6. Aku kan?

1K 74 0
                                    

Rey dan Aran kini ada dalam satu ruangan, satu meja, saling berhadapan. Meja itu berbentuk persegi dan pendek, sehingga mereka duduk di atas karpet coklat itu. Kamar Aran luas, rapi, dan dingin tentunya.

"Ya, kita mulai dari mana? Matematika?" Tanya Rey mengambil kotak pensilnya.

"Terserah." Balas Aran. Tapi ia kemudian mngambil buku matematikanya dari rak buku. Rey mengambil buku matematikanya.

"Kita mulai dari persamaan kuadrat ya? Mananya yang susah?" Tanya Rey sambil membuka bab aljabar.

"Gak ada." Jawab Aran mantap.

Rey menatap Aran ragu. Ia mengerutkan keningnya dan mengambil buku kumpulan soalnya. Ia menunjuk sebuah soal. "Ini jawabannya yang mana?"

Aran memicingkan matanya melihat soal itu. "A." Jawabnya cepat. Rey terdiam. Jawabannya jelas bukan A.

"Dari mana?" Tanya Rey. Aran tak menjawab.

"Coba kerjakan pakai cara dulu." Ujar Rey sambil menyodorkan buku itu. Aran mengambil pensilnya dan mencorat coret buku itu. Tapi beberapa detik kemudian ia terdiam.

Rey ikut terdiam melihatnya. "Aran.. kamu ingat kan caranya memfaktorkan?" Tanya Rey. Aran mengangkat kepalanya dan memberikan tatapan itu-bahasa-planet-apa pada Rey.

Rey menghela nafas. "Sudahlah, biar kuajarkan dari awal."

"Maaf." Ujar Aran datar.

"Tak apa. Untunglah aku ini orang yang sabar." Balas Rey. Aran mengangguk saja.

__7 menit kemudian__

"MASA BEGINI AJA GAK BISA? KAN TADI SUDAH KUAJARKAN."

Arna yang berdiri didepan pintu kamar Aran terdiam mendengar suara teriakan Rey dari dalam. Dia hampir saja menjatuhkan nampan berisi kue dan minuman itu.

"JANGAN MARAH DULU, AKU KAN LAGI USAHA!"

Arna menghela nafas mendengar teriakan balasan dari Aran. Ia kemudian membuka pintu kamar Aran.

"USAHA? LIMA DIKALI SATU AJA MASIH MIKIR DIBILANG USAHA?" Rey tak mau kalah.

Tak ada yang menyadari kehadiran Arna, sehingga Arna hanya bisa menaruh nampan itu dimeja lain yang lebih tinggi kemudian keluar.

"AKU BUKAN MIKIR HASILNYA, AKU MIKIR KENAPA HARUS KUKALI SATU!" Aran memukul meja dengan kesal.

Arna hanya diam saja karena sampai beberapa langkah, suara mereka masih dapat terdengar.

"Apa Aran serius belajar?" Tanya Rian yang tiba-tiba muncul dihadapannya. Ia masih memakai pakaian formalnya. "Ini sudah jam 5, besok dia ada ulangan kenaikan kelas. Aku khawatir apa sempat."

Arna menghela nafas. "Ya, dia belajar." Jawabnya. "Sangat serius."

"Wajahmu tidak menyakinkan."

"Percayalah. Mereka benar-benar serius sampai-sampai aku bisa jadi stres kalau ada diruangan itu lebih lama." Tambah Arna. Rian tertawa kecil.

"Kalau begitu aku pergi dulu, aku titip mereka." Kata Rian sambil melihat jam tangannya. Arna mengangguk.

Kemudian mereka berdua pun berjalan saljng melewati satu sama lain tanpa ada yang menoleh sedikitpun.

_____

"Ah, akhirnya selesai.." Rey menghela nafas. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Akhirnya.." Aran bersandar pada dinding dengan lemas.

"Besok ujian, jangan sampai kau lupa apa yang sudah kuajarkan tadi." Ujar Rey menatapnya tajam. Aran tak menjawab dan hanya mengangguk lemas.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang