1. Awal Pertemuan

1.9K 107 2
                                        

Pagi itu Reyna sudah berkutat di dapur dengan bumbu-bumbu dapurnya. Jam di dindingnya menunjukkan pukul 6 pagi yang berarti ayahnya sebentar lagi akan terbangun. Dengan sigap ia menuangkan air panas ke dalam cangkir berisi bubuk kopi yang tadi sudah disiapkannya. ia lalu menaruh cangkir tadi di meja makan dan mengaduknya. Dihadapan kopi itu seorang pria paruh baya duduk sambil tersenyum.

"Sigap seperti biasanya ya." ujar Ayah Reyna. Reyna tersenyum saja.

Reyna dengan cepat menaruh kotak bekal berwarna hijau muda di hadapan ayahnya. Disusul dengan piring plastik jingga berisi roti panggang.

"Aku mau siap-siap dulu." Ujar Rey. Ia masuk ke kamarnya dan mempersiapkan seragam dan buku untuk sekolahnya.

Ayah Reyna menyantap roti panggang selai kacang kesukaannya. HP nya berdering kemudian. Ia menoleh kearah pintu kamar Rey kemudian mengangkat telepon itu.

"Halo?"

Ada hening panjang kemudian. Raut wajah ayah Rey berubah seketika. Ia mengerutkan keningnya.

"Apa? Aku tidak pernah mengambil apapun?!" Serunya keras tepat saat Rey keluar dari kamarnya. Ia sudah siap dengan rambut coklatnya yang terurai. Ia memakai jaket parka biru tuanya dengan terkejut mendengar teriakan ayahnya itu.

"Ayah, ada apa?" Tanyanya cemas. Ayah Rey segera mematikan HP nya dengan cepat.

"Tidak. Mbak Ati bertanya apa ayah mengambil berkas di meja atau tidak." Jawabnya cepat. Rey mengangguk saja. Ia lalu mengambil kotak bekal berwarna kuning pucat didapur dan memasukkannya kedalam ranselnya.

"Ayah, aku bernngkat dulu." Pamitnya pada ayahnya sambil mencium tangan. Ayahnya tersenyum sambil mengangguk. Rey memakai sepatu hitamnya dan melangkah keluar rumah sambil tersenyum pada ayahnya. Ayah Rey membalas senyuman itu.

Tepat setelah Rey ada diluar rumah, raut wajah Ayah berubah seketika. Muram.

_____

"Reyna~!" Panggil Agnes. Rey menoleh dan tersenyum pada sahabatnya itu.

"Nes, ayo makan." Ajak Rey. Agnes duduk dihadapan Rey sambil menaruh kotak bekal yang mirip dengan Rey.

"Wah, sayur kangkung!" Agnes menatap takjub bekal Rey. Rey tertawa geli.

"Mau? Tukar ya, aku mau sosis." Ujar Rey. Mereka berbagi bekal kemudian.

"Reyna!" Rey dan Agnes menoleh ke ambang pintu. Kiky, anak perempuan yang biasa duduk dibelakang Reyna tiba-tiba memanggilnya. "Dicari Aran nih!"

Rey dan Agnes saling pandang dengan dahi berkerut.

"Kamu kapan kenal Aran?" Tanya Agnes.

"Aran itu siapa?" Rey balik bertanya. Agnes tercenggang mendengarnya.

"Reyna!" Kiky memanggil lagi.

"Sudah sana! Kasihan dia nungguin kamu!" Seru Agnes memaksa. Rey menaikkan sebelah alisnya tapi tetap mengikuti perintah sahabatnya itu.

Kiky segera pergi setelah Reyna datang. Di dekat pintu itu, seorang lelaki sebaya dengannya berdiri dengan diam. Rambutnya coklat sama dengannya, hanya saja lebih gelap.

"Kamu Aran?" Tanya Rey. Cowok yang dipanggilnya Aran itu menelan ludah. Ia mengangguk. Rey memperhatikan cowok itu heran. Ia tak pernah melihatnya.

"Anu, bisa ikut sebentar? Ke tempat yang lebih sepi?" Tanya Aran gugup. Hening terjadi kemudian.

Pemikiran aneh muncul di benak Rey. Tempat sepi? Cowok? Berdua?

"Ah! Bukan hal aneh kok! Aku hanya ingin mengatakan sesuatu!" Seru Aran cepat mengerti raut wajah Rey. Rey mengangguk paham.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang