Jingga menatap rumah lamanya yang sudah kosong. Kotak-kotak berisi barang-barangnya sudah masuk ke mobil. Perabotnya sudah diangkut pick up sewaannya.
Ia tersenyum. Ia memang tak betah bertahun-tahun tinggal di tempat yang sama. Lagipula, ia merasa bahwa kegiatan itu menguntungkannya. Ia membeli rumah dengan harga rendah dan menjualnya dengan harga lebih tinggi. Begitu seterusnya.
Ia masuk ke mobil dan membuka peta di ponselnya. Tak lama kemudian, mobilnya sudah meliuk di jalan tol.
Selama perjalanan, ia bersenandung riang sambil membayangkan tujuan berikutnya: Bandung.
***
Langkah terburu-buru. Langit hujan. Air yang terpercik akibat langkah kakinya.
Seorang pria yang lupa membawa payung berlarian sepanjang jalan yang lengang. Tak lama kemudian, ia menepi di sebuah restoran cepat saji. Ia kehabisan napas.
Ia membuka pintu restoran tujuannya. Lonceng kecil berdenting akibat perbuatannya. Pria di balik meja kasir yang sedang merokok dengan cerutu besar bangkit dan menyapanya.
"Assalamu'alaikum, Kang Awan."
"Wa'alaikum salam." Pria yang kebasahan itu tersenyum. Ia meletakkan tasnya di kursi. "Alhamdulillah, banyak yang datang."
Pria dengan cerutu itu terkekeh dan berkata, "Ah, Kang, ieu mah ngan pinuh pas hujan. Lamun poé biasa, henteu!"
Pria dengan gingsul itu tertawa renyah dan berkata, "Kopi, we, kang, hiji."
"Siap, bos!"
Pria dengan cerutu menghilang ke sebuah ruangan kecil di sebelah konternya. Pria kebasahan itu menyandarkan punggungnya pada kursi yang sedang ia duduki.
Tak lama kemudian, pesanannya datang. Sembari menatap orang-orang yang sama sepertinya--terjebak hujan dan bercengkerama di dalam restoran--ia menyeruput sedikit kopi tanpa gula favoritnya.
Suara bel berdenting membuyarkan lamunannya. Pandangannya beradu dengan sesosok wanita dengan tinggi sedang dan berpakaian sangat sopan.
"Punten. Kang, saya pesan teh segelas, ya."
Untuk pertama kalinya, pria yang kebasahan itu tersihir dengan pesona seorang wanita.
***
Kang / akang: panggilan khas untuk pria muda dalam Bahasa Sunda
Ieu: ini
Ngan: hanya
Pinuh: penuh
Lamun: jika / kalau
Poé: hari
Henteu: tidak
Punten: permisi
Hiji: satu
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga | ✓
RomantizmSemburat jingga. Awan yang berarak. Petang menjadi semarak ketika keduanya bertemu. Sore menjadi megah, senja menjadi indah. Ini adalah kisah Jingga dan Awan yang berjalan beriringan dengan segala kekurangan untuk membuat sore tak terlupakan. Me...