Shena berjalan gontai menelusuri trotoar yang agak sunyi sendirian, kedua tangannya terjejal kesaku hoddie biru tuanya, sesekali kakinya yang terbungkus konverse putih menendang batu kerikil yang menghadang langkahnya. Matanya menyapu jalan raya yang penuh dengan hilir mudik berbagai jenis kendaraan. Sore ini ia memang ingin sedikit santai melepas kepenatan otaknya yang disibukkan sekolah seminggu ini.
Mendung menggantung dilangit senja, tak lama lagi ribuan liter air akan turun membasahi bumi. Shena mempercepat langkahnya tak ingin terjebak hujan dijalanan. Sontak matanya tertuju pada satu pamandangan tak mengenakkan, seorang ibu tengah tarik-menarik tas dengan seorang lelaki ceking. Siibu teriak minta tolong namun sayangnya tak satupun orang bersedia menolong. Mereka malah sibuk berlarian kecil menjauh dari tempat itu seolah tak ingin terlibat masalah.
Ckkk, Shena mendesah, apa masyarakat perkotaan ini sudah individual semua? Tak punya kepedulian sosial sedikitpun? Shena meningkatkan ritme langkahnya menjadi berlari dan BUGGGG!!! Lelaki ceking itu terpental terkena sambitan ransel Shena. Tas si ibu terlepas dari tangannya dan ibu itu terpelanting ketanah.
Shena tak mempedulikan si Ibu karena fokusnya sekarang lelaki ceking yang menatapnya geram, sebilah pisau terhunus ditangannya siap mengoyak tubuh Shena.
"Kau cari perkara nona!!!" ancamnya dengan suara dibuat seseram mungkin.
Shena tak menjawab, ia bersiap menghadapi serangan pria kriminal didepannya. Pisau mengarah keperut Shena namun berhasil dihindarinya dan secepat kilat Shena menangkap tangan berpisau itu dan memelintirnya kebelakang punggung. Shena menyepak pisau yang jatuh ketanah dan menendang bokong sipelaku sekuat mungkin, lelaki itu kembali tersungkur ketanah dan kabur begitu saja.
Shena menghembuskan nafas lega, ia berbalik dan menolong ibu tadi berdiri, menyerahkan tas tangan yang tergeletak ditrotoar.
"Terima kasih banyak nak, kamu mau menolong tante."
Shena tersenyum ramah, "Tante gak apa-apa?" mata Shena meneliti sekujur tubuh ibu didepannya memastikan keadaannya baik-baik saja.
Sitante tersenyum, "Nggak apa-apa nak, oh iya nama tante Mira, kamu siapa?"
"Shena tante, tante sekarang mau kemana? Kayaknya mau turun hujan, sebaiknya tante cepat sebelum terjebak disini."
"Tante mau pulang, ada taksi lewat sini nggak?"
Shena menyetop taksi kemudian membukakan pintu untuk tante Mira.
"sekali lagi terima kasih ya Shena, tante nggak tau apa jadinya jika kamu nggak ada tadi."
"Sama- sama tante," Shena membalas lambaian tangan tante Mira sebelum taksinya menghilang dikeruwetan lalu lintas, kemudian kembali bergegas menuju kosannya.
***
DUG DUG DUG
Shena mendrible bola basket ditangannya kemudian berlari kecil menuju ring dan melompat tinggi, Hup!!! Bola masuk dengan manis kedalam ring. Ia asyik main sendirian dilapangan basket sekolah karena teman-teman sekelasnya lebih memilih duduk manis dipinggir lapangan seraya mengobrol ngalor ngidul. Ada juga yang tidur-tiduran ayam dibawah pohon menikmati semilir angin yang sepoi-sepoi.
Setelah mengambil absen siswa pak Mudi guru olah raga memberi kebebasan kepada siswanya untuk berolah raga sendiri karena ada keperluan lain diluar sekolah. Dan ini merupakan kesempatan emas bagi teman-teman Shena yang pada dasarnya memang malas berolah raga apalagi dibawah sengatan matahari, jadilah mereka duduk-duduk malas dipinggir lapangan.
Shena masih asyik dengan aktivitasnya, tak ada rasa bosan dihatinya meski ia main tanpa lawan tanding. Sejujurnya tak enak sih olah raga tanpa teman namun apa daya teman sekelasnya tak punya minat berolahraga jika tak diawasi pak Mudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romance"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...