"Gimana keadaannya?"
Panji menghentikan langkah panjangnya dan mundur kebelakang tanpa berbalik, ia mensejajarkan langkahnya dengan langkah Shena menyusuri koridor sekolah. Hari masih sangat pagi dan hanya beberapa siswa yang baru datang , mungkin duapuluh menit lagi siswa lainnya baru berdatangan kesekolah.
"dia sudah siuman dan orang pertama yang ditanyainya lo Shen, entah karena dia utang budi sama lo atau karena lo orang terakhir yang dia lihat sebelum koma. Tapi sayangnya seminggu dia koma lo gak pernah gunjungin, kenapa?" Panji menghentikan langkahnya, mengunci mata Shena dengan posisi tangan terjejal disaku celana, manik matanya begitu mengharap Shena berbaik hati mengunjungi sahabatnya.
Shena menghela nafas pendek, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan balas menatap panji dengan sorot mata kosong, sebenarnya ia sangat ingin mengunjungi Josh dirumah sakit tapi keadaan ekonominya yang memburuk karena belum mendapat pekerjaan membuatnya mengurungkan niatnya dan lebih memilih luntang lantung menyusuri Jakarta mencari kerja paruh waktu, namun sayang ia belum mendapatkannya bahkan saat ini ia nyaris tak punya uang karena tabungannya terkuras habis untuk memenuhi kebutuhan hidup beberapa hari ini.
Shena bertambah pusing mengingat uang kostnya sudah dua bulan belum dibayar, meski sang ibu kost memberinya kelonggaran karena tahu keadaan Shena tetap saja Shena tak enak hati dan berjanji akan membayar secepatnya.
"Kok ngelamun, hei....hei..." Panji menggoyangkan tangannya didepan wajah Shena membuat cewek itu tergeragap.
"Eh... sorry, gue gak bisa jenguk Josh karena..... gue sibuk nyari kerja," lirih suara Shena nyaris tak terdengar namun Panji menangkapnya dengan jelas. Panji sedikit tahu cerita hidup Shena yang sendirian dikota ini dan banting tulang memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dalam hati Panji mengutuki Stefani yang menjadi penyebab Shena dipecat dari café.
"Gue minta maaf ya Shen, gara-gara Stefani bikin ulah lo jadi dipecat," Shena menautkan alisnya dan tersenyum kecil mendengar perkataan Panji barusan. "Oh iya Shen, pulang sekolah nanti kita barengan ya jenguk Josh, tante Mira pengen ketemu sama lo dan ini juga permintaan mommy dan daddynya Josh untuk mengajak lo kerumah sakit, sebelum mereka berangkat ke Amerika."
"Gue nggak janji, tapi....gue usahain deh."
Panji tersenyum senang Shena mau diajak kerumah sakit, Panji tak bohong soal orang tua Josh yang ingin bertemu degan Shena tapi yang lebih kangen untuk bertemu adalah Josh, ia begitu nyinyir meminta Panji menyeret Shena untuk menjenguknya. Panji tersenyum, tampaknya Josh ada hati pada cewek keras kepala ini.
"Hai honey!!" Langkah keduanya terhenti dengan suara cempreng yang muncul dihadapan mereka, Dila tersenyum lebar menatap Panji dan berubah jutek saat matanya melirik Shena. Yang lebih parah lagi Stefani, mata tajamnya mengarah keShena dengan tatapan membunuh.
"Mmmh senior, duluan ya, bye...!" paham keberadaannya tak disukai Shena ngacir kekelasnya yang tinggal beberapa langkah lagi dari tempat mereka berdiri.
"Oke, jangan lupa yang tadi!!!!" teriak Panji mengingatkan, Shena tak menoleh hanya tangannya teracung diudara dengan ujung jari telunjuk beradu dengan ujung jempol membentuk lingkaran.
"Gue gak suka lo deket-deket cewek itu!!!" sinis Dila dengan pandangan mengunci punggung Shena yang menghilang dipintu kelas.
Panji hanya menghela nafas, entah kenapa akhir-akhir ini sikap Dila jadi menyebalkan.
"Oh iya Panji, nanti siang gue dan Dila mau jenguk bebeb Josh, gue kangen berat nih, dia dirawat dikamar berapa?" Stefani menatap Panji dengan sorot mata berbinar-binar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romance"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...