Josh memandang punggung Shena yang menghilang dipintu keluar, ia masih tak habis pikir kenapa cewek sebaik Shena bisa singgah ditempat seperti ini, dengan gusar ditenggaknya isi gelas kecil ditangannya, dua gelas minuman memabukkan ini takkan membuatnya hangover, paling nanti pusing hebat menyerang kepalanya dan terkapar dikamar seharian seperti biasanya.
"Dia udah sering kesini?"
Ale menghentikan kegiatannya meracik minuman dan mendongak menatap Josh yang sedang memainkan telunjuknya memutari bibir gelas dihadapannya. "Shena?" Josh mengangguk, "nggak juga sih, tapi akhir-akhir ini intensitasnya agak sering, lo kenal?"
"Teman satu sekolah tapi beda tingkat, gue cuma heran anak baik-baik kayak dia kok bisa kenal dunia malam." Gumam Josh tapi masih tertangkap telinga Ale meski dikalahkan berisiknya suara musik.
"Dia gak pernah minum alkohol, dia disini cuma menjaga cewek tadi dan itu dilakukannya untuk biaya hidupnya." Kepala Josh menegak mendengar ucapan Ale yang setengah berteriak, bukan, bukan karena teriakan Ale yang membuatnya kaget tapi alasan Shena masuk ketempat ini.
"Maksud lo?"
"Shena tuh sendirian dikota ini, dia ditugasin ayah Selly untuk menjaga anak tunggalnya biar gak terperosok makin dalam kepergaulan bebas. Dan Shena mendapat upah untuk itu."
Tubuh Josh menegang, Shena banting tulang dan mengambil kerjaan yang mengandung resiko tinggi untuk membiayai hidupnya sendiri? Lalu dimana keluarganya? Atau keluarganya tak tahu kegiatan menyerempet bahaya yang dilakoni anaknya demi uang? Atau jangan-jangan Shena kabur dari rumah dan terdampar dikota ini?
Dengan kepala berkecamuk seribu satu pertanyaan Josh melesat keluar, ia celingukan diparkiran club mencari keberadaan gadis itu, semoga mereka belum beranjak dari tempat parkir, batinnya.
Harapan Josh terkabul, ia melihat dua cewek yang sedang bertengkar hebat. Shena beradu mulut dengan Selly yang marah acara hotnya terganggu. Bergegas Josh menghampiri kedua orang yang sedang perang urat leher itu.
"Mau lo apa sih Shen, merecoki urusan gue, lo udah ganggu kesenangan gue tau gak!!!!" maki Selly dengan suara parau dan tubuh sempoyongan akibat pengaruh alkohol.
"Gue cuma menjalankan perintah papa lo, maksud papa lo baik agar lo gak jatuh kejurang pergaulan bebas!!" Shena balas berteriak.
"Itu urusan gue, gue mau mabok kek, mau kencan one night stand kek apa masalahnya sama lo!! Atau lo ngiri ya karena gak punya pasangan kencan ha!!!"
Shena menstabilkan emosinya, percuma meladeni orang mabuk berdebat. Sampai putus urat leher juga gak bakalan selesai. Sebenarnya Shena capek dengan semua ini, ia muak berada ditempat yang tak semestinya didatanginya. Tapi mau gimana lagi, ia terlanjur janji pada ayah Selly untuk menjaga anaknya. Tapi kini Shena sudah tak sanggup lagi, apalagi perkataan Selly dari tadi banyak yang melukai hatinya.
"Kenapa diem ha? Lo takut ya papa gue gak kasih lo duit lagi, gampang!!! Biar bisa dapat duit banyak lo tinggal buka pakaian lo dan jajakan tubuh sok suci elo pada pria-pria hidung belang didalam sana, lo pasti dapat duit banyak. Mudahkan??" Selly terbahak-bahak sehingga tubuhnya oleng dan jatuh ketanah, tawanya kian keras membuat bahunya berguncang.
Shena menggeram menahan marah, tangannya yang terkepal disamping tubuhnya memutih menahan gelegak emosi. Matanya terpejam menetralisir debaran jantung yang melonjak gusar, ditariknya nafas melalui hidung dan menghembuskan kasar lewat mulutnya.
"Cukup Selly, gue berhenti!!! Gue gak mau lagi berurusan dengan lo. Gue akan bilang sama papa lo kalau gue gak sanggup memenuhi permintaannya untuk menjaga lo. Sesuatu hal kalo udah rusak gak bakalan bisa diperbaiki lagi. Tapi satu pesan gue, lo jaga diri jangan sampai hal buruk yang akan membuat lo menyesal dikemudian hari menimpa lo, selamat tinggal!!" Shena berbalik meninggalkan Selly yang masih terbahak-bahak ditanah.
Shena mengambil ponselnya menghubungi seseorang.
"Halo om, maaf om Shena gagal, gak bisa jaga Selly seperti yang om minta. Shena berhenti om, maaf. Sebaiknya om suruh orang jemput Selly ke Club Orion sekarang juga, dia lagi mabuk berat," Shena memutuskan sambungan tanpa memberi kesempatan om Gito berbicara. Ia sudah tak mau lagi terlibat urusan Selly. Shena mendesah, tampaknya besok ia harus mencari pekerjaan lain.
Shena menjinjing heelsnya dan melangkah kepinggir jalan raya berharap ada taksi kosong melintas, ia agak bergidik dengan tatapan para preman yang berkumpul disebuah kedai kecil tak jauh dari tempatnya berdiri. Dalam hati ia berdoa semoga ada angkutan umum yang akan membawanya dari tempat itu, Shena mulai panik ketika dari sudut matanya terlihat pergerakan kelompok preman yang mendekat kearahnya, meski bisa bela diri tapi menghadapi lebih dari lima preman ia bisa kewalahan.
Ditengah kepanikannya sebuah Audi hitam berhenti didepannya, kaca mobil turun dan Shena berdesir melihat orang yang duduk dibalik kemudi.
"Cepat naik, lo mau diobok-obok para preman itu?" Josh memberi perintah.
Tanpa disuruh dua kali Shena melompat masuk dan mobil Josh melaju meninggalkan kelompok preman yang mendengus kecewa, mereka kesal kehilangan mangsa cantik yang tengah mereka incar.
"Thanks, dua kali lo nyelamatin gue." Shena mengelus dadanya yang berdetak tak karuan, nafasnya terengah-engah seperti habis berlari puluhan kilometer.
Josh tersenyum miring, ia sengaja menyusul Shena keparkiran dan segera stay dimobilnya sambil menonton adu mulut Shena tadi, ia menduga Shena pulang sendiri tak barengan dengan Selly dan dugaannya benar, Shena melambai memanggil taksi namun tak ada taksi kosong lewat.
"Lo pulang kemana?" Josh memecah kesunyian yang tercipta diantara mereka.
Shena yang tengah melamun tersentak, "Eh iya, tolong antar kejalan Mangga nomer 27, kekosan gue."
"Oke." Josh memutar balik mobilnya karena arah rumah Shena berlawanan dengan arah mobilnya sekarang.
"Gue mau tidur bentar, kalo udah nyampe tolong bangunin ya? Akhir-akhir ini jam tidur gue banyak berkurang karena menemani sianak manja itu." Shena memejamkan matanya dan menyandar kekaca samping, ia memeluk dirinya sendiri mengusir dingin AC mobil yang menggigit kulit, terlebih bajunya agak sedikit terbuka sehingga AC mobil leluasa membelai kulit mulusnya.
Josh menepikan mobilnya dan membuka jaket yang dipakainya kemudian menyelimutkannya ketubuh Shena. Keterangan Ale diclub tadi menghadirkan simpati dihatinya. Ditatapnya wajah cantik yang tengah terlelap, tangannya terulur merapikan anak rambut yang menutupi mata Shena.
Josh mendekatkan wajahnya kewajah Shena, hatinya tergelitik untuk menyentuh kening Shena, ciuman tulus bukan ciuman nafsu seperti yang biasa ia lakukan pada teman kencannya. Tak ada niat usil untuk mengambil kesempatan pada Shena, ia merasa nyaman melihat wajah damai Shena yang tertidur pulas.
Mungkin Shena percaya padanya hingga berani tidur disamping Josh yang terkenal trackrecord-nya sebagai playboy kelas akut, dan Josh berjanji tak kan mengkhianati kepercayaan itu. Josh kembali menjalankan mobilnya dengan ujung mata sesekali melirik kesamping kiri dan senyum kembali menghiasi bibir kissablenya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Romansa"Bagaimana? Kalian menemukannya?" terdengar bentakan keras suara perempuan, dan ia kenal itu suara Tante Maya adik kandung mamanya. "Tidak ketemu Nyonya, sial!! Cepat sekali anak itu menghilang." Tante Maya menggeram marah, "Cari sampai ketemu...