Pening seketika terkikis kala jemari Queen menggenggam jemari hangat milik sang hazel. Kehangatan yang mampu menghadirkan getar menyenangkan dalam aliran darah Queen, membuatnya lupa akan apa itu amarah yang baru saja menggelegak. Jika boleh memilih, Queen ingin terus berada dalam genggam ini. Melihat dan mengagumi punggung tegap yang berada sedikit di depannya dalam keterdiaman.Tanpa sadar, sudut bibir Queen membentuk senyum bahagia yang akhir-akhir ini ia rindukan. Ia tahu, keputusannya untuk pergi bersama lelaki asing di depannya ini tak pernah salah. Kenyamanan ini tak pernah ia dapatkan saat bersama dengan Zurri. Seketika senyum di wajah Queen memudar saat ia mengingat insiden yang terjadi. Sedikit gundah menikam hatinya . Sedikit tanya mengusik relungnya. Bagaimana keadaan Zurri saat ini setelah ia dan Darius meninggalkannya?
Queen menggelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba menghapus bayang safir itu dari ruang pikirannya. Ia hanya perlu fokus pada lelaki yang kini ada di depannya. Queen sedikit berlari agar ia bisa menyamai langkah panjang Darius dan berjalan bersisian dengan lelaki itu.
Lelaki itu membawa Queen masuk ke dalam volvo miliknya yang terparkir cukup jauh dari pelataran tempat lamborghini Zurri berada. Queen hanya pasrah saat Darius mulai fokus pada kemudinya. Ia akan ikut ke mana Darius membawanya. Ia bahkan berharap bahwa jarum detik bergerak lambat agar ia mampu mencecap lebih lama setiap kebersamaan bersama dengan lelaki pemilik mata caramel itu.
Hening...
Apakah ia berharap akan ada sedikit suara dari bibir tipis lelaki itu? Tidak tentu saja. Keheningan ini bahkan cukup membuat Queen larut dalam jelajah pikiran yang menyenangkan. Ia membayangkan bahwa Darius akan membawanya ke suatu tempat indah atau mereka bisa melakukan kencan pertama? Dan di akhir kencan, lelaki itu akan memberikan sebuah ciuman selamat malam yang memabukkan.
Queen menggeleng malu dan menutup wajahnya sendiri membayangkan hal itu. Mungkin ia terlalu banyak berharap. Mungkin juga karena selama ini ia tidak pernah sekali pun merasakan kencan dengan lelaki. Dalam kamus hidupnya, kebersamaannya dengan Zurri tentu jauh dari kata kencan.
Lama pikiran Queen berkelana sehingga ia tidak menyadari bahwa Darius telah menghentikan laju kemudinya di depan sebuah gedung pertunjukan yang begitu familier di mata Queen. Ia tahu, gedung ini adalah tempat di mana Qui sering menggelar pertunjukan baletnya.
Queen menoleh ke arah Darius, begitu pun lelaki itu. Hazel mereka kembali bertemu. Queen menahan napas ketika merasakan jemari lembut Darius terangkat dan meraba dahinya untuk mengukur suhu tubuh Queen. Darius tersenyum tipis dan mengambil ponsel dari saku celananya.
Sepertinya suhu tubuhmu normal. Bolehkah aku masuk ke dalam sejenak sebelum mengantarmu ke rumah sakit?
Darius menunjukkan layar ponselnya kepada Queen. Tanpa sadar Queen mengangguk. Darius segera bersiap turun dari mobil tetapi tangan Queen seketika menahannya.
"Bolehkah aku ikut? Dan... Aku tidak mau ke rumah sakit. Aku sudah sembuh," ucap Queen dengan pandangan memelas.
Darius tampak berpikir sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. Mereka lalu turun dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam gerbang utama sebuah gedung pertunjukan opera yang cukup terkenal di Moskow. Darius berjalan di depan Queen. Lelaki itu tak lagi menggenggam jemari Queen walaupun dalam relungnya, Queen sungguh menanti lelaki itu akan menoleh dan menjemput jemarinya untuk bertaut bersama dengan jari -jari milik lelaki itu.
Queen menjilat bibirnya sendiri dan berjalan menunduk. Beberapa saat ini ia terlalu banyak membayangkan hal yang menjijikkan. Mengharapkan Darius termasuk ke dalam hal menjijikkan dalam ruang pikiran Queen, karena selama ini ia terlalu tidak peduli dengan lawan jenis.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaQueen
Romance"Ketika cinta tak harus memiliki tetapi juga merelakan..." Kisah kembar Laqueena dan Laquisha, sang pengidap hemofilia dan sang balerina terkenal. Mencoba memaknai arti hidup yang sebenarnya. Mencoba mencari pelabuhan hati terakhir mereka dalam kata...