12. Pesta Dansa

911 61 0
                                    

"Kak Arna, masih lama?" Tanya Rey yang mulai jenuh dengan sekelilingnya.

Arna masih sibuk memilih lipstik di toko itu. "Sebentar. Kamu mau warna pink yang mana?" Tanyanya sembari menunjukkan dua buah lipstik yang berbeda.

"Bukannya itu sama?" Tanya Rey dengan dahi berkerut.

Arna menghela nafas. "Yang ini lebih muda." Ujar nya sambil mengangkat sedikit lipstik yang ada ditangan kanannya.

"Terserah." Balas Rey.

Pada akhirnya Arna mengambil kedua lipstik tadi dan membayarnya dikasir. Mereka berdua kemudian keluar dari toko itu. Rey tidak pernah jalan ke mall sebelumnya. Kalaupun pernah mungkn hanya ke restaurant atau toko buku.

"Ah, hiasan rambut itu cantik. Pasti cocok untukmu." Seru Arna terlihat senang. Ia menarik lengan Rey yang terlihat lemas.

"Ahhh. Aku mau pulang dan tidur!" Serunya malas. Arna berdecak kesal.

"Kamu ini. Kita juga masih harus pilih gaunmu tahu." Jelas Arna.

Penjelasan itu membuat Rey menghela nafas panjang. "Kak, kita sudah 2 jam di mall ini."

"Belum 5 jam kan?" Canda Arna sambil memilih jepitan rambut.

"Kakakkkk." Rey mendesah kesal.

_____

"Nanti berbicaralah yang sopan. Murah senyumlah." Pesan Rian pada Aran yang sibuk mencatat di perpustakaan keluarga mereka.

"Iya, iyaaa." Jawabnya malas.

"Lalu nanti..."

"Kakak, aku sudah dengar ribuan kali." Sela Aran membuat Rian mendesah kesal.

"Aku serius Aldebaran."

"Aku juga serius Adrian. Aku sedang mencatat istilah bisnis yang entah-apa ini dengan susah paya. Dan kau terus menjelaskan tentang apa yang harus kulakukan dipesta dansa. Kupingku panas!" Keluhnya.

Rian menghela nafas mendengar keluhan itu. "Iya deh." Ujarnya pasrah.

Aran bernafas lega mendengar kata menyerah itu. Hp Aran berbunyi kemudian. Ia mengangkatnya dengan malas.

"Halo?"

"Aran, kenapa nggak latihan basket?!" Tanya Rio teman ekskulnya.

Aran menghela nafas. "Maaf, aku sibuk."

"Sibuk a-"

Aran segera menutup panggilan itu dan melanjutkan membaca dokumen lama Rian. Rian diam-diam tersenyum melihat kesungguhan Aran.

"kalau begitu aku keluar dulu." Pamitnya. Aran tak menanggapi dan tetap membaca istilah aneh itu dengan lemasnya.

_____

Aran dan Rey sibuk dikamar mereka. Jam menunjukkan pukul 7 malam. Masih ada waktu satu jam lagi, tapi mereka sudah siap.

Aran dan Rian pun sudah siap didepan kamar kedua gadis itu.

"Aku tidak suka pakai dasi." Keluh Aran. Ia memakai pakaian formal dengan dasi merah tua. Itu membuatnya gerah.

"Berhenti mengeluh. Aku lelah mendengarnya." Balas Rian sambil mengacak rambut Aran.

Mendengar suara ribut diluar, Arna membuka pintu kamar. "Ah kalian juga sudah siap ya." Ujarnya kemudian keluar.

Rian dan Aran berdecak kagum. Arna tersenyum melihat reaksi kedua lelaki itu. Arna memakai gaun jingga selutut tanpa lengan. Rambutnya yang panjang digulung kedalam dan diberi hiasan jepitan bunga jingga tropis. Make up-nya pun natural.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang