Allen: Wow
Aldo: Wow (2)
Danang: Wow (3)
Miranda: Ga dikenal-kenalin, nih, Mas?
Sinta: AKHIRNYA AWAN GA JOMBLO.
Danang: Adek siap dihalalin Mas, nih.
Awan menepuk dahi ketika melihat kometar dari teman-temannya. Teman-temannya berotak miring semua. Untung saja ia tak berteman dengan Alin di Facebook. Jika iya, ia sudah tak tahu lagi tempat ia menaruh mukanya.
Saat tengah asik melihat beranda, sebuah chat masuk. Dari Bima, rupanya.
Bima: Hai Wan. Apa kabar?
Awan: Baik. Apa kabar juga, Bim?
Bima: Baik
Bima: Eh, gue mau nanya, Wan. Serius ini nanyanya. Boleh kan ya?Awan: Ga usah kaku elah. Kenapa emang?
Bima: Itu pacar lo?
Awan: Ya kali Bim. Gue kan ga mau pacaran. Emang kenapa?
Bima: Boleh nanya nama cewe itu, ga?
Awan: Alina Pratiwi, Bim. Gue sih manggilnya Alin. Emang kenapa?
Bima: Mirip mantan gue, Wan, tapi bukan ternyata.
Awan: Oh, kirain kenapa.
Awan: Gue baru tau lo pernah punya pacar.Bima: Gue akui gue khilaf. Dan emang ternyata Allah menghukum gue dengan cara terpedih yang bisa gue rasain. Sekarang udah nggak, Wan.
Bima: Btw, gue mau lamaran mingdep.Awan: Gue disusul! Demi apa?!
Bima: Sorry, Boy. I need to go fast. She's hard to find!
Awan tertawa terpingkal-pingkal sambil membayangkan Bima. Tak disangka, Bima yang paling kekanak-kanakan saat SMA malah melangkah menuju pelaminan duluan.
Mau tak mau, Awan jadi membayangkan masa depannya. Dengan Alin, tentu saja. Ia ingin anak-anaknya rupawan seperti Alin. Darinya, mungkin kepintaran. Ia memang pernah menjuarai Olimpiade Matematika saat SMA dahulu.
Ia tersenyum sambil merebahkan diri di kasur. Tak lama kemudian, ia terlelap.
***
Tinggal dua bulan lagi.
Rasanya Jingga ingin cepat pergi saja. Ia sudah melamar pekerjaan di Surabaya, walaupun ia belum mendapat kabar lebih lanjut.
Ia berhenti mengetik e-mail. Bahkan, ia terkena sindrom workaholic di rumahnya. Ia mendongak. Wajahnya ditutup dengan tangannya.
Awan...
Awan sering mampir ke pikirannya akhir-akhir ini. Awan bisa mengerti posisinya. Awan membuatnya tak takut membaca buku hariannya saat ia belia. Awanlah orang kedua yang berhasil membuka kunci di hatinya.
Setelah dipikir-pikir, aku cukup naif, ya?
Jingga membuka salah satu kotak di ruang tamu dan mengambil boneka tangan. Boneka itu hadiah ulang tahun dari Atlanta saat mereka masih SMA. Lucu rasanya, mengingat usahanya menyembunyikan hubungannya dan Atlanta dari orangtuanya.
Alasannya dapat membuka masa lalunya, alasannya agar tetap berkembang adalah satu orang: Hendrawan Setiadi.
Jingga menepuk pipinya. Lagi-lagi! Susah sekali, sih, jaga hati.
Akhirnya, Jingga membawa boneka tangan itu ke kamarnya. Niatnya, ia akan memainkannya.
Sambil bermain dengan masa lalunya. Sambil berdamai dengan ketakutannya sendiri.
---
Mingdep: Minggu depan
![](https://img.wattpad.com/cover/68029573-288-k154660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga | ✓
RomanceSemburat jingga. Awan yang berarak. Petang menjadi semarak ketika keduanya bertemu. Sore menjadi megah, senja menjadi indah. Ini adalah kisah Jingga dan Awan yang berjalan beriringan dengan segala kekurangan untuk membuat sore tak terlupakan. Me...