Kepingan salju memenuhi jalanan kota New York sore ini dengan latar putihnya. Langit berselimut kelabu, memuntahkan kristal-kristal es yang terkumpul dalam meganya. Queen keluar dari sebuah gedung pertunjukan dengan sedikit tergesa. Ia mengetatkan mantel cokelat yang ia kenangan. Dingin ini terlalu menusuk tulang, meskipun tak sedingin di Rusia. Ia membuka payung untuk melindungi dari hujan salju ringan dan berjalan menuju rumah.Langkahnya pelan, menelusuri trotoar yang telah berselimut oleh putih salju. Senyum samar merekah dari bibirnya saat otaknya memvisualisasikan gambar boneka salju pemberian Alanis. Dan kini, dalam setiap langkahnya ada kenangan yang dihantarkan. Ada kisah yang ingin kembali diputar bagai rangkaian film perjalanan kehidupan. Dan ada bahagia dan duka yang menjadi rasa dalam tiap torehan kisahnya.
Kenangan kehidupan kembali memutar kejadian saat ia masih kecil. Setiap salju datang, ia akan berlari girang bersama dengan Qui. Mereka bermain lempar salju di halaman rumah dan tidak akan masuk sebelum mendengar omelan Kenny. Kenny memang selalu marah ketika mengetahui Queen bermain di luar rumah.
Otaknya kini mengenang Kenny semakin jelas. Kenny adalah sosok ayah yang sangat sempurna. Bahkan hingga kedua anak gadisnya beranjak dewasa, lelaki itu tak pernah menikah. Ia memilih untuk memusatkan perhatiannya pada Queen dan Qui. Queeb pernah bertanya mengapa Kenny rela tidak menikah lagi hanya untuk dirinya dan saudara kembarnya. Dengan tegas lelaki itu mengatakan bahwa itu adalah bentuk kesetiaannya pada Alanis.
Mengingat itu membuat Queen meneteskan setitik air mata. Bahkan Kenny rela untuk pindah kerja ke New York untuk menemani Queen hingga gadis itu lulus dati sekolah baletnya. Ya, saat ini ia memang tinggal bersama Kenny. Mereka bahkan menjadi ayah dan anak yang paling bahagia di dunia. Di sini, Kenny lebih bisa memiliki banyak waktu untuk menjaga Queen. Bahkan mereka sering menghabiskan akhir pekan bersama untuk liburan.
Kini visualisasi yang tampak di pikiran Queen adalah Zurri. Sudah hampir tiga tahun ia tak bertemu dengan lelaki itu. Sejak pindah ke New York, Queen memang tak pernah sekali pun kembali ke Rusia. Beberapa kali Qui dan Leon datang ke New York untuk mengunjunginya, tetapi tak pernah sekali pun Zurri ikut. Kata Qui, Zurri masih sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Queen tak lagi peduli terhadap lelaki itu. Meskipun terkadang di suatu waktu, bayangan Zurri menyapanya lewat mimpi. Yang Queen butuhkan saat ini adalah memastikan perasaannya pada lelaki itu. Untuk bisa tahu, ia harus benar-benar bertemu Zurri secara nyata.
Kesibukannya di sini memang telah mengalihkan segala pikirannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Beberapa kali ia disukai oleh teman lelakinya, tetapi Queen dengan halus bisa menolak. Bagi Queen, yang terpenting adalah mengejar mimpi sebagai seorang penari balet. Dan Tuhan begitu baik karena sudah mendekatkan dirinya pada mimpi itu.
Beberapa kampusnya memilih Queen untuk mengikuti kompetisi balet internasional. Dan ia berhasil mendapatkan piala kemenangan yang sekaligus menjadi kebanggaannya. Tetapi perjuangannya tak pernah mudah. Menjadi penari balet dengan hemofilia yang terus menghantui tentu membuatnya selalu hati-hati. Sempat beberapa kali ia jatuh dan terluka, tetapi berhasil ditangani oleh Kenny.
Dan sebentar lagi adalah puncak dari semuanya. Pertunjukan besar balet solo perdananya sebagai seorang Laqueena Caradoc akan diselenggarakan. Satu bulan tidaklah lama. Dan satu bulan, Queen benar-benar akan mempersiapkan segala mental, fisik, serta... hatinya.
Ya, satu bulan lagi sebelum pertemuannya dengan Darius. Darius yang telah berjanji untuk datang ke pertunjukan perdananya. Ia dan Darius selama hampir tiga tahun ini memang tak pernah berkomunikasi. Ia selalu mengetahui kabar Darius melalui Qui.
Seminggu setelah kepergiannya ke New York, Darius sadar. Lelaki itu terus menjalankan terapi hingga benar-benar pulih. Tetapi Darius hanya ingin bertemu dengan Queen saat Queen sudah berhasil meraih apa yang ia impikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaQueen
Romance"Ketika cinta tak harus memiliki tetapi juga merelakan..." Kisah kembar Laqueena dan Laquisha, sang pengidap hemofilia dan sang balerina terkenal. Mencoba memaknai arti hidup yang sebenarnya. Mencoba mencari pelabuhan hati terakhir mereka dalam kata...