18. Ayah Aran

713 54 1
                                        

Rumah itu kali ini sedikit berbeda. Semuanya menjadi sangat rapi, dan bahkan hampir tak ada debu satu pun dirumah itu. Semua karena kehadiran salah seorang penghuni rumah. Ayah Aran. Pak Surya.

Rey dan Arna semakin sibuk. Mereka berdua bersama dengan semua pelayan membersihkan perpustakaan-tempat favorit ayah Aran- dan kamar tuannya itu.

Rian dan Aran memperhatikan kedua orang itu sambil menghela nafas.

"Kasihan sekali kita ini." Sahut Rian.

"Apa bagi mereka ayah lebih penting daripada kita ya?" Tambah Aran.

Dan keduanya kembali menghela nafas.

"Apa mereka berdua menghela nafas lagi?" Tanya Arna sambil mengurutkan buku sesuai abjad dan ukurannya.

"Ya, ini kesekian kalinya." Balas Rey. Ia mengangkat buku membantu Arna.

"Cepatlah, masih banyak yang harus dirapikan!" Seru Jonathan membuat Rey dan Arna mempercepat gerakan mereka.

_____

"Cepat berbaris." Ajak Arna. Rey mengangguk cepat. Semua pelayan berbaris memberi sambutan. Rey sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Bagaimana bisa semewah ini?

"Datang!" Ujar Jonathan memberi kode. Suasana hening kemudian.

Rey terdiam. Ia menyadari pada hari itu, semua pelayan yang berbaris terlihaat tegang.

Sebuah mobil berhenti. Pintunya terbuka perlahan. Tak ada yang berani menoleh. Semua menunduk. Seseorang keluar dari sana dan berjalan dengan suara langkah yang terdengar.

Rey diam-diam melirik ke arah orang itu. Seorang pria paruh baya berpakaian formal. Rambutnya masih hitam, mungkin karena disemir. Wajahnya penuh dengan kerutan. Tubuhnya tinggi dan wajahnya mirip dengan Aran.

Pria itu berjalan dengan wibawanya. Sesaat kemudian ia berhenti. Tepat dihadapan Rey. Rey diam. Ia tak berani melihat karena aura orang itu.

"Siapa namamu nak?"

Ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh pemilik suara berat itu. Tak ada yang menjawab-karena bingung siapa yang diberi pertanyaan.

"Aku bertanya padamu."

Kali ini sebuah tekanan. Tak ada yang merespon, hingga pada akhirnya pria itu mendekat ke hadapan Rey. Rey tersadar bahwa dialah yang dimaksud. Rey mengangkat kepalanya dan menemukan pria itu berdiri tersenyum tipis padanya.

"Saya Reyna." Jawab Rey seramah mungkin.

"Reyna ya? Kamu masih sekolah?"

"Ya tuan, saya masih kelas 2 SMA." Jawabnya.

Pria itu tersenyum. "Kelas 2 SMA? Setara dengan Aran ya." Ujarnya. Rey hanya tersenyum. "Kau mengingatkanku pada seseorang. Wajahmu mirip dengannya."

Deg!

Rey hanya diam membalas senyuman itu. Pria itu kembali melangkah memasuki rumah bak istana. Melihat punggungnya menjauh membuatnya terlihat seperti raja yang akan bertitah di beranda istananya.

Sesaat setelah kehadiran pria itu menghilang, semua pelayan menghela nafas lega.

"Kamu nggak apa-apa kan Rey?" Tanya Arna. Rey mengangguk.

"Memangnya.... kenapa?" Tanyanya bingung.

Arna menaikkan sebelah alisnya. "Ngh, soalnya tuan Surya itu... mungkin menyebalkan?" Bisiknya.

Rey hanya diam. Ia tak mnyadarinya. Baginya pria itu hanya pria tua berwibawa dan dengan pribadi tegas biasa.

"Masa?"

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang