaman yang menggelitik dadanya. Ia selalu suka melihat biru langit dengan gradasi putih. Tanpa kelabu yang membuatnya terlihat murka. Biru langit yang selalu mengingatkan ia akan mata sang ibu yang mungkin kini sedang tersenyum di balik awan dengan sayap malaikatnya.

Kedua tangan perempuan itu memeluk erat sebuah boneka salju yang putihnya telah memudar dimakan usia. Perempuan itu menunduk, mencium dalam boneka saljunya, mencoba mencari aroma yang mungkin masih tertinggal. Aroma dari sang ibu yang membuatnya tidak pernah bisa lepas dari boneka ini meski usianya sudah menginjak 18 tahun.

Seperti anak kecil? Biarlah orang bilang begitu, yang jelas boneka salju ini memiliki arti yang begitu spesial baginya. Dulu ketika masih kecil, ia sering melihat mommy-nya memeluk boneka salju ini sambil menatap langit. Kata mommy, boneka ini adalah pemberian Daddy Leon. Dan sehari sebelum kepergian mommy-nya, mommy memberikan boneka ini padanya.

Di bawah selimut langit kota Moskow ia selalu mengenang mommy-nya kala hatinya dilanda kekalutan. Ia menggenggam erat tali ayunan. Menggerakkan kaki pelan agar ayunan terdorong dan mengayun perlahan. Kembali ia menatap biru cerah itu seakan memandang mata biru mommy-nya yang selalu menatap dengan penuh cinta dan kelembutan meskipun ia tidak dapat memungkiri sendu yang tercetak jelas di sana.

Tangannya terulur untuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah buku sketsa yang kini menjadi sahabatnya. Ia membuka lembar pertama dan tersenyum saat melihat sebentuk wajah yang sangat mirip dengannya. Wajah yang selalu memancarkan keceriaan, dengan ballerina dress dan sepatu baletnya. Wajah yang begitu cantik dipadu dengan rambut brunette panjang yang membuatnya semakin menawan.

Cantik... sangat cantik... perempuan bak boneka porselen yang pasti selalu mudah menarik kaum adam untuk mendekatinya. Qui. Nama perempuan yang ada di dalam sketsanya. Perempuan yang dikelilingi oleh banyak lelaki tampan yang mengharapkan cinta darinya. Tetapi bukan Qui namanya jika ia tidak bisa menolak lelaki yang tidak berada dalam kriterianya karena Qui adalah perempuan yang begitu perfeksionis.

Wajah mereka serupa, namun ia selalu merasa tidak secantik Qui. Ia hanyalah perempuan dengan kehidupan biasa saja. Tidak memiliki banyak pakaian mahal dan glamour seperti Qui. Ia hanya suka mengenakan kaos polos dan juga celana jeans panjang. Terlebih ia tidak memiliki rambut panjang indah seperti Qui. Ia memangkas habis rambutnya, seperti laki-laki tetapi ia suka dengan style seperti ini.

Queen, nama perempuan itu, membuka lembar kedua buku sketsanya. Sebentuk wajah lelaki yang tak pernah ia lihat secara langsung. Lelaki yang selalu dipuja oleh mommy-nya. Ia ingat bagaimana mommy-nya selalu membanggakan lelaki itu padanya dan juga Qui. Mengatakan bahwa lelaki itu adalah lelaki yang hebat.

Lelaki yang memiliki bola mata hazel yang sama seperti dirinya. Lelaki yang sempat mendekapnya kala ia masih bayi dan harus meninggalkan dunia ini di usianya yang baru tiga bulan. Ayah kandungnya, yang hanya bisa ia nikmati ketampanannya dalam bingkai foto atau lukisan. Queen tersenyum sendiri. Ia tahu bakat daddy-nya menurun padanya. Ia suka sekali melukis dan menggambar sketsa wajah, meskipun ia bercita-cita menjadi seorang balerina.

Wajah Queen berubah sendu saat ia mengingat mimpinya. Ia telah mengubur lama mimpi itu ke dalam alam bawah sadarnya. Mimpi yang selamanya hanya akan menjadi mimpi. Ia cukup bahagia saat melihat Qui yang akhirnya bisa meraih apa yang ia inginkan. Melihat Qui dengan tubuh gemulainya menari di atas panggung dengan tepuk tangan riuh para penggemarnya. Bagi Queen, itu cukup membuatnya bahagia tanpa ia sendiri yang berada di atas panggung itu.

LaQueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang