Shena melompat turun dari angkot dan menyusuri trotoar, ia sengaja turun dihalte agak jauh dari kosannya dan berjalan kaki menghilangkan sedih. Jika langsung pulang sudah pasti ia akan menangis guling-guling dikamar meratapi nasibnya yang baru kehilangan pekerjaan. Shena mengedarkan pandangan kederetan toko disepanjang jalan dan berharap ada pemilik toko yang membutuhkan karyawan paruh waktu.
Deruman motor yang melaju dengan kecepatan tinggi terdengar dari kejauhan, Shena mendongak mencari pengendara yang tak takut mati itu. Sebuah Ninja merah muncul dikejauhan dan meleset secepat angin disamping Shena. Shena geleng-geleng kepala, apa orang itu tak sayang nyawa? Dasar orang kaya, dipikirnya jalanan milik nenek moyangnya kali ya?
BRAAAAK GEDEBUUM!!!!!
Suara benturan keras diiringi teriakan orang-orang menghentikan omelan Shena, deruman motor menghilang digantikan orang-orang yang berlarian mengerumuni lokasi kecelakaan. Shena yang semula tak peduli tiba-tiba ikut berlari berkerumun, ia seolah mendapat tarikan kuat untuk ikut mendekat melihat korban kecelakaan.
Motor ninja merah tergeletak melintang ditengah jalan dan nasib pengendaranya lebih tragis terkapar berlumuran darah tak jauh dari motornya dengan helm fullface masih terpasang dikepalanya. Tak ada yang berniat menolongnya, orang-orang yang berkerumun hanya melihat sambil berbicara sesamanya.
Shena yang menyeruak diantara kerumunan penonton tiba-tiba tercekat, nafasnya serasa berhenti ditenggorokan mengenali jaket yang dipakai korban, dia....dia..oh tuhan tidak mungkin.....
"Josh....Josh...Ya tuhan..!!!!!" Shena berlari dan memangku kepala Josh, ia segera membuka helm Josh dan ya allah.... Shena kehilangan kata-kata menatap Josh dipangkuannya. Darah merembes dari kepala Josh membanjiri pakaian dan tangan Shena tapi ia tak peduli, ia terus memanggil nama Josh sambil menangis.
Shena menatap orang-orang yang mengerumuni mereka tanpa ada yang berniat untuk menolong, "Apa tidak ada diantara kalian yang bisa menolong kami??? Temanku lagi sekarat dan dia perlu kerumah sakit sekarang!!!!?" Shena berteriak sekuat tenaga menatap nyalang kesekeliling.
Seorang bapak-bapak muncul dengan tergopoh-gopoh, "Nak bapak punya mobil pik-up, ayo kita bawa temanmu kerumah sakit."
"Gak apa-apa pak, yang penting teman saya bisa sampai kerumah sakit secepatnya." Dengan dibantu beberapa orang Josh digotong menuju mobil pik-up kepunyaan sibapak, Shena mengikuti dibelakang dengan menyandang ransel Josh.
Dengan sigap Shena naik ke bak belakang dan kembali memangku kepala Josh. Josh terbatuk dan darah segar mengalir dari sudut bibirnya, matanya terbuka menatap Shena dengan sorot lemah. Bibirnya bergerak-gerak seolah ingin mengucapkan sesuatu.
"Jangan banyak gerak Josh, kita lagi dalam perjalanan kerumah sakit." Tangan Shena mengelus rambut pirang Josh dan tangan satu lagi menggenggam tangan Josh.
"S...she...shena, sakit..." ucapnya terputus-putus, mata lemahnya tetap terpaku kemata Shena.
"Bertahan, sebentar lagi kita sampai," Josh mengangguk sekilas, bibir gemetarnya kembali komat-kamit entah apa yang ingin diucapkannya. Shena tak tahan melihatnya, dadanya rasa terhimpit dinding beton yang teramat berat, ia menarik udara sebanyak-banyaknya tapi sesak didadanya tak juga berkurang.
Mobil memasuki pelataran rumah sakit, beberapa suster datang membawa brankar. Josh dipindahkan keatas brankar dan dibawa ke UGD. Shena mengikutinya dibelakang dengan penuh kekhawatiran, ia tak mempedulikan sorotan mata orang-orang yang menatapnya horor dengan tubuh berlumuran darah Josh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romance"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...