"Tidak, tidak, tidak." Komentar Aran sambil menyingkirkan semua foto yang ada di meja. Rian menghela nafas panjang.
"Nanti ayah marah."
"Aku tak peduli." Rengeknya seperti anak kecil. Ia terdiam sebentar.
"Kau tidak setuju kalau Re-"
"Tidak." Sela Rian cepat membuat Aran mendengus kesal. "Tapi kalau ternyata kamu satu-satunya yang diinginkan Rey, aku setuju saja."
Aran menaikkan sebelah alisnya. "Yang benar?"
Rian mengangguk mantap. "Ya, tapi sayangnya Rey tak peduli padamu kan?"
Hati Aran hancur seketika saat mendengarnya. "Ha-ha-ha?"
"Aku meminta Arna untuk menanyakannya pada Rey, tapi katanya Rey tak peduli. Dia malah minta dibelikan cemilan." Jelas Rian. Ia merapikan foto beberapa gadis.
Aran tersenyum pasrah dan kosong. "Oh begitu."
Seseorang membuka pintu ruang kerja Rian. Ayah Aran berjalan mendekat dan mengamati mereka berdua.
"Sudah ada yang dipilih?" Tanya Surya lembut. Rian mengangkat bahu sambil menghela nafas. Surya mengangguk paham.
"Aku sudah menduganya, karena itu aku mengajak salah seorang dari mereka untuk makan malam bersama."
Pernyataan itu membuat Aran melotot seketika. "Ha?"
"Ya, acara makan malam di restoran. Dia putri dari teman bisnis ku. Kamu pasti su-"
"Bukan itu, kenapa ayah putuskan sepihak?! Aku kan belum bilang iya!" Seru Aran kesal.
Surya tak merespon pemberontakan itu.
"Rian tolong bantu Aran bersiap. Makan malamnya nanti malam." Ujar Surya pada Rian. Rian hanya mengangguk.
"Hei!" Protes Aran menginterupsi karena diabaikan.
Surya melirik anaknya itu tajam sehingga membuat Aran terdiam kemudian.
"Ikuti perintahku." Ujarnya penuh penekanan lalu membalikkan badannya dan pergi.
Aran dan Rian berdiam diri kemudian. Rian memandang adik angkatnya itu iba.
"Hei, perlu kubantu?" Tawar Rian sambil tersenyum.
Aran melirik Rian lalu mendengus kesal. "Memilih pakaian? tidak aku bisa sendiri!" Tolak Aran ketus lalu bangkit dari kursinya. Ia keluar dari ruangan dengan kesal.
Rian terdiam memandangi pintu kayu ruang kerjanya.
"Ayah dan anak sama saja." Keluhnya.
_____
Rey menyeka keringatnya sambil menyapu halaman. Dedaunan kering itu sungguh banyak. Arna ada disampingnya saat itu.
"Istirahat saja." Ujar Arna lembut. Rey menggeleng cepat.
"Tidak usah, sedikit lagi sele-"
Belum sempat Rey menyelesaikan kalimatnya, angin kencang berhembus menambah daun kering yang jatuh, dan gudukan dedaunan kering itu runtuh berhamburan begitu saja.
"-ya, aku akan duduk sebentar." Ujar Rey membenarkan kalimatnya. Arna mengangguk.
Rey duduk di teras halaman belakang sambil menunggu Arna selesai menyapu bersama Jonathan.
"Kudengar malam ini malam pertunangannya."
Deg!
Rey tertegun. Ia yang semula duduk bersandar dan santai lalu segera duduk menegak dan berusaha mendengar percakapan maid lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You
Teen FictionReyna adalah seorang gadis penderita Athazagoraphobia yang hidup bahagia bersama ayahnya. phobianya itu adalah alasan dari sikapnya yang tertutup. ia tidak lagi mau menerima seseorang didalam hidupnya. Pada akhirnya prinsipnya itu hancur karena suat...