Aran melangkah dengan lunglai, tapi matanya memancarkan kemarahan. Walaupun ia sudah berkata untuk merelakan Reyna, tapi ia masih tak menerima kenyataan itu.
Dengan kesal Aran membuka pintu ruangan ayahnya. Surya berdiri disana sambil melihat ke luar jendela.
"Ayah!" Serunya.
Surya menoleh. Ia hanya diam. Ia mengerti maksud seruan itu. Aran melangkah masuk dengan kesal.
"Apa yang ayah lakukan?! Apa ayah tahu kalau anak Rena yang ayah car—"
"Cukup Aldebaran, aku sudah tahu." Sela Surya. Aran terpana.
"malam saat kalian pulang, ia ke ruanganku bersama Rian, menceritakan segalanya. Tapi ini bukan sepenuhnya salahku. Ini keinginannya."
Aran terdiam mendengar penjelasan itu. "Bisa beritahu aku kemana dia pergi?"
"Tidak. Aku sudah berjanji padanya." Jawab Surya tegas. Aran menghela nafas kesal. "Aku membuat banyak kesalahan pada keluarganya. Akan lebih baik kali ini aku membalas semua itu dengan menepati janji.
Aran menggerutu. Ia tetap saja tak bisa tahu dimana keberadaan Rey.
"tapi Aran, aku sudah memutuskan. Soal pertunanganmu."
Aran terbelalak. "Apa? aku tidak mau!" Serunya.
"...aku akan terima jika itu anak Rena."
Sebuah kalimat itu membuat perubahan dalam benak Aran. Ia terpana mendengarnya. Kali ini ia menatap mata ayahnya yang menatapnya lembut.
_____
Aran menggerutu. Ia menghela nafas, tanda menyerah pada bacaan dihadapannya itu.
Kuliah itu menyebalkan baginya. Tidak, bukan itu. Nilainya cukup bagus, ia juga aktif. Yang ia maksud menyebalkan sebenarnya hanya lelah.
Sebentar lagi ia akan berada di semester 3, ia harus lebih rajin lagi dari sebelumnya.
Aran melirik handphonenya yang diam.
"Dia juga pasti sibuk."
_____
"Hei, hei, bukan warna ini." Ujar Rey pada temannya. ia dan teman-teman kuliahnya sibuk mempersiapkan sebuah acara di kampus.
Temannya itu mengangguk dan mengganti warna yang dimaksud. ia memang bukan panitia yang penting dalam acara ini, ia hanya seorang mahasiswi jurusan seni lukis yang dimintai tolong membantu.
"Rey, maaf ya ngerepotin. Udah nggak apa-apa kalau mau pulang kok." Ujar Yuzu merasa bersalah. Rey mengangguk.
"Maaf juga ya aku gak bisa bantu banyak. Aku ada urusan." Pamit Rey sambil mengambil tas ransel biru nya.
Rey berjalan keluar gedung aula dan disana sudah ada seorang gadis berdiri dengan manisnya. Memakai gaun.
"hei." Sapanya. Rey tersenyum. Ia berlari memeluk tangan Agnes.
"Makan kue yuk." Ajak Rey manja. Agnes tertawa saja.
"Kamu gak berubah ya." Ujarnya berkomentar. Rey hanya tersenyum.
"Setelah itu ke apartemen ku ya?"
Agnes mengangguk. "Iya,iya. Aku mau saja." Tanggap Agnes pasrah. Rey tertawa kecil.
_____
"Ah, sudah kuduga. ruanganmu selalu rapi seperti biasanya." Puji Agnes saat masuk ke apartemen Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You
Teen FictionReyna adalah seorang gadis penderita Athazagoraphobia yang hidup bahagia bersama ayahnya. phobianya itu adalah alasan dari sikapnya yang tertutup. ia tidak lagi mau menerima seseorang didalam hidupnya. Pada akhirnya prinsipnya itu hancur karena suat...