Shena berlari menghampiri kumpulan anak-anak kelas sepuluh yang berbaris dengan tegang, rambutnya yang diikat banyak dengan tali plastik warna-warni berayun-ayun mengikuti irama kakinya. Sesekali ia membetulkan papan nama dari kertas karton yang menggantung dilehernya,kertas yang bertuliskan nama dan julukannya Shenita Wiraguna dan dibawahnya ada tulisan AYAM KATE. Uh, senior cantik yang galak itu sepertinya tak punya mata, Shena yang berpostur tinggi dan ramping begini masa dikasih julukan ayam kate, seharusnya kalkun kek,merak kek,kasuari atau apa gitu yang lebih cocok, bukan nama hewan berkaki dua yang bertubuh mini begitu.
"Cepet....cepet, kok lelet banget sih. Kalian harus semangat, jangan loyo." Teriakan para senior menggema ditengah hari terik begini menunjukkan kearogansian mereka sebagai Senior, tak peduli anak-anak baru itu pada kelelahan sehabis melakukan tugas membersihkan pekarangan sekolah yang luasnya naujubillah dan sekarang mereka dikumpulkan ditengah lapangan dengan cuaca panas yang membuat kerongkongan kering.
Masa orientasi siswa sebenarnya punya tujuan mulia yaitu mempererat hubungan para senior dengan para pemula agar lebih saling mengenal sebelum memulai aktivitas belajar mengajar. Tapi kebanyakan MOS dijadikan ajang balas dendam dan mengerjai yunior oleh kakak kelas sebagai balasan karena mereka dulu juga mengalami hal yang sama, dan itu akan berlangsung terus turun temurun karena sudah menjadi satu tradisi disetiap awal tahun ajaran baru.
"Hei lo sini!!" teriakan senior cewek yang terkenal paling kejam diantara rekannya membuat nyali seorang cewek kelas sepuluh ciut, ia menghampiri senior yang memanggilnya dengan wajah pucat pasi "Ngapain lo sampai telat masuk barisan, lo juga sini!!" seorang anak cewek lain maju dan berdiri disebelah rekannya dengan wajah tak kalah pucatnya.
"Maaf kak, saya kecapean," jawab yang pertama dengan menunduk.
"Gak ada alasan! Sekarang kalian hormat bendera selama 30 menit, laksanakan!!" Kedua cewek itu bergegas mengikuti perintah senior galak itu.
Huh.. Shena mendengus kesal melihat rekan seperjuangannya mendapat hukuman tak manusiawi, masak tengah hari bolong begini disuruh hormat bendera. Shena memperhatikan dua orang yang sedang menjalani hukuman. Cewek yang bertubuh lebih kecil terlihat sempoyongan dan nyaris tumbang jika tak ditopang teman disampingnya. Tapi para senior yang melihat pura –pura tak tahu dan membiarkan begitu saja.
Shena tak bisa membiarkan hal ini terjadi, dari dulu dia memang tak bisa membiarkan orang lain diperlakukan sewenang-wenang dan selalu melibatkan dirinya meskipun ia sering kena sialnya. Mungkin karena nama yang disandangnya yang menyebabkan ia perprilaku seperti itu. Shena-sebenarnya tulisannya XENA- adalah nama serial televisi warrior Princess dari Amerika serikat yang ditayangkan ditahun1995-2001 , pahlawan wanita yang diperankan sangat apik oleh aktris Lucy lawless yang suka menolong orang yang tertindas. Mungkin hal itu jugalah yang menginspirasi kedua orang tuanya sehingga memberi nama anaknya Shena berharap anaknya akan menjadi seperti wariorr princess yang berjiwa patriot.
Entah karena kebetulan atau memang sudah digariskan, postur Shena mirip dengan Shena sang warrior yang dulu serialnya pernah diputar di RCTI, tinggi,putih, cantik dengan rambut hitam lurus sepunggung, manik hitam bening dan tegas. Mereka juga sama-sama punya tunggangan, jika siwarrior ahli menunggang kuda maka shena versi sekarang suka menggenjot sepeda meski ia tak berani mengendarainya kesekolah. Tapi itu dulu, saat hidupnya masih lengkap dengan kehadiran kedua orang tuanya, namun kini??? Huh!! Shena membuang jauh-jauh bayangan masa lalunya yang kelam.
"Eh lo mau kemana? Tetap dibarisan!!" Shena tak mempedulikan teriakan senior cewek yang bernama Dila itu, ia setengah berlari menghampiri dua cewek yang sedang berdiri dekat tiang bendera dan menangkap tubuh lemah yang hampir tumbang itu, membawanya kepinggir lapangan dan mendudukkannya dibawah pohon.
"Temen, lo mau mati kering disitu? Sini!!!" Teriak Shena memanggil anak yang satunya yang masih berdiri ditempatnya, anak itu menurut dan berlari menghampiri Shena dan ikut duduk disebelah mereka diiring pandangan keheranan seluruh warga kelas sepuluh. Shena menjauh dan kembali dengan tangan membawa sebotol air mineral, "minum nih, ntar lo bisa dehidrasi." Cewek bertubuh mungil mengangguk dan langsung menenggak air mineral itu.
Dila dengan penuh amarah memanggil Shena, suaranya melengking memekakkan telinga, "Sini lo, berani nentang gue ya! Sebagai hukuman lo harus menghitung jumlah daun yang ada ditumpukan sana, waktu lo cuma45 menit, cepet!!!"Titah Dila sambil menunjuk tumpukan daun menggunung yang tadi dikumpulkan rekan-rekan Shena.
Shena tak membantah, ia menghampiri tumpukan daun yang dimaksud Dila, para senior tersenyum puas melihat Shena tak berkutik dengan perintah Dila, mereka saling pandang dengan bibir mengulum senyum kemenangan. Hanya anak-anak kelas sepuluh yang menatap punggung Shena iba.
Setelah manggut-manggut seolah-olah sedang menghitung jumlah daun, Shena bangkit dan menghampiri para senior dan menyerahkan selembar kertas kepada Dila, "nih senior, udah selesai." Ucapnya cuek membuat para Senior mengerutkan kening, masa menghitung jumlah daun ditumpukan setinggi gunung itu secepat ini? tak sampai lima menit malah.
"Sepuluh Ribu lima ratus tiga puluh dua? Masa daun sebanyak itu jumlahnya cuma segini? lo gak ngitungnya kan?"
"kalau gak percaya ya udah, senior hitung sendiri deh biar tahu jumlah pastinya!" Shena melenggang meninggalkan senior yang mendidih ubun-ubunnya.
Sebuah tarikan tangan menghentikan langkah Shena, ia berbalik dan...PLAK!!!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romance"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...