_11_

2.3K 166 0
                                    

Ditemani satu kaleng minuman dingin bersoda Shena menghabiskan istirahat siangnya dibangku taman bawah pohon besar disamping sekolah, sinar matahari yang terik membuat kerongkongannya terasa terbakar. Disesapnya minumannya perlahan seolah menikmati teguk demi teguk cairan menyegarkan yang meluncur kelambungnya. Wuih uenak e dunia, batinnya ngawur.

"Halo Shen!"

"Hai Shen!"

Dua makhluk manis bergabung dikiri-kanannya siapa lagi kalo bukan Ayu dan Dea sohib kental terbaik namun kadang menyebalkan yang suka mengganggu ketentraman hidup Shena dengan suara cempreng mereka, tapi Shena suka.

"Lo lagi ada masalah ya? Kok akhir-akhir ini suka ngelamun gak jelas gitu?" tuh kan kepo-nya Ayu kumat.

Shena menggeleng, "Gue gak pa-pa, perasaan kalian aja kali, gue biasa-biasa aja." Elak Shena, ia merasa lebih baik masalahnya ia pendam sendiri dari pada ikut melibatkan kedua temannya ini.

"Yakin?" Shena mengangguk lagi meyakinkan mereka, keduanya menghela nafas dan tak lagi mendesak Shena.

Ketiganya terdiam menikmati jalan pikiran masing-masing, lamunan ketiganya terganggu dengan kehadiran satu mahkluk tampan yang berdiri cengar-cengir dibelakang Shena. Dea dan Ayu langsung bangkit ketika menangkap isyarat dari mata Josh yang meminta mereka meninggalkan ia dan Shena.

"Oh iya Shen, gue balik kekelas dulu ya, PR fisika gue belum selesai." Dea berlalu meninggalkan Shena.

"Gue juga, ada tugas yang mesti dianter keruang guru." Ayu mengikuti langkah Dea.

"Loh loh kok gue ditinggal, kan bel masih lama." Protes Shena,Ayu dan Dea tak menghiraukan, mereka ngeloyor pergi setelah melambai kearah Shena.

'Ooh ini toh biang keroknya,' batin Shena menatap Josh yang duduk dibangku bekas Dea dan masih cengar-cengir.

"Mau ngapain?" ketus Shena merasa terganggu dengan kehadiran Josh.

"Cuma pengen nikmati wajah cantik lo," Josh menangkup wajahnya dan menumpukan kedua siku dimeja, manik coklatnya mengarah keiris hitam Shena yang menatapnya malas.

"Gombalan lo gak bakalan mempan buat gue."

"Ck, lo kok sensian amat sih deket-deket gue, padahal kemarin manis banget, sekarang balik ketus dan sinis gini, gue harus gimana sih biar lo bersikap manis sama gue?" Josh pura-pura terluka, menekan dada kirinya kesakitan.

"Lebay!!" Ketus Shena membuat Josh terkekeh.

Keduanya terdiam menikmati semilir angin yang berhembus pelan mengusir hawa panas mentari yang mengusik tubuh, sudut mata Josh tak beranjak dari wajah cantik yang duduk dihadapannya. Memikat, itu kata yang terlintas diotak Josh saat menggambarkan sosok yang tengah menerawang ini, apa yang dilakukan Shena selalu mempesona dimatanya meski cewek itu tak berniat tebar pesona dan sensasi layaknya cewek lain yang terang-terangan cari perhatian Josh.

Shena meraih minumannya dan meminumnya perlahan tanpa memperdulikan tatapan intens dari makhluk dihadapannya. Mata gadis itu tertuju pada satu titik tapi pikirannya berkelana entah kemana. Ia memikirkan jalan hidupnya yang terbentang dihadapannya saat ini. Jujur, selepas berhenti dari pekerjaannya mengawasi Selly, Shena agak kelimpungan memenuhi biaya hidupnya. Apalagi hidup dikota besar seperti kota metropolitan ini semuanya serba mahal, dan itu merupakan beban berat buat Shena.

Tapi untuk saat ini ia bisa sedikit lega karena telah mendapatkan kerja paruh waktu disebuah café meski dengan bayaran tak seberapa dan tak sebesar uang yang diterimanya dari om Gito, setidaknya Shena mendapatkan pekerjaan yang tidak beresiko tinggi dan bisa pulang sebelum jam sepuluh malam.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang