Perkiraan Panji ternyata salah besar, sampai tengah malam Shena tak juga ditemukan meski semua teman-temannya dan orang-orang yang berkemungkinan berkaitan dengan Shena mereka hubungi. Namun tak ada yang mengetahui keberadaan gadis itu.
Kelelahan dan kekecewaan terpancar jelas diwajah Josh, ia terduduk lemas memangku lutut dipojok kamarnya. Keempat temannya hanya bisa menatapnya miris bercampur kasihan dihati masing-masing, bergantian mereka menenangkan Josh yang terpuruk.
Semalaman mereka berlima terjaga dan menelusuri jalan raya bahkan mereka juga singgah keclub yang pernah disambangi Shena dulu. Ale menggeleng dan mengatakan Sudah lama Shena tak pernah datang ketempat itu. Bahkan Shelly yang sedang hamil besar juga tak tahu keberadaan Shena, ia hanya menitip doa agar Shena ditemukan selamat.
Pagi menjelang dan mereka berlima sudah kembali berada dilingkungan sekolah. Entah kenapa Josh bersikeras mengatakan kemungkinan Shena masih berada disekolah mengingat satpam dipintu gerbang tak melihat Shena keluar dari gerbang saat jam pelajaran berlangsung.
Dengan seragam acak-acakkan dan mata merah mereka berkeliaran dikoridor sekolah, mereka tak peduli tatapan aneh yang diberikan anak-anak kelas lain yang mereka lewati.
"Ini ada apa kok pakaian kalian kusut begini?" tegur pak Hamidi dengan kening berkerut meneliti kelimanya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Kami mencari Shena pak, sejak siang kemarin ia menghilang dan sampai saat ini tak diketahui keberadaannya," jawab Panji sopan, dilihatnya pak Hamidi kian berkerut keningnya.
"Shena menghilang? Tapi siang kemarin ia membantu bapak membawa buku, waktu bapak tanya kalau tak salah katanya mau ketoilet, coba kita periksa toilet lantai bawah," Pak Hamidi bergegas menuruni tangga diikuti Josh dkk.
"Gimana Shenanya, udah ketemu?" Tanya Ayu dengan tatapan cemas ketika mereka berpapasan dipertengahan tangga, Dea yang berdiri disamping Ayu ikut bertanya dengan wajah tak kalah cemasnya.
"Belum," lirih Josh dengan gelengan kepala lemah, rombongan itu kembali bergerak diiringi bisik-bisik anak-anak lain yang baru mengetahui Shena hilang. Tanpa mereka sadari disudut pilar satu sosok berdiri dengan muka pucat pasi.
Mereka segera memeriksa toilet cewek dilantai dasar, tentu saja Ayu dan Dea yang masuk kedalam dan yang lain menunggu dipintu dan kembali menelan kekecewaan karena hasilnya nihil.
"Josh sini!!!" teriak Deni seraya berjongkok memperhatikan sesuatu.
"Ada apa??" mereka segera merubungi Deni dan mengarahkan pandangan kearah yang ditunjuknya.
Deni menunjuk sepotong kayu yang cukup besar tergeletak diselokan dengan ujungnya ada bercak darah yang telah menghitam, dan Adit menemukan ceceran darah yang juga telah menghitam dilantai marmer yang berdebu, dengan dada berdebar mereka menyusuri ceceran darah yang mengarah kebelakang sekolah dan berakhir didepan pintu gudang yang tak terpakai.
Mereka berpandangan dengan wajah pucat memikirkan hal yang mengerikan dibalik pintu, dan dengan sekali tendang Josh berhasil membuat pintu bercat putih kusam itu terbuka, dan semuanya tercekat dan terpekik kaget dengan pemandangan yang tersaji didepan mereka.
"Shena!!!!" teriak Josh dan langsung menghambur mendapati Shena yang tergolek dengan genangan darah yang sebagian telah mengering dilantai, mukanya pucat dengan banyak lebam membiru. Darah kental masih terus keluar dari belakang kepalanya membuat genangan kian meluas. Josh meraba denyut nadi Shena dan segera mengangkat tubuh gadis itu dan berlari keluar ruangan, "Panji siapkan mobil!!!!"
Banyak yang berteriak kaget dan memalingkan muka tak sanggup melihat kondisi Shena yang mengenaskan, mereka segera menyingkir dan memberi jalan pada Josh yang setengah berlari membawa Shena keparkiran. Ia tak memperdulikan beberapa anggota polisi yang tiba disekolah, yang ada dibenaknya bagaimana bisa sampai dirumah sakit secepatnya.
Sesampai dirumah sakit Shena segera mendapatkan penanganan dokter, ia banyak kehilangan darah dan menurut dokter kepalanya mendapat pemukulan benda tumpul. tempurung kepalanya retak dan luka menganga dibagian belakang, tangan kiri patah, bibir pecah dan hidung mengeluarkan darah. Wajahnya bahkan nyaris tak bisa dikenali dengan banyaknya luka lebam dan darah yang mengering.
"Siapa yang tega ngelakuin hal keji itu pada Shena!!!???" geram Josh tertahan dengan tangan terkepal dan rahang mengeras, matanya berkilat-kilat menahan kemarahan, "kalau sampai Shena tak selamat, gue pastikan pelakunya juga akan membayar mahal!!" marahnya dengan tangan meninju dinding.
"Josh sabar, kita berdoa semoga Shena terselamatkan," Panji menepuk pelan punggung sahabatnya untuk menenangkan.
Josh terduduk lemas dilantai rumah sakit, kepalanya tertunduk dan dibenamkannya diantara kedua lututnya. Punggungnya bergetar pelan menahan isakan, untuk pertama kalinya Josh menangis didepan teman-temannya yang langsung mengerubungi dan memeluknya memberi kekuatan. Pikirannya kalut dan ketakutan terbesarnya adalah jika nyawa Shena tak terselamatkan maka ia akan merasa bersalah seumur hidupnya.
Dua orang berseragam kepolisian menghampiri mereka dan meminta keterangan, rupanya begitu Deni menemukan potongan kayu dengan bercak darah pak Hamidi langsung berinisiatif melapor kepolisi karena Ia sudah menduga ada yang tak beres menimpa Shena. Polisi langsung memasang police line dan melakukan investigasi dan mengumpulkan keterangan sebanyak-banyaknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romance"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...