5. Selalu Disampingmu

1K 79 0
                                    

Pagi itu Rey memasukkan buku kedalam tas barunya. Tas berwarna merah pemberian kakaknya. Ia bersenandung kecil. Rey tiba-tiba melirik kotak lain di atas mejanya.

Sekali lagi Rey membuka kotak berwarna jingga itu. Didalamnya ada dua buah buku novel dan sebuah headset berwarna merah maroon. Tanpa berpikir lagi, Rey memasukkan kedua benda itu kedalam tasnya.

"Rey, nanti kmu bisa telat." Ujar kak Arna yang tiba-tiba ada diambang pintu. Rey mngangguk saja.

Dalam sehari sikap kak Arna berubah padanya. Pasti tadi malam terjadi sesuatu pada pertemuan kak Arna dengan Kakaknya.

"Take my hand, I'll teach you dance."

"Jangan nyanyi saja, cepat berangkat!" Seru Arna yang ternyata masih di ambang pintu. Rey mengembungkan pipinya dan menuruti perintah kak Arna itu.

_____

"Ini hadiahmu." Sahut Agnes sambil memberikan sebuah kotak biru muda pada Rey. Rey menerimanya dengan senang.

"Gak dipotong pajak kan?"

"Kagak. Asli gratis." Ujar Agnes tertawa. Rey tersenyum dan membuka kotak itu.

"Uwahhh. Jaket!" Rey memandang jaket bertudung berwarna coklat itu dengan takjub. Bahannya lembut. Benar-benar tipe kesukaan Rey. "Aku sayang kamu Agnessss" serunya.

"Rey, aku masih normal." Ujar Agnes bercanda. "Langsung dipakai ya pulangan nanti."

Rey mengangguk dengan semangat. "Pasti!"

_____

Rey melihat kearah jam tangannya yang menunjukkan pukul lima sore. Ia merenggangkan tubuhnya.

"Kak Rey gak pulang?" Tanya Anis, adek kelas nya. Rey menoleh.

"Ah iya, baru mau." Jawabnya. Anis mengangguk dan pergi dengan alat lukisnya.

Ruangan itu sepi. Hanya ada papan kayu tulisan "Ruang Lukis", kanvas, alat lukis, dan tempat duduk. Tidak. Ada satu yang terlupakan.

Jendela.

Jendela itu lebar, kaca tembus pandang. Gordennya berwarna cream. Kadang kelambunya bergerak karena angin yang masuk.

Rey menutup jendela itu dan menutup gordennya. Dengan cepat ia membereskan barangnya dan pergi. Tak lupa juga ia matikan lampu diruangan itu.

Seperti biasa Rey memasang headsetnya sambil berjalan. Memutar musik kesukaannya. Tapi kali ini berbeda. Headset itu baru dan berwarna merah. Headset itu tertutup oleh rambut coklatnya yang panjang dan lurus.

Ditangannya tak ada buku, karena ia sibuk membawa kanvas kecilnya. Catnya sudah kering karena ia lukis dengam cat acrylic.

Rey duduk dihalte seperti biasa. Ia mengeluarkan buku dan membacanya disana. Seperti biasa. Kebiasaan yang terus ada padanya dimanapun dan kapanpun.

Buku itu baru. Buku hadiah pemberian Aran. Judulnya Lapis Lazuli. Itu nama batu sepertinya. Rey membaca sinopsis dibelakangnya.

"Nama tokohnya.. Aldebaran?" Ucapnya sendiri. Ia mengerutkan keningnya. Rey kemudian segera membaca buku itu tanpa basa-basi lagi.

Ceritanya tentang seorang pangeran dan putri dari dua kerajaan. Aldebaran, nama pangeran itu, menginginkan putri dari kerajaan sebrang sebagai upeti perdamaian.

_____

Rey menutup bukunya. Dengam cepat ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 6.15.

"Ya ampun." Ujarnya terkejut. Ia memasukkan bukunya kedalam tas dan buru-buru melangkah pergi.

"Kamu gak mau ajak aku pulang bareng atau apa?" Sebuah suara membuat Rey berhenti melangkah. Ia menoleh dengan terkejut dan menemukan Aran yang duduk di halte. Ia menyandarkan kepalanya pada pembatas.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang