Hujan deras. Sore kelabu. Langit mendung.
Jingga berdiri tegak di halte yang mendadak sesak karena hujan mendera bumi. Jika seperti ini, ia akan pulang terlambat lagi.
Sebuah mobil melintas dan berhenti di hadapannya. Kaca mobil terbuka. Dari dalam, terdengar seruan, "Masuklah, Ga!"
Dilihatnya kawan baiknya, Lembayung, di dalam mobil. Ia memang hanya mengenal Lembayung saat mereka sama-sama mengikuti sebuah seminar, namun keduanya cepat akrab. Walaupun mereka tak bekerja di kantor yang sama dan jarang bertemu, mereka tetap berkomunikasi.
Jingga langsung menuruti Lembayung. Badannya basah karena ia tak menggunakan pelindung apapun saat bergerak mendekati mobil.
"Sedang tak membawa mobil?" tanya Lembayung.
"Iya. Kukira nggak hujan. Ternyata langit Jakarta bandel juga!"
"Jika kau tak memiliki tumpangan, jangan ragu untuk meminta bantuanku." Lembayung tertawa. "Oh, arahkan jalan ke rumahmu, ya. Aku kan belum pernah mampir."
Mobil Lembayung meliuk-liuk di jalanan yang cukup macet. Akhirnya, mobil mencapai sebuah rumah kecil yang asri di sisi kota.
"Terima kasih. Bagaimana jika kau masuk dulu? Kelihatannya cuaca tak bersahabat selama beberapa waktu ke depan."
Lembayung menatap sekitarnya. Angin berputar. Rintik hujan menghujam lebih deras. Karena ngeri, Lembayung menyetujui ajakan Jingga.
Setelah mengambil payung dari jok belakang dan mengunci mobil, Lembayung mengikuti Jingga yang sudah lebih dulu berjalan masuk ke rumahnya. Tak lama kemudian, mata Lembayung bertemu dengan ruang tamu yang cukup manis, walaupun--
"Jingga, mengapa banyak sekali kotak di rumahmu? Mengapa kau tak merapikannya?"
Jingga, yang baru saja akan pergi ke dapur, membalikkan badan.
"Suatu saat nanti, aku akan pergi lagi." Ia tertawa sejenak. "Tunggulah sebentar. Akan kubuatkan kopi."
"Teh saja," kata Lembayung. "Aku tak begitu suka kopi."
Jingga mengiyakan. Ia menghilang dari pandangan Lembayung.
![](https://img.wattpad.com/cover/68029573-288-k154660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga | ✓
RomanceSemburat jingga. Awan yang berarak. Petang menjadi semarak ketika keduanya bertemu. Sore menjadi megah, senja menjadi indah. Ini adalah kisah Jingga dan Awan yang berjalan beriringan dengan segala kekurangan untuk membuat sore tak terlupakan. Me...