16. Rama

708 54 0
                                    

Aran mengatur nafasnya. Ia duduk di kursi pinggir lapangan dengan nafas terengah-engah. Sore itu latihan basket yang paling melelahkan baginya. Setelah pelatih membubarkan latihan, hati Aran menjerit-jerit oenuh kelegaan.

"Ya ampun. Segitunya?"

Aran menoleh dan mendapati Rama yang tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Capek." Keluh Aran. Rama tertawa sambil mengangguk-angguk saja. Mereka berdua kemudian terdiam sesaat.

"Aran," panggil Rama. "Kamu kan terkenal dikalangan cewek. Pasti pacarmu banyak." Tebaknya.

"Teettt." Ujar Aran menirukan bel. "Jawaban anda salah total. Aku bahkan belum pernah pacaran."

"Ha? Serius?" Tanya Rama lagi. Aran tak menjawab.

"Aku mau diskusi nih."

Aran menoleh menatap Rama yang tersenyum ke arah seberang lapangan. "Apa?" Tanya Aran.

"Gimana caranya ya, biar dia suka sama aku?" Tanya Rama tersenyum sendiri.

Aran terdiam sebentar. "Orang-orang bilang, kalau mau membuat dia jatuh cinta, kita harus membuatnya tertawa,–"

"Benar begitu?" Sela Rama. Aran pada akhirnya mengangguk saja.

Rama tersenyum lebar kemudian bangkit. "Oke deh, kucoba." Ujarnya santai sambil melambai menjauh pada Aran.

Aran terdiam melihat tingkah Rama. Ia mengalihkan pandangannya pada sebrang lapangan basket. Lebih tepatnya Aran menatap jendela lebar ruang kesenian. Ada seorang gadis disana.

"Mereka bilang untuk membuat seseorang menyukaiku, aku harus membuatnya tertawa. Tapi saat ia tertawa, malah aku yang menyukainya." Bisik Aran sambil tersenyum.

_____

"Rey, kamu nampilin apa buat acara ulang tahun sekolah? Lusa kan?"" Tanya Aran diperjalanan menuju parkiran sepulang sekolah.

Rey berpikir sebentar. "Bernyanyi saja mungkin." Jawabnya.

Aran mengangguk saja. "Aku juga. Mungkin bernyanyi sambil bermain gitar."

"Kenapa diantara 5 perwakilan kelas harus kita yang tampil?" Rey menghela nafas panjang. Aran mengangkat kedua bahunya.

"Reyna!" Aran dan Rey mnoleh kebelakang. Disana ada Rama yang berlari terengah-engah mengejar mereka. "Pulang bareng yuk!" Ajak Rama.

Dengan cepat Rey menggeleng. "Eh, aku pulang sama Aran. Rumah kami dekat." Ujarnya menolak dengan halus. Rama melirik Aran sekilas.

"Ada yang mau aku omongin."

"Katakan saja sekarang." Balas Rey tak mau kalah.

"Ini penting."

"Makanya katakan dengan cepat." Tambahnya. Rama terlihat kesal melihat sikap Rey.

"Rey, pulanglah dengan Rama." Sahut aran tiba-tiba membuat Rey dan Rama tertegun.

Rama diam-diam menghela nafas lega. Saat Aran berbalik, ia segera berhenti karena Rey menarik tasnya. Aran terkejut. Ia menoleh dan mendapati wajah kesal Rey.

"Tunggu aku di mobil. Jangan tinggalkan aku." Ujarnya sedikit kesal. Aran terdiam tak menjawab, tapi Rey melepaskan tas Aran.

"Rama, katakan sekarang, aku buru-buru." Paksa Rey sambil mengajak Rama menjauh.

Aran melihat bayangan Rey dan Rama yang menjauh. Ada sesuatu yang janggal. Seakan-akan ia tak ingin Rey pergi. Aran menghela nafas panjang kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang