Gedung itu penuh, oleh semua orang yang penasaran dengan pernikahan Rian dan Arna.
Rey dan Aran berdiri ditengah kerumunan itu. Mereka semua diam dalam khidmat, menjadi saksi dalam pernikahan itu.
Arna melangkah masuk dengan gaun indahnya. Putih cemerlang. diwajahnya yang berparas cantik itu, Rey dapat melihat perasaan tegangnya.
Rey melirik ke arah sebrang sana. Seorang pria paruh baya tersenyum padanya. Ayahnya.
Rey melambai diam-diam, membuat Aran menariknya mendekat. Rey menoleh.
"Siapa?" bisik Aran. Rey tersenyum, tahu kekasihnya itu cemburu.
"Ayahku." Jawabnya pelan. Aran terpana.
aran dengan cepat menoleh pada ayah Rey, menunduk pelan sambil tersenyum canggung. Ayah Rey hanya membalas senyuman saja.
"Jangan negatif thinking." Ujar Rey mengulang perkataan Aran. Aran tersenyum malu saja.
Mereka terdiam kemudian. Dalam jeda yang panjang.
"Rey." Bisik Aran saat pernikahan itu berlangsung.
"Hm?"
"Aku... kau tahu kalau aku ini payah."
"Memang."
"Aku tidak romantis, aku tidak terlalu pengertian, dan aku tidak selalu berada di sampingmu."
Rey tak menanggapi.
"Bahkan saat menembakmu, aku mengutarakannya tanpa pikir panjang. Sampai ditolak berkali-kali olehmu."
"Dan waktu itupun aku tak bisa melindungimu dari ancaman ayahku. Aku tidak mengerti apa yang ada dibenakmu."
"Tapi Rey, apa dengan semua kekuranganku itu, aku tidak boleh bersamamu?"
Rey tak menjawab. Ia menelan ludah.
"Bahkan saat ini, aku tak bisa mengatakannya dengan jelas. tolong jangan kecewa dengan apa yang kulakukan."
"..tidak akan."
"Aku tidak romantis. Aku sudah katakan itu. Dan aku payah. Benar-benar payah."
tangan Aran menggapai tangan Rey perlahan. Rey merasakan ada sesuatu dalam genggaman itu.
"Aku tidak bisa mengatakannya dengan baik, tapi Reyna.. apa aku boleh berdiri disampingmu seperti saat Rian ada di samping Reyna saat ini?"
Dan itulah puncaknya. Rey dapat merasakan cincin di dalam genggaman itu. Rey tersenyum tipis.
Mereka berdua bahkan tak sadar bahwa kini Arna akan melempar bunga karena pembicaraan itu.
Rey menoleh. Ia mengambil cincin dalam genggaman itu dan memasukkannya ke dalam saku. Rey menatap Aran. "Aku..."
"3!"
Aran dan Rey tersentak. Sebuah buket bunga terlempar melayang mendekati mereka. Melihat akan ada yang jatuh, Rey dengan sigap berusaha meraihnya. Begitu juga Aran. Jadilah mereka berdua mendapatkan buket bunga itu.
Terdengar suara tepuk tangan dan teriakan gemuruh orang-orang hadirin undangan.
Aran dan Rey bersemu merah. Mereka benar-benar malu. Aran dan Rey saling menoleh, pandangan mereka bertemu.
"Aku mau." bisik Rey ditengah suara tepukan tangan itu.
_____
Hai, haii~ ヽ('▽`)/
Dan akhirnya cerita ini selesai~ ('∀'●)♡
Makasih untuk readers yang udah mau baca cerita khayalan ini, makasih buat yang setia nunggu update-annya. [Author lagi sibuk UN].
Makasih untuk semuanya yang udah support. Makasih untuk vote nya, makasih untuk comment penyemangatnya. ( ̄∀ ̄)
Maafin banyak kesalahan, masih pemula. Maklumi ya (;′⌒')
silahkan baca cerita ane yang lain. See ya in the next story ( の •̀ ∀-)و
![](https://img.wattpad.com/cover/65208010-288-k638742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stand By You
Teen FictionReyna adalah seorang gadis penderita Athazagoraphobia yang hidup bahagia bersama ayahnya. phobianya itu adalah alasan dari sikapnya yang tertutup. ia tidak lagi mau menerima seseorang didalam hidupnya. Pada akhirnya prinsipnya itu hancur karena suat...